Ratusan tahun lalu, hiduplah seorang raja bernama Raja Benaya. Ia tidak pernah memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Raja Benaya suka berfoya-foya dengan uang kerajaan yang diperoleh rakyat dengan susah payah.
Pada suatu hari, Raja memanggil arsitek terpandai di negerinya. "Bangunlah sebuah istana termegah untukku!" perintah Raja. "Semua bahannya sudah aku persiapkan. Tetapi, Arsitekku, kau harus membangun istanaku di puncak pegunungan Himalaya. Aku ingin kemegahan istanaku dapat dilihat seluruh dunia."
Sang arsitek mengangguk patuh. Ia lalu mulai membuat gambar istana yang sangat megah. Para pekerja lalu diperintahkannya untuk membangun istana secepat mungkin.
Pembangunan istana berlangsung hingga berbulan-bulan. Dan pada suatu hari, ketika sang arsitek memandang seluruh negeri dari puncak pegunungan, "Ya, Dewa. Ampunilah dosaku ini. Hamba telah tega membangun istana termegah untuk Raja Benaya. Padahal rakyat yang ada di bawah sana menderita. Mereka kelaparan dan tidak mempunyai rumah. Sementara raja hanya duduk di kursi kerajaan berfoya-foya," sesal sang arsitek.
Sejak saat itu, sang arsitek tidak meneruskan pembangunan istana. Ia menggunakan bahan-bahan bangunan yang diberikan Raja Benaya untuk membuat rumah-rumah kecil bagi rakyat.
Berita tentang pembangkangan si arsitek akhirnya diketahui Raja Benaya. Raja Benaya memerintahkan para pengawalnya untuk menangkap sang arsitek. Lalu dipenjarakan di penjara bawah tanah.
Pada suatu malam, Raja Benaya bermimpi berjalan-jalan di kahyangan. Tiba-tiba ia melihat sebuah istana yang sangat indah. Istana itu berlapis emas. "Milik siapakah istana itu, Dewa?" tanya Raja pada Dewa Brahma.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Istana itu milik arsitekmu. Ia telah membangun rumah-rumah bagi rakyat kecil. Dan inilah hasil yang ia peroleh," jawab Dewa Brahma sambil tersenyum. "Dan yang di sebelah sana adalah rumahmu."
Raja Benaya sangat terkejut. Ia melihat bangunan yang ditunjuk Dewa Brahma. Bangunan itu adalah sebuah gubuk kecil. Di dalamnya tampak hanya beberapa perabot yang terbuat dari tanah liat.
Saat itu juga Raja Benaya terbangun dari mimpinya. Dia sadar akan kekeliruannya. Rakyatnya hidup menderita di luar sana, tetapi ia hanya bersenang-senang di istana. Raja lalu membebaskan sang arsitek dan menyuruhnya melanjutkan pembangunan rumah bagi rakyat kecil.