Selamat membaca 😁
Tristan menghampiri Jean yang tengah memasak di dapur. Hari ini pria itu memutuskan untuk cuti, karena dia ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama dengan istrinya di rumah.
Jean menahan senyum ketika merasakan ada dua lengan besar yang melingkar di perutnya.
Tristan mengecup pundak Jean lembut. "Butuh bantuan, Mom?" godanya.
"Memangnya kamu mau bantu?" balas Jean.
"Kalau kamu butuh, aku siap bantu," kata Tristan.
"Bisa potong bawang?" tanya Jean memastikan.
Tristan memasang wajah seakan meremehkan. "Sepele."
Pria itu lantas melepaskan pelukannya dan berdiri di sebelah Jean. "Mana bawangnya?"
Jean memberikan Tristan beberapa buah bawang merah dan putih. "Hati-hati."
"Mata kamu jangan dekat-dekat, nanti kepedesan." Jean mewanti-wanti.
"Aku tau," ucap Tristan.
Dia pun mulai mengupas bawang dan memotongnya tipis-tipis. Beberapa kali dia juga memejamkan mata ketika matanya terasa pedih.
Jean yang melihat mata Tristan memerah segera mencuci tangan, dan menyeka air di mata Tristan dengan tisu.
"Kamu bisa berhenti sekarang. Nanti biar aku yang lanjutkan," tutur Jean dengan suara halus.
"Aku bisa." Tristan masih tidak menyerah. Ia tetap menyelesaikan kegiatannya meski matanya terasa sakit.
Jean sebenarnya tidak tega melihat Tristan menangis karena memotong. Tapi jika dia menolak bantuan dari Tristan, harga diri pria itu pasti akan terluka. Karena itu, Jean membiarkan Tristan membantunya.
"Kerja bagus," puji Jean setelah Tristan selesai memotong bawang.
"Makasih untuk bantuannya. Sekarang kamu duduk saja. Aku yang akan menghandle semuanya," imbuhnya.
"Apa nggak ada hal lain yang bisa aku lakukan?" tanya Tristan.
Jean tersenyum simpul. "Ini sudah cukup."
"Oke." Tristan akhirnya memilih untuk duduk di kursi sambil melihat Jean yang sibuk memasak.
Tidak menunggu lama, masakan Jean telah siap. Dia pun langsung menyajikannya di meja makan, dan menyuruh Tristan untuk segera mencicipinya.
Tristan bersiap memasukkan sendok ke dalam mulutnya.
"Gimana?" tanya Jean tidak sabar.
Tristan menoleh ke arah Jean dengan mulut yang terbuka. "Gimana apanya? Makan saja belum."
Jean terkekeh. Dia lantas menunggu Tristan memakan masakannya.
"Enak, sama seperti biasanya," ujar Tristan.
"Nggak keasinan, kan?"
"Enggak. Rasanya pas."
"Syukurlah." Jean tersenyum kecil.
Tapi sedetik kemudian, ekspresi wajah Jean berubah.
"Bisa kita bicara sambil makan? Ada sesuatu yang mau aku bicarakan," ucap Jean pelan.
Tristan mengangkat alisnya ke atas sebelah. "Kenapa kamu harus minta ijin? Kamu bisa bicara di mana pun itu. Lagipula, di sini nggak ada peraturan yang melarang bicara di meja makan. Jadi, katakan saja."
Jean termenung sejenak.
"Kemarin pagi Richard datang ke sini," ungkap Jean membuat Tristan seketika tak bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Politik ✓[TAMAT-LENGKAP]
Romance"Aku akan pergi dari rumah ini dan segera urus surat perceraian kita," pungkas Jean lugas. "Aku tidak akan menceraikan kamu," tegas Richard. Start : 17 - 07 - 2022. RANK #1 indonesiamembaca (08/03/2023). RANK #1 konflik (30/09/2023).