Datang tanpa memberi kabar memang sengaja Aza lakukan, ia hanya ingin melihat bagaimana reaksi Dikta saat melihatnya nanti.
Berjalan menyusuri lorong gedung apartemen, dimana tempat tinggal Dikta ada didalamnya.
"I'll give you all of me, please let me enter your heart. I know men like having my body, aren't you interested to try me? I'm free for you, only you..." Tidak Aza sangka yang pertama kali ia lihat saat akan bertemu suaminya adalah hal seperti ini.
"Carol, how many times i have told you? It has been someone here." Balasnya sambil menyentuh dadanya.
"I'm married." Tambahnya.
"No!!! You're lie!! How could you have been married in your age, I don't trust you. I'll never give up until your wife stands front of me." Dikta hanya menghela nafas, tapi tubuhnya merasa ada yang mengamatinya.
Mengedarkan pandangannya, dan disanalah tatapan nya jatuh. Pada gadis yang memakai gamis berwarna pastel dan kerudung hitam. Mengusap matanya beberapa kali, memastikan matanya tidak salah lihat. Atau sedang berhalusinasi lagi.
Aza tersenyum miring bersedekap dada dengan tubuh yang sedikit miring karena bersandar di dinding.
Mengabaikan Carol yang tengah menggila, Dikta berlari menghampirinya istrinya itu. Menumpahkan segala rasa rindu dan kagum pada istrinya itu.
"Gue gak lagi mimpi kan?" Tanya Dikta pada dirinya sendiri, Aza mendengus kesal mendengar nya.
Aza mendorong Dikta, merenggangkan pelukannya. Berjalan maju meninggalkan Dikta.
"Do you his girlfriend?" Tanya Aza, Dikta gelagapan berlari mendekati Aza.
"Kamu ngapain?" Aza mengabaikan nya.
"Don't you know that he can't turn on?" Tanya Aza lagi, Dikta malu bukan main. Bisa-bisanya istri nya berkata seperti itu pada wanita lain. Dapat dilihat tatapan mencemooh dari Carol untuknya.
"Almost 3 years we have gotten married, but... Can you imagine... I'm still virgin..." Bisiknya pada Carol.
"He's crazy!! How could it be!!? You're so beautiful!! He's a jerk!" Carol berjalan ke arah Dikta.
Plak...
Dikta bingung, sangat bingung. Apa yang Aza katakan pada Carol?
"I pay it for you, you have to leave this rubbish!" Ucapnya, Aza hanya memasang ekspresi sedih.
"But i can't, i do love him... It's no matter if he doesn't give me his attention. Only beside him, it's enough for me... Thank you Carol." Ucapnya dengan nada lirih. Carol pun pergi setelah nya.
"Pintar sandiwara ya kamu..." Ucap Dikta melangkah mendekati Aza seraya mengelus kulit wajah yang terkena pukulan tadi.
"Buka pintu nya." Ucapnya masih mengabaikan Dikta, Koper milik Aza pun mengirimgi langkah mereka.
Setelah pintu tertutup, Dikta tidak bisa menahan lagi. Menyudutkan Aza pada dinding lorong rumah yang menghubungkan ke ruang tamu.
Kedua mata mereka saling beradu, Aza dengan sorot menantang, sedang kan Dikta menatap bak singa yang siap memangsa targetnya.
"Sepertinya keluarga Kusuma sangat suka membuat ku senam jantung." Aza hanya tersenyum miring mendengar nya.
"Bagaimana bisa kau datang begitu saja tanpa memberi tahu ku sama sekali." Aza menyipitkan matanya disertai smirk khas miliknya.
"It was a surprise, sepertinya berhasil." Aza mengambil salah satu tangan Dikta yang berada di pundak nya. Tapi,
"Mmhhh... Hmmm!!" Teriaknya teredam, karena mulutnya terkunci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna ✔️
Roman d'amourAda banyak hal yang bisa menyebabkan berubahnya karakter seseorang, begitupun dengan seorang Khanza Alazne Mabella. Gadis individu tanpa ekspresi, menatap datar semua hal yang dilihat nya. Dulunya hatinya sangat mendambakan cinta dan kasih sayang, h...