Chapter 14

46.4K 3.6K 225
                                    

Selamat membaca 😁

Delapan bulan kemudian.

"Jadi gimana? Apa kamu sudah isi?" tanya Agnes kepada Jean.

Jean melirik sekilas ke arah Richard, lalu dia menggeleng pelan tanpa bersuara.

"Apa belum ada tanda-tanda kamu hamil?" tanya Darius.

"Belum, Pa," jawab Jean.

"Kalian sudah cek kesuburan kalian ke dokter?" tanya Darius lagi.

Jean dan Richard saling memandang satu sama lain.

"Sebaiknya kalian segera periksa ke dokter agar tau penyebabnya apa. Karena ini sudah hampir satu tahun, tapi Jean masih belum hamil," suruh Darius.

"Apa mungkin kalian berniat menunda momongan?" timpal Agnes.

"Mungkin memang belum waktunya saja, Ma," ucap Richard setelah cukup lama diam.

"Kalau kalian sendiri nggak ada usaha ya nggak bakalan dikasih," pungkas Darius.

"Mau sampai kapan kalian berdua terus santai-santai seperti ini? Papa sama Mama juga mau punya cucu," sambungnya.

"Sabar, Pa. Aku sama Jean kan juga sama-sama sibuk kerja," ujar Richard.

"Kalau gitu, Papa akan pesankan kalian tiket liburan ke luar negeri biar kalian bisa punya waktu berdua," sahut Darius.

Richard dan Jean sama-sama tidak menjawab.

"Kerjaan kamu dan Jean biar Papa yang ngurus. Jadi kalian berdua fokus nikmatin waktu kalian," ucap Darius.

Richard menoleh ke arah Jean yang sedari tadi hanya diam.

"Ya sudah, aku setuju," kata Richard.

"Kalau Jean gimana?" tanya Darius.

Jean termenung sejenak. Dia seperti ingin mengatakan sesuatu, namun ragu.

"Jean nurut Papa saja," jawab Jean terlihat pasrah.

"Oke. Kalau begitu, besok kalian berdua siap-siap berangkat ke Prancis," ujar Darius.

Selepas berbincang-bincang tentang banyak hal, Richard dan Jean akhirnya pamit pulang. Namun sejak pergi dari rumah mertuanya, wajah Jean terlihat muram. Dan itu terlihat jelas dari raut wajah Jean yang biasanya selalu datar.

Akhir-akhir ini Jean memang seperti banyak pikiran seakan batinnya mulai tertekan. Bahkan, dia juga menjadi lebih pendiam dibanding sebelumnya.

"Walaupun hubungan kita tidak terlalu baik. Tapi saat liburan besok, aku ingin kita bersikap seperti layaknya pasangan untuk menghargai usaha papa," ujar Richard sembari menyetir mobil.

Jean tidak memberikan balasan apa pun. Dia tampak seperti sudah lelah dengan keadaannya saat ini.

"Aku akan memperlakukan kamu seperti istri pada umumnya. Dan begitu juga sebaliknya. Jadi selama di sana, kita menjalankan peran kita sebagai suami istri," jelas Richard.

Mendengar itu Jean justru merasa geli, sekaligus marah.

Pasalnya, berbulan-bulan Richard bersikap seperti orang asing dengannya. Lalu sekarang dengan santainya dia menyuruhnya untuk bersikap seperti layaknya pasangan?

Bener-bener nggak tau malu!! Batin Jean sinis.

"Kamu ngerti kan maksud aku?" tanya Richard memastikan tanpa menoleh ke arah Jean.

"Kita lihat saja nanti gimana baiknya," sahut Jean singkat.

Richard menatap Jean lurus. Dia lalu melirik ke arah arloji yang berada di pergelangan tangannya.

Pernikahan Politik ✓[TAMAT-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang