Chapter 21

49K 4.1K 261
                                    

Selamat membaca 😁

Tristan tidak memasang ekspresi apa pun saat mendengar perkataan Jean.

"Sepertinya kamu sudah mati rasa, ya?" ucapnya datar.

"Mungkin," sahut Jean singkat.

Tristan menatap Jean intens. Tidak lama setelah itu, dia beranjak dari sofa. "Silahkan lanjutkan kerjaan kamu, aku pergi," pamitnya sembari berjalan keluar.

"Kamu datang ke sini hanya untuk ini?" tukas Jean.

Langkah Tristan terhenti.

"Ya, nggak ada lagi yang ingin aku bicarakan," jawabnya.

Tristan kembali melanjutkan langkah dan berlalu pergi dengan wajah tanpa ekspresi.

Saat pintu tertutup, tatapan Jean tiba-tiba berubah sayu.

Sulit bagi dirinya untuk berpura-pura terlihat tegar dihadapan seseorang yang pernah menyakiti hatinya begitu dalam.

Jean tersenyum kecut. "Sepertinya aku masih belum sepenuhnya melupakan kamu."

Jam menunjukkan pukul 12.07.

Jean membereskan meja dan bersiap untuk pergi makan siang di kantin. Tetapi belum sempat dia beranjak dari kursi, ada seseorang yang mengetuk pintu ruang kerjanya.

Jean mengernyitkan dahi. "Tristan?"

"Tapi sepertinya bukan," gumamnya tidak yakin.

"Masuk," suruh Jean.

Selepas Jean menyahut, orang tersebut kemudian membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam.

"Ini makan siangnya, Bu," ucap OB itu seraya meletakkan kantong plastik di atas meja depan sofa.

"Loh? Saya nggak pesan makanan kok, Mas," ujar Jean bingung.

"Ini dari pak Tristan, Bu. Saya disuruh antar ke ruangan Bu Jean," ungkapnya.

Jean terlihat seperti tidak menyangka.

"Kalau begitu, saya pamit pergi, Bu."

"Ah, iya. Makasih, Mas," kata Jean.

OB tersebut mengangguk sembari tersenyum ramah. Setelah itu, dia keluar dari ruang kerja Jean.

Jean kemudian bangkit dari kursi dan berjalan menuju sofa.

Dia lalu duduk di sofa dan mulai membuka kantong plastik itu.

"Sushi?"

Lagi-lagi senyuman getir menghiasi wajah Jean. "Ternyata dia masih ingat," lirihnya.

Hati Jean seketika terenyuh ketika Tristan memberikan dia makanan kesukaannya. Padahal itu hanyalah hal kecil, dan bukan sesuatu hal yang spesial. Namun, Jean tidak mengerti kenapa dia harus terbawa perasaan.

Jean kemudian mulai memakan sushi yang diberikan oleh Tristan. Dan ketika dia tengah memakannya, tiba-tiba saja ingatan Jean kembali ke masa ketika dirinya dan Tristan masih menjalin hubungan.

Di sepanjang perjalanan pulang dari sekolah, Jean tidak henti-hentinya tersenyum.

Dia selalu merasa bahagia setiap kali duduk berdua di motor dengan Tristan. Karena itu adalah momen yang paling menyenangkan bagi Jean.

"Loh?"

"Ini bukan jalan ke rumah aku," kata Jean saat mendapati motor Tristan belok ke arah lain.

"Aku mau ajak kamu ke suatu tempat," ungkap Tristan.

"Hah?! Apa? Kamu bilang apa?" Jean mendekatkan telinganya karena dia tidak mendengar apa yang Tristan ucapkan.

Pernikahan Politik ✓[TAMAT-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang