Chapter 23

44.9K 3.5K 239
                                    

Selamat membaca 😁

Karena tidak bisa menahan amarah saat melihat Jean bermesraan dengan pria lain, Richard akhirnya memutuskan untuk pergi dari restoran tersebut. Dia meninggalkan sejumlah uang di meja dan beranjak dari kursi.

Richard pergi begitu saja dan meninggalkan Natalie yang masih belum selesai menghabiskan makanannya.

"Sayang! Kamu mau ke mana?"

"Aku belum selesai makan," protesnya.

Richard tidak menggubris ucapan Natalie. Dia terus berjalan keluar dari restoran itu dengan raut wajah datar tanpa ekspresi.

Natalie beranjak dari kursi dan bergegas menyusul Richard.

"Kamu kenapa, sih? Dari tadi tingkah kamu aneh?" tanya Natalie saat berada di dalam mobil.

Richard memijit pelipisnya yang terasa berdenyut. "Aku nggak tau," jawabnya singkat.

"Kamu sakit?" Natalie bertanya lagi.

Richard menggeleng.

"Suasana hatiku lagi nggak bagus hari ini. Jadi jangan ajak aku bicara dulu," pungkas Richard datar.

Natalie mengernyitkan dahi. "Bukannya kamu lebih suka ngobrol sama aku kalau mood kamu lagi buruk?"

"Sekarang aku lagi nggak ingin bicara," ungkap Richard.

Natalie menatap Richard intens. "Oke, aku akan diam," ucapnya pelan.

Di sepanjang perjalanan pulang, mereka tidak bersuara sama sekali. Richard dan Natalie sama-sama sibuk dengan pikirannya sendiri.

Selang beberapa saat, Tristan dan Jean juga pergi meninggalkan restoran setelah mereka selesai menghabiskan makan malamnya

Tristan pun langsung mengantar Jean pulang ke rumah wanita itu.

Selepas menghabiskan waktu di perjalanan kurang lebih setengah jam, mobil Tristan akhirnya tiba di depan rumah Jean.

"Terima kasih untuk makan malam dan tumpangannya," ujar Jean sebelum turun dari mobil.

Tristan hanya membalasnya dengan anggukan. "Besok aku jemput."

"Aku akan bersiap lebih awal," kata Jean.

"Hati-hati di jalan," imbuhnya.

Ketika Jean berniat membuka pintu mobil, Tristan justru menahan tangan Jean.

"Ada ap—"

Jean tertegun saat Tristan mencium pipinya.

Wanita itu menoleh ke arah Tristan dan menatapnya dengan dahi berkerut bingung.

"Apa maksudnya ini?" Jean meminta penjelasan atas tindakan yang baru saja dilakukan oleh Tristan.

"Good night," ucap Tristan tanpa menjawab pertanyaan Jean.

"Kamu belum menjawab pertanyaan aku," balas Jean.

"Kalau kamu keberatan dengan tindakan aku, kamu bisa cium aku balik. Aku dengan senang hati akan menerimanya," sahut Tristan tenang.

Raut wajah Jean sontak berubah jengah. Dia pun turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah dengan wajah yang ditekuk.

Tristan terkekeh. "Dia pasti kesal."

Keesokan harinya.

Pagi-pagi sekali Tristan sudah berada di depan rumah Jean. Dan tidak menunggu lama, Jean keluar dari rumah.

"Pagi," sapa Tristan saat melihat Jean menghampiri mobilnya.

"Pagi juga," balas Jean seadanya.

Wanita itu masuk ke dalam mobil dan bersikap seperti biasanya, meski sebenarnya dia masih sedikit kesal dengan Tristan.

Pernikahan Politik ✓[TAMAT-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang