Chapter 3. Bintang Jatuh

3.1K 254 1
                                    

Five Years Ago

Hari itu seperti bintang jatuh hadir dalam hidupnya, hidup bersama keluarga nya serasa pilihan mati bagi Nana. Dan hari itu Amanda datang seperti bintang jatuh yang akan memberikan cahaya untuknya.

Nana menatap Amanda takut-takut, tapi ia sangat suka akan kasih sayang yang Amanda berikan padanya.

"Nama kamu siapa sayang?" Tanya Amanda, saat ini mereka tengah menuju rumah sakit. Nana hanya menggeleng.

"Tidak apa-apa sayang, jangan takut." Nana mengangguk, tapi suaranya seakan hilang. Ia ingin bicara tapi suaranya tercekat, hingga hanya air mata yang bisa Nana sampai kan.

"Pelan-pelan sayang, kakak tidak memaksa." Ujar Amanda lalu tersenyum. Ia menatap kulit putih gadis itu yang dipenuhi lebam, pasti sangat sakit. Dan gadis ini merasakannya bertahun tahun.

***

Yang Oko terdiam saat mendengar penjelasan Naina, ia tidak tahu apa yang terjadi di rumah hari ini. Seharian ia pergi ke pasar untuk belanja kebutuhan rumah.

Tekad nya sudah bulat, keberadaan Nana juga sudah aman. Sekarang saat nya membongkar semuanya. Tentang jatidiri Nana, serta semua insiden yang terjadi.

"Selamat malam tuan," sapa Yang Oko sopan.

"Ada apa paman?" Tanya Hendri langsung ke inti, karena biasanya Yang Oko jarang menemuinya secara langsung.

"Tuan Hendri saya ingin mengaku kesalahan saya selama ini." Yang Oko tertunduk sopan, Hendri mengernyit heran.

"Tentang Nana, kalau tuan tetap meragukan nya. Tuan bisa melakukan tes DNA, padahal dulu saya pikir anda bisa menyadari nya melalu genetik yang Nana miliki. Tapi sampai akhir anda tidak mempercayai nyonya Nadira. Saya ingin menceritakan hal yang sebenarnya Nyonya Nadira alami." Yang Oko memberikan amplop, didalamnya berisi bukti-bukti bahwa Nadira tidak pernah selingkuh dan Nana adalah putrinya.

"Selama ini saya selalu takut untuk menyerahkan ini pada tuan, saat itu saya masih memiliki ibu yang butuh banyak biaya untuk perawatan nya. Walau pada akhirnya ia juga tidak selamat. Anda boleh menghukum saya tuan, tapi sebelum itu saya ingin menyampaikan kebenaran yang terjadi." Gavin dan Devan yang baru pulang sekolah ikut bergabung saat melihat Ayahnya terdiam dengan tatapan tajam.

Hendri membuka amplop itu, dan benda pertama yang ia pegang adalah amplop yang memiliki logo rumah sakit.

"Surat pemeriksaan itu keluar 2 bulan sebelum tuan dan nyonya besar memergoki nyonya Nadira bersama pria lain. Saat itu tuan sedang dinas keluar kota. Nyonya memutuskan untuk merahasiakan nya, ia berencana memberi kejutan pada anda setelah tahu jenis kelamin bayi yang ia kandung." Yang Oko berujar sendu, Hendri menggenggam surat itu sangat erat sampai remuk. Kemudian ia merogoh amplop itu lagi dan terdapat tape recorder. Tanpa basa-basi ia memutar audio yang tersimpan di dalam nya.

"Kalian semua harus bersaksi dengan mengatakan jika Nadira memang sering membawa pria ke sini. Atau kalian akan tahu akibatnya. Dan kamu Oko, kalau kamu berani bicara tentang hal yang terjadi sebenarnya sedikitpun pada Hendri, siap-siap merayakan pemakaman ibu mu keesokan harinya." Hendri terkejut, jelas sekali itu adalah suara ibunya. Kemudian ia berlanjut mengambil lembaran-lembaran yang ada didalam amplop. Isinya adalah daftar riwayat transfer atas nama ibunya ke pembantu-pembantu yang pernah bekerja di rumah ini.

"Saya selalu berusaha menyampaikan kebenaran ini sedari dulu tuan, setiap kali saya berusaha menyampaikan nya ada saja pembantu yang hilang atau mendadak mengundurkan diri dari rumah ini. Dan semua pembantu yang pergi itu kebanyakan yang menjadi saksi 14 tahun yang lalu. Saya pernah menyelidiki nya, dari sekian banyak pembantu yang mengundurkan diri, ada 5 pembantu yang ditemukan polisi mati mengenaskan selang beberapa hari dari kepergian nya." Hendri terdiam, pikiran nya berkecamuk.

Warna ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang