Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jeon Jungkook - Park Jimin
☆☆☆
Warung itu kecil dan banyak meja yang di letakkan berdekatan di ruangan kosong itu pada malam selarut ini. Jungkook duduk di salah satu meja dengan ekspresi geli di wajahnya melihat para pelaut dan pedagang naik turun tangga yang terletak di belakang ruangan itu.
"Tindakan gila untuk berlama-lama disini." Kata JaeHyun, melemparkan pandangan sembunyi-sembunyi ke sekeliling ruangan.
"Tenang, JaeHyun. Tidak ada bahaya di sini." Kata Jungkook sambil bersandar di kursinya.
"Tidak ada bahaya? Laki-laki Daniel itu mungkin telah memiliki hadiah untuk kepalamu. Apa kau sudah bosan hidup?"
"Tidak ada yang tau kita disini, di Saint Martin."
"Bastida sudah pergi. Bukankah kau sudah bertanya pada orang sini?"
"Lord Daniel itu pasti tau ke arah mana Bastida berlayar. Bahkan mungkin tujuannya."
"Kau pemuda bodoh! Ini bukan karena Bastida sehingga kau ingin menemui Lord Daniel. Ini karena Lord Daniel menginginkan rubah betina untuk menjadi milikinya. Mengakulah!"
"Mungkin kau benar."
"Apakah terpikir olehmu kalau dia mungkin tidak menginginkan Jimin ketika ia kembali padanya dengan anakmu?"
"Well, Jimin mungkin hamil, tapi aku ragu kalau itu anakku. Dia mungkin mengandung anak Lord Daniel ketika dia kembali ke sini." Kata Jungkook pahit.
"Tapi itu tidak mungkin." Kata JaeHyun tertawa. "Dia berada disini hanya dua hari."
"Tapi bukan berarti tidak mungkin!" Kata Jungkook marah.
"Kau terdengar cemburu. Jangan bilang kau sudah jatuh cinta padanya."
"Kau tau aku tidak pernah jatuh cinta. Hanya ada satu hal di hatiku dan itu kebencian. Tapi melihat Jimin semakin membesar dengan seorang anak yang mungkin anak Lord Daniel, itu seperti belati menusuk perutku."
"Kalau begitu, lepaskan dia."
"Itulah masalahnya. Aku belum bosan dengannya. Dia..."
Jungkook berhenti tiba-tiba dan memandang ke arah pintu dengan takjub. JaeHyun menoleh dan melihat seorang laki-laki mengenakan pakaian sutra abu-abu seperti raja. Laki-laki itu melintasi ruangan dan mendekati wanita gemuk di belakang bar yang membuat pengaturan untuk perempuan di lantai atas.
Wajah si wanita berseri-seri dengan senyum ramah. "Ah, Lord Daniel, kau kembali begitu cepat."
"Apa pesan yang cantik, seperti biasa."
JaeHyun takut melihat ke arah Jungkook, tapi ketika ia menoleh, ia melihat bahwa Jungkook tampak tenang. Namun buku-buku jarinya tampak pucat. Jungkook bangkit perlahan, seperti singa lapar yang mengintai mangsa yang tak terduga.
"Demi Tuhan, Jungkook." Bisik JaeHyun dengan marah. "Dia akan mengenalimu."
"Tetaplah di tempatmu sekarang." Kata Jungkook dingin. Ia berbalik dan mendekati Lord Daniel. "Tuan, boleh aku berbicara denganmu?"
Lord Daniel merasakan sedikit sensasi kalau ia mengenali Jungkook, tapi ia tau bahwa jika ia pernah melihat orang ini sebelumnya, ia akan ingat. Lord Daniel menatapnya dengan waspada.
"Bisakah kau membantuku?" Kata Jungkook ramah.
"Bagaimana aku bisa membantumu?"
"Aku mencari seorang temanku." Kata Jungkook. "Aku diberitahu dia adalah salah satu tamumu baru-baru ini."
"Siapa yang kau bicarakan?" Tanya Lord Daniel. "Aku memiliki banyak tamu."
"Don Miguel de Bastida. Dia..."
"Siapa namamu?" Sela Lord Daniel, tangannya merayap perlahan ke pedangnya.
"Maafkan aku. Namaku Leonardo DiCaprio. Dia pernah menyelamatkan nyawaku." Bohong Jungkook. Ia sebenarnya lebih suka menarik pedangnya, tapi ia tidak bisa membunuh laki-laki ini hanya karena Jimin mungkin mengandung anaknya. "Bisakah kau memberitahuku dimana aku bisa menemukan Don Miguel? Ini penting bagiku."
"Kenapa?" Tanya Lord Daniel skeptis.
"Aku ingin membalas budi padanya, mungkin menjadi pengawal pribadinya sehingga aku bisa menyelamatkan nyawanya suatu hari nanti."
"Aku minta maaf, tapi aku tidak bisa membantumu. Dia pergi agak tiba-tiba lebih dari tiga bulan yang lalu dan aku terlalu bingung menghadapi masalah pribadi untuk peduli dengan tujuannya." Lord Daniel lalu beranjak. "Sekarang aku harus mengucapkan selamat malam. Ada seseorang yang menungguku."
"Tentu saja." Kata Jungkook dan berbalik berjalan ke mejanya. Senyum di bibirnya lenyap secepat lilin padam, tapi api amarah masih menyala dimatanya.
"Aku heran kenapa kau tidak langsung menanyakan kepadanya apa dia meniduri Jimin atau tidak. Kau ingin melakukannya, kan?" Tanya JaeHyun dengan marah ketika Jungkook duduk.
"Ya, tapi aku tidak bisa mengharapkan kebenaran dari dia mengenai masalah itu." Tiba-tiba Jungkook meledak. "Apa yang dia lakukan di sebuah rumah bordir sialan? Jika aku jadi dia, aku akan mencari Jimin di setiap pulau sampai ke Koloni. Tapi di mana dia melakukan pencarian? Di tempat tidur pelacur? Aku bertaruh dia tidak menyuruh satu pun kapalnya untuk mencari Jimin."
"Apakah itu yang kau ingin dia lakukan? Apakah kau ingin dia menemukan Jimin?"
"Tidak."
"Kalau begitu?"
"Aku hanya tidak mengerti kenapa dia tidak mencoba." Kata Jungkook lebih pelan.
Jungkook mengerutkan kening ketika mereka meninggalkan kedai, mengingatkannya akan malam-malam yang menyiksanya dan tidak bisa membuatnya tidur selama sebulan terakhir ini, memikirkan Jimin dan bayi yang mulai tumbuh bersama bidadarinya itu.