Chapter 24. Kenangan Untuk Diingat

1.4K 100 0
                                    

Aza tak henti menggenggam tangan Gavin saat pesawat melakukan pendaratan, karena ia terbangun disebabkan oleh pesawat yang sempat turbulensi. Sungguh pengalaman pertama yang buruk, ia juga sedikit kesal dengan semua orang. Kenapa tidak ada yang memberi tahunya tentang keberangkatan mereka ke Jepang.

Ia juga baru sadar, sepertinya salah satu menu makanan semalam mengandung obat tidur. Maka dari itu ia merasakan kantuk yang hebat semalam. Sampai tidak merasakan tubuhnya dibawa kesana kemari.

"Kita sudah sampai sayang," ucap Gavin sambil mengelus kepala Aza dengan tangan kirinya, dimana tangan kanannya masih digenggam erat oleh Aza.

Mereka sudah sampai di Bandra Haneda, Tokyo. Mobil Van mewah juga sudah menanti mereka untuk mengantar mereka ke hotel yang berada di prefektur Shinagawa, yang membutuhkan waktu perjalanan hanya 11 menit saja.

Memilih hotel yang paling strategis untuk berwisata, yang pastinya memudahkan nya untuk mengakses transportasi. Karena pastinya mereka tidak akan selalu menggunakan kendaraan pribadi untuk mengunjungi suatu tempat.

Dari hotel yang mereka pilih, mereka hanya perlu menyeberang untuk sampai ke JR Station, lokasi nya juga dekat dengan pusat perbelanjaan.

"Irassahaimase," (Selamat datang) sambut petugas hotel.

Pagi ini mereka akan beristirahat terlebih dahulu, mengumpulkan tenaga untuk mengeksplorasi tempat-tempat yang ingin dikunjungi.

"Masih marah, hmm?" Tanya Vino saat melihat adik bungsu nya itu hanya diam menikmati sarapannya dengan bisu.

"Ah, nggak kak. Hanya sedikit pusing." Balas Aza kikuk. Vino menyentuh kening Aza dengan punggung tangannya.

"Masih jetlag, kayanya. Habis ini istirahat ya, nanti kalo udah enakan baru kita bisa keluar jalan-jalan. Yang lain juga pasti capek." Ucap Vino pelan, lebih seperti bisikan. Karena yang lain juga sibuk menikmati sarapan. Belum lagi para pria yang sibuk mengecek email nya, kalau-kalau ada urusan mendadak.

Tiba-tiba Lena bersuara, khas orang mual. Wajahnya juga langsung terlihat pucat, ditambah kelelahan karena tidurnya yang kurang nyenyak.

"Aku bawa Lena istirahat dulu, semuanya silahkan nikmati sarapan kalian." Ucap Anton sambil membopong Lena.

"Kak Lena hamil?" Tanya Aza tiba-tiba, yang membuat orang-orang terkejut. Hendri tersenyum lembut menatap putrinya, tidak disangka putrinya bisa bersikap polos seperti anak-anak yang masih penasaran akan semua hal.

"Kita juga berharap begitu, tapi sepertinya dia hanya kelelahan atau jetlag. Kamu juga pusing kan?" Balas Gavin, memecahkan keheningan.

Terasa canggung membicarakan hubungan orang lain, terlebih lagi ada Devi disini. Meskipun Lena adalah menantu anak pertama Kusuma, ada Devi sebagai menantu pertama Kusuma. Ya, Davin melangkahi Anton. Tapi dalam 3 tahun pernikahan mereka belum dikaruniai anak.

Setelah sarapan selesai, tidak ada pembicaraan lain. Mereka memutuskan untuk istirahat ke kamar masing-masing. Tapi tidak dengan Vino dan Gavin, mereka memilih bertandang ke kamar adik gadis nya itu.

"Oh my Gosh, i need my privacy!!! Arghhh!!!" Teriak Aza saat kedua kakaknya mengapit nya hingga ia merasa gerah karena keduanya.

"Onye nye nye... Hmmmp hmmp hhh," keduanya tidak mendengarkan, dan malah semakin merapat tubuh besar merek hingga tubuh mungil Aza tidak nampak sama sekali.

"Kak.... Napas aku sesek...." Rintih Aza, yang tentu saja langsung membuat keduanya terkesiap.

"Maaf sayang, gimana? Gimana? Mana yang sakit?" Tanya Vino yang langsung terduduk memeriksa keadaan Aza.

Warna ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang