Chapter 22

52.8K 4K 400
                                    

Selamat membaca 😁

Richard terlihat geram saat Jean tiba-tiba mengakhiri panggilan.

"Kurang ajar!" umpatnya kasar.

"Beraninya dia matikan telfonnya. Dia pikir dia siapa?!"

Richard terus berkata kasar karena merasa harga dirinya sebagai seorang laki-laki terluka. Pasalnya, selama ini tidak ada wanita yang memperlakukan dirinya dengan buruk seperti ini.

"Kamu pasti akan menyesal!" desis Richard tajam dengan mata berkilat penuh amarah.

Tangannya mengepal erat seakan dia ingin memberi Jean pelajaran karena sudah mengabaikan dirinya.

"Sayang?" panggil Natalie dengan suara serak.

Richard menoleh dan mendapati Natalie berjalan ke arahnya dengan mata yang masih tampak sayup-sayup.

"Kamu kenapa?" tanya Natalie saat melihat wajah Richard yang seperti tengah menahan amarah.

"Nggak pa-pa," jawab Richard singkat.

"Apa ada hal buruk yang terjadi?" Natalie memastikan.

Richard menggeleng. "Nggak ada."

"Tapi kamu nggak kelihatan baik-baik aja. Kalau memang ada masalah, kamu bisa cerita sama aku," tutur Natalie lembut.

"Hanya masalah kerjaaan, nggak perlu dipikirkan," ujar Richard berbohong.

"Beneran?"

Richard mengangguk seraya tersenyum untuk meyakinkan Natalie.

"Tapi aku dengar tadi kamu ngomong kasar, makanya aku bangun," ungkap Natalie

Richard merengkuh pinggang Natalie. "Sudah, ayo tidur lagi," ajaknya pergi ke kamar.

"Aku udah nggak ngantuk lagi," kata Natalie.

Richard berhenti. "Terus sekarang kamu mau apa?"

Natalie menggeleng. "Aku nggak tau," jawabnya pelan.

"Kamu bosan, ya?" tebak Richard.

"Ya, sedikit," sahut Natalie.

"Aku masih capek, jadi sekarang kita di rumah dulu, ya? Nanti malam baru kita pergi makan malam di luar," ujar Richard.

Raut wajah Natalie seketika berubah sumringah. Dia lalu mengangguk dengan antusias seakan tidak sabar untuk pergi makan malam dengan Richard.

Jam menunjukkan pukul 19.13.

Jean merenggangkan tangan serta tubuhnya di atas kursi sembari mengerang pelan.

"Akhirnya selesai juga," gumamnya lega ketika dia telah menyelesaikan pekerjaannya.

"Jam berapa sekarang?" Jean melirik ke arah arloji yang berada di pergelangan tangannya.

"Hari ini aku pulang telat lagi," ucapnya.

"Sepertinya karyawan yang lain sudah pada pulang."

Jean bangkit dari kursi dan bergegas membereskan meja agar dia bisa cepat-cepat pulang.

Selesai beberes, Jean keluar dari ruang kerjanya seraya membawa tas kerja. Dan saat berjalan keluar dari kantor, dia tidak sengaja bertemu dengan Tristan.

"Katanya kamu nggak sibuk, tapi kenapa jam segini baru pulang?" tukas Tristan.

"Tadi soalnya ada kerjaan tambahan," ungkap Jean.

"Kamu bisa kerjakan besok," ujar Tristan.

"Nanti kerjaan aku malah jadi menumpuk kalau dikerjain besok," sahut Jean.

Pernikahan Politik ✓[TAMAT-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang