Selamat membaca 😁
Pagi harinya, Jean sama sekali tidak mengecek keadaan Richard seperti kemarin. Dia langsung berangkat kerja dan membiarkan Richard begitu saja. Bahkan, Jean juga tidak menyuruh Atik untuk mengantar sarapan ke kamar pria itu.
Sekarang dia benar-benar sudah lepas tangan dan tak acuh terhadap Richard. Mau makan atau tidak, dia tidak peduli lagi.
Sedangkan di kantor, Natalie tampak seperti menghindari Jean. Setiap kali bertemu dengan Jean, dia pasti akan langsung menunduk dan berbalik ke arah lain.
Seperti sekarang ini. Natalie sontak putar balik ketika tidak sengaja berpapasan dengan Jean untuk yang kesekian kali.
Tesa menatap Natalie dengan tatapan sinis.
"Apa-apaan dia? Tidak sopan sekali," cetus Tesa ketus saat mendapati Natalie justru pergi dan tidak menyapa Jean ketika berpapasan di kantin perusahaan.
"Biarkan saja," ujar Jean singkat.
"Bukankah seharusnya dia menyapa Anda? Atau setidaknya tersenyum untuk menghormati Anda sebagai atasan," sahut Tesa.
"Nggak perlu pedulikan dia," ucap Jean tak acuh sembari berjalan meninggalkan kantin.
"Apa Anda sama sekali tidak kesal dengan dia? Saya saja yang melihatnya ingin sekali mencakar wajah sok polosnya itu," cetus Tesa kesal saat membayangkan wajah Natalie.
"Kesal karena?" tanya Jean santai.
"Karena dia tidak sopan dengan Anda. Selain itu, dia juga selalu menempel dengan pak Richard," jawab Tesa.
"Kalau ditanya ada rasa kesal, pasti ada. Tapi saya lebih memilih menahan diri. Karena kalau saya sampai melakukan tindak kekerasan, nanti saya juga yang kena masalah," sahut Jean tenang.
"Huh! Kalau saja di negara ini tidak ada hukum, sudah habis dia dengan saya. Rasanya ingin saya lempar semua barang-barang yang ada di sini ke arah dia," ketus Tesa.
Jean terkekeh menanggapi ucapan Tesa.
"Sepertinya bukan kamu saja yang nggak suka dengan dia. Saya lihat karyawan perempuan yang lain juga merasakan hal yang sama," ucap Jean.
"Memang, saya pernah mendengar mereka sedang membicarakan perempuan itu. Sepertinya mereka sudah tidak menyukainya sejak awal," kata Tesa.
"Tapi mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa karena perempuan itu adalah sekretaris kesayangannya pak Richard," imbuhnya.
Di sepanjang jalan, Tesa terus membicarakan Natalie dengan penuh rasa benci. Dan dia baru berhenti saat tiba di meja kerjanya.
Beberapa saat kemudian, Tesa tiba-tiba masuk ke ruangan Jean dengan raut wajah panik. Sangking paniknya, dia sampai lupa untuk mengetuk pintu. "Bu Jean!"
Jean terlonjak kaget saat Tesa berteriak memanggil namanya.
"Ada apa? Kamu ini ngagetin saja," cetus Jean.
Tesa masuk ke dalam dan bergegas menghampiri Jean. "Pak Tristan baru saja telfon saya. Katanya dia sedang perjalanan menuju ke sini, dan sebentar lagi akan sampai."
"Hah? Kenapa tiba-tiba? Kita bahkan belum mempersiapkan apa-apa," sahut Jean.
"Mungkin pak Tristan akhirnya berubah pikiran," ujar Tesa.
Jean terdiam sejenak.
"Ya sudah, tolong bawa dokumen yang kemarin ke ruangan saya," ucap Jean.
Tesa mengangguk. "Baik."
Dia pun pamit pergi dan bergegas menuju meja kerjanya.
Sedangkan Jean segera mempersiapkan diri sebelum bertemu dengan Tristan. Dia juga tak lupa merapikan pakaian, serta memoles make-up ke wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Politik ✓[TAMAT-LENGKAP]
Romance"Aku akan pergi dari rumah ini dan segera urus surat perceraian kita," pungkas Jean lugas. "Aku tidak akan menceraikan kamu," tegas Richard. Start : 17 - 07 - 2022. RANK #1 indonesiamembaca (08/03/2023). RANK #1 konflik (30/09/2023).