Chapter 25

41.3K 2.8K 139
                                    

Selamat membaca 😁

"Jangan bercanda," tegur Jean.

"Aku melamar kamu di hadapan orang tua kamu. Apa kamu masih berfikir aku hanya bercanda?" balas Tristan.

"Kalau aku nggak serius, aku nggak mungkin melangkah sampai sejauh ini hanya untuk sebuah candaan," imbuhnya lugas.

Jean termenung sejenak.

"Apa kamu sudah merencanakan ini sebelumnya?" tanyanya sembari menatap Tristan intens.

Tristan mengangguk. "Aku sudah ingin melamar kamu sejak lama," ungkapnya.

"Sebenarnya sampai detik ini aku masih mencintai kamu," ujarnya begitu dalam.

"Kalau kamu memang masih ada rasa, kenapa kamu nggak pernah menunjukkan rasa sayang kamu ke aku?" tanya Jean.

"Kamu justru bersikap dingin seolah kamu sudah nggak peduli lagi dengan aku." Tatapan Jean berubah sayu.

"Aku terpaksa melakukan itu. Aku nggak mungkin menunjukkan perasaan aku secara terang-terangan di saat kamu sudah menjadi istri orang lain," jawab Tristan.

"Aku bersikap dingin hanya untuk menutupi rasa sakit yang aku rasakan."

"Walaupun aku terlihat baik-baik saja, tapi hati ini sebenarnya terluka." Tristan menatap Jean sendu.

Kali ini pria itu menunjukkan sisi lemahnya yang selama ini dia sembunyikan di hadapan Jean.

"Aku harap, kamu juga masih memiliki perasaan yang sama dengan aku," tutur Tristan penuh harap.

Mata mereka berdua saling bertemu. Jean tidak menemukan kebohongan di mata Tristan.

Meskipun mulut Jean selalu mengatakan bahwa dia sudah melupakan Tristan. Namun, jauh di lubuk hatinya dia masih menyimpan nama Tristan.

Dia tidak bisa membohongi perasaannya bahwa sebenarnya dia masih mencintai pria itu.

Jean memejamkan kedua matanya sejenak.

Perlahan, dia membuka mata dan tersenyum lembut ke arah Tristan.

"Yes, i will," jawab Jean yang disambut dengan sorakan gembira Vivian dan Vanesa yang sedari tadi hanya menonton.

Senyuman lebar menghiasi wajah Tristan dan Samuel.

Tristan kemudian memasangkan cincin tersebut di jari manis Jean.

"Kamu menerima aku bukan karena terpaksa, kan?" Tristan memastikan.

Jean menggeleng. "Sejujurnya, sampai detik ini aku masih belum bisa melupakan kamu," ungkapnya.

"Apa itu artinya kamu masih mencintai aku?"

"Iya," jawab Jean tanpa ragu.

Tristan sontak membawa Jean ke pelukannya. "Kenapa kamu baru bilang sekarang?"

"Kalau tau begini, aku akan melamar kamu setelah kamu bercerai."

"Aku nggak ada keberanian untuk mengungkapkan perasaan aku. Jadi aku memilih untuk memendamnya," jawab Jean.

"It's okay. Yang penting sekarang kita berdua sudah tau tentang perasaan kita masing-masing," tutur Tristan.

Seutas senyuman terpatri di bibir Jean. Dia lalu membalas pelukan Tristan sembari menyandarkan kepala di dada bidang calon suaminya itu.

"Ekhmm!" Samuel berdehem.

Tristan dan Jean sontak melepaskan pelukan mereka.

"Nanti kalau sudah menikah, kalian bebas berpelukan sesuka kalian. Kalau untuk sekarang, jaga jarak dulu," ujar Samuel.

Pernikahan Politik ✓[TAMAT-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang