Chapter 24

41.5K 3.3K 268
                                    

Selamat membaca 😁

Ketika Richard keluar dari ruangan Tristan, dia tidak sengaja berpapasan dengan Jean.

"Jean?" Tanpa sadar Richard tersenyum saat melihat Jean.

Dia kemudian berjalan dengan langkah lebar untuk menghampiri mantan istrinya tersebut.

Belum sempat Richard menyapa Jean, wanita itu justru berjalan melewati Richard begitu saja seakan dia tidak melihat keberadaan Richard.

Richard tertegun. Hatinya berdenyut nyeri saat Jean terang-terangan mengabaikannya.

Dia sontak menoleh ke belakang dan menahan tangan Jean.

Jean menatap Richard tanpa ekspresi. "Lepaskan," ujarnya datar.

"Bisakah kita bicara?" Richard masih tidak melepaskan tangan Jean dari genggamannya.

"Banyak hal yang ingin aku bicarakan dengan kamu," imbuhnya.

"Tidak ada yang ingin aku bicarakan," pungkas Jean lugas.

"Tolong luangkan waktu untuk aku beberapa menit saja," pinta Richard.

"Aku sibuk," balas Jean singkat.

"Jean ... hanya sebentar saja, please." Richard menatap Jean dengan tatapan memohon.

"Kita sudah tidak ada urusan apa-apa. Jadi tolong, jangan ganggu aku lagi," ujar Jean penuh penekanan.

"Aku hanya minta waktu kamu sebentar, apa itu sulit?" sahut Richard.

"Kalau untuk orang lain, mungkin aku masih bisa meluangkan waktu untuk mereka. Tapi kalau untuk kamu, aku tidak bisa," ungkap Jean tenang.

"Kenapa?" Salah aku apa?"

Jean menghempaskan tangan Richard kasar.

"Kamu masih tanya salah kamu apa?" Jean tampak geram.

Dia mulai kehilangan kesabaran. "Seharusnya kamu introspeksi diri. Apa yang salah dari diri kamu sampai aku tidak mau bicara dengan kamu," bentaknya sembari menahan amarah.

"Fine, mungkin aku memang salah karena berhubungan dengan wanita lain di saat kita masih menjadi suami istri. Tapi kamu sendiri juga tidak pernah mau melayani aku. Jadi semua ini juga bukan murni kesalahan aku." Richard membela dirinya sendiri.

"Kalau saja kamu menjalankan kewajiban kamu sebagai seorang istri dengan baik, aku tidak mungkin mencari kesenangan di luar," sambungnya.

Jean menatap Richard dengan tatapan tidak habis pikir. Dia bahkan sampai ternganga lebar saat mendengar perkataan Richard yang justru menyalahkan dirinya atas tindakan yang dia lakukan. Bagaimana bisa ada orang yang tidak tau malu seperti itu?

Sedangkan Richard terlihat tidak merasa bersalah sama sekali meski dia telah berselingkuh, dan mengotori pernikahannya dengan Jean.

Jean tersenyum sinis. "Ternyata menjadi janda tidak terlalu buruk. Ini lebih baik dibandingkan punya suami pecundang seperti kamu," desisnya sarkas.

"Entah gimana nasib aku kalau memilih untuk tetap bertahan. Mungkin aku bisa gila," lanjutnya.

Richard menatap Jean tajam. "Apa maksud kamu?" tukasnya dingin.

Belum sempat Jean menjawab, pintu ruangan Tristan tiba-tiba terbuka.

"Jean, kamu sudah bawa berkas yang aku minta?"

Jean menoleh ke arah Tristan. "Aku sudah membawanya," jawabnya sembari menunjukkan dokumen yang berada di tangannya.

"Kalau begitu, masuklah. Kita bicara di dalam," ucap Tristan lembut.

Pernikahan Politik ✓[TAMAT-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang