Aza menangis dihadapan nisan yang tanahnya masih sangat basah. Tadi itu hanya halusinasi nya saat melihat Miko, cucu Yang Oko. Aza pernah bertemu dengannya beberapa kali, Aza hampir tidak mengenalinya kalau Miko tidak menyapa dan menghampiri nya.
Miko adalah cucu Yang Oko dari anak ke dua Yang Oko, yang Oko memang seorang duda beranak dari mendiang istrinya yang sudah lebih dahulu dipanggil sang Kuasa. Miko juga pernah datang ke kediaman Kusuma sewaktu kecil untuk beberapa hari saat ayah nya sakit. Maka dari itu mereka saling mengenal.
"Selama ini kami sering berpindah-pindah tempat, karena pembunuh bayaran nyonya Gayatri selalu mengejar kami. Bahkan meski Nyonya sedang ditahan dipenjara." Jelas Miko, Aza mengepalkan tangannya menahan gejolak rasa yang membuat dadanya terasa panas.
"Dan beberapa bulan ini Eyang sering menyampaikan keinginannya untuk kembali ke kota ini, ingin ketemu Lo." Lanjutnya.
"Sayangnya..." Miko berhenti, urat-urat dipelipisnya muncul ke permukaan.
"Mereka berhasil menemukan Eyang, menghabisinya tanpa jejak sedikitpun." Tangis Aza semakin deras, meski suara tak lagi terdengar.
"Eyang ditemukan mati dalam keadaan tergeletak dilantai kamar mandi hotel, polisi mengatakan jika itu hanya kecelakaan." Nada Miko terdengar dingin.
"Tapi gue gak percaya, meski gak ada bukti, gue yakin ini sebuah pembunuhan." Aza diam dalam tangis, meratapi kesedihan nya seraya mendengar hal yang Miko sampaikan.
"Dan Lo pelakunya, Nana!" Meski terkejut, Aza hanya terdiam saat Miko menariknya dan mendorongnya hingga tersungkur.
"Semua nya karena lo! Meskipun bukan lo yang melakukan nya, semua ini terjadi karena lo. Secara tidak langsung lo yang menyebabkan Eyang meninggal. Pembunuh!!! Dasar pembunuh! Pembawa sial!!" Aza hanya diam meski terasa perih saat Miko menampar nya berkali-kali. Pikiran nya berkelana entah kemana.
"Karena lo, gue gak bisa hidup sebebas anak lain nya. Yang harus pindah di setiap semester nya karena ancaman keluarga Kusuma sialan itu!!! Dan lo enak-enak-an menikmati hidup dengan baik. Lo harus mati!!" Teriak Miko mendekati Aza lagi, meraih lehernya mencekik Aza hingga Aza tidak bisa bersuara.
"A...ku...mm-ohon... Ber...hen..ti..," (aku mohon berhenti) lirih Aza dengan suara berat menahan sakit. Karena Miko sedang kalap, ia tidak mengindahkan permohonan Aza.
Meski dibekali kemampuan bela diri, Aza tetap lah seorang perempuan yang akan lemah saat sedang lemah perasaan nya. Mengandalkan kekuatan pun sudah tidak bisa karena pikirannya sedang tidak bisa fokus, ditambah lagi kondisi tubuhnya belum pulih benar pasca insiden yang menyebabkan nya geger otak ringan. Dalam pikiran Aza saat ini adalah umpatan-umpatan pada dirinya sendiri yang seorang pembawa sial.
Aza tersenyum tipis sebelum kesadarannya menghilang, pasrah. Jika memang ini hari terakhir nya melihat dunia, ia hanya ingin bisa berterimakasih dan minta maaf pada Jacob, Amanda, dan Dikta dengan benar. Hanya itu.
***
"Aza!!!" Jantung Dikta berdebar kencang saat melihat Aza tergeletak di atas makam, seseorang dengan jaket club baseball terlihat berlari menjauh. Tedjo dan Nanang mengejarnya, sementara Esa membantu Dikta mengecek Aza.
Dikta mengecek napas Aza,
Tidak ada.
Kemudian beralih pada denyut nadi gadis itu, namun...
Tetap tidak ada.
"Denyut nadi nya gak ada Sa!!" Panik Dikta, Esa yang sedang menghubungi ambulans pun terkejut.
"Aza, aku mohon... Hei bangun!" Mengangkat Aza dan membaringkan nya di tempat yang datar, untuk melakukan CPR.
Berprofesi sebagai seorang pelatih beladiri membuat nya harus menguasai hal-hal dasar pertolongan pertama untuk berjaga-jaga saat anggota nya ada yang cedera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna ✔️
RomanceAda banyak hal yang bisa menyebabkan berubahnya karakter seseorang, begitupun dengan seorang Khanza Alazne Mabella. Gadis individu tanpa ekspresi, menatap datar semua hal yang dilihat nya. Dulunya hatinya sangat mendambakan cinta dan kasih sayang, h...