Chapter 8

43.8K 3.7K 175
                                    

Selamat membaca 😁

Jean berangkat ke kantor dengan menyetir mobil sendiri. Dia sengaja berangkat lebih pagi karena hari ini ada pertemuan penting dengan pemilik salah satu perusahaan besar di Korea. Karena itu, dia harus mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin sebelum bertemu klien tersebut untuk menawarkan kerjasama.

Dan setibanya di kantor, dia disambut oleh Tesa yang ternyata sudah berada di sana lebih dulu dibandingkan dirinya.

"Rajin sekali kamu jam segini udah ada di kantor," puji Jean.

"Soalnya kan nanti kita ada pertemuan dengan klien penting, Bu. Jadi saya harus  berangkat lebih pagi supaya bisa mempersiapkan semua dokumen dengan baik," ungkap Tesa.

Jean tersenyum simpul. "Memang nggak salah saya pilih kamu menjadi sekretaris saya," ucapnya bangga terhadap Tesa yang rajin dan pekerja keras.

"Terima kasih," balas Tesa tersenyum lebar.

Beberapa saat kemudian, Jean dan Tesa langsung berangkat menuju ke tempat pertemuan.

Jean menarik napas panjang mencoba untuk menenangkan diri ketika dirinya mulai merasa gugup. Wanita itu berharap agar dirinya tidak membuat kesalahan. Karena orang yang akan ditemuinya bukanlah orang sembarangan.

Walaupun Jean belum pernah bertemu dengan kliennya. Tetapi saat mendengar sederet prestasi yang orang itu raih, Jean bisa menyimpulkan jika orang yang akan ditemuinya adalah orang yang hebat. Dan perusahaan akan mendapatkan keuntungan besar jika bisa bekerjasama dengannya. Karena itu, Jean sangat bertekad untuk mendapatkan orang itu.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Jean dan Tesa akhirnya tiba di restoran tempat pertemuan di adakan. Dan hanya selang beberapa menit kliennya datang.

"Bu, itu orangnya sudah datang," bisik Tesa saat mendapati dua orang dengan pakaian rapi berjalan ke arah mejanya.

Jean menoleh ke arah orang tersebut bersiap untuk menyapa. Tetapi saat melihat wajah kliennya, Jean seketika terdiam membisu.

Tristan!

Sedangkan pria itu sama sekali tidak memasang ekspresi apa pun. Dia hanya diam dengan wajah datarnya saat melihat Jean.

Jean sama sekali tidak menduga jika kliennya yang bernama Tristan ternyata adalah Tristan yang dia kenal. Jean pikir mereka berdua adalah orang yang berbeda dengan nama yang kebetulan sama. Tetapi ternyata di luar dugaan.

Meskipun merasa canggung, namun Jean tetap berusaha bersikap profesional. Dia berdiri, dan mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Tristan.

Tristan mengambil jabatan tangan Jean. "Maaf sudah membuat Anda menunggu."

"Tidak apa-apa," sahut Jean memaksakan senyumnya.

"Silahkan duduk," tuturnya sopan.

Tristan dan sekretarisnya duduk di kursi kosong.

Jean kemudian memanggil pelayan untuk meminta buku menu. Setelah itu, mereka berempat memesan makanan dan minuman untuk menemani mereka selama membicarakan tentang bisnis.

Sembari menunggu makanan tiba, Jean mulai menawarkan kerjasama terhadap Tristan.

"Apa keuntungan yang saya dapatkan jika bekerjasama dengan perusahaan Anda?" tukas Tristan.

Jean mulai menjelaskan panjang lebar mengenai keuntungan yang akan Tristan dapatkan. Dia juga tak lupa menceritakan kelebihan dan prestasi apa saja yang telah dicapai oleh perusahaan Richard agar Tristan tertarik.

Namun, hal itu tampaknya masih belum bisa membuat Tristan tertarik untuk bekerjasama dengan perusahaan Richard. Karena perusahaan Richard masih tergolong sebagai perusahaan yang sedang berkembang, dan jauh di bawah perusahaan miliknya.

Pernikahan Politik ✓[TAMAT-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang