Aza sudah stabil, dari kejadian itu ia menyadari satu hal. Trauma nya akan muncul jika ada yang memicunya. Ia berharap bisa lebih tegar melihat hal-hal kasar, ia tidak mau terlihat lemah. Karena yang mengerti dia, yang bisa menolong dirinya hanya dirinya saja. Tidak ada siapapun.
"Oh ya, apa nona lapar?" Tanya Nina, asisten yang dikirim keluarga nya untuk merawatnya.
"Tidak." Aza masih asik memainkan game online di ponselnya.
"Kalau nona lapar, bilang ke Nina ya non. Nanti Nina ambilkan." Ucap Nina lembut, khas perempuan.
"Hmm" Aza menghiraukan nya.
"Iya Aza, bagaimana?" Sambungan telepon dengan Jacob terhubung.
"Kapan Aza bisa pulang Om?" Tanya Aza tanpa basa-basi.
"Ha ha... Putri cantik ini sudah bosan rupanya. Baiklah... Baiklah... Sore ini kau sudah bisa pulang." Aza mendesah lega, akhirnya ia bisa bebas.
***
Aza sudah siap untuk pulang, Jacob juga sudah datang. Tapi Jacob menatap Aza lembut, seolah ada yang ingin di sampaikan oleh pria dewasa tersebut.
"Aza," Aza menatap Jacob.
"Sudah 5 tahun, tapi kau masih sering mengalami hal seperti ini. Sepertinya sekarang sudah saatnya kau mencoba melepaskan rasa sakitmu." Aza menautkan alisnya bingung.
"Buka pintu untuk keluarga mu disini..." Ucap Jacob sambil menunjuk dada nya.
"Bulan depan om dan tante Amanda akan pergi ke Jepang untuk penelitian. Kami khawatir, siapa yang akan menjaga mu nanti. Kalau ada kejadian seperti ini lagi bagaimana?"
"Aza bisa sendi..."
"Yakin masih bilang gitu? Kemarin untung ada orang baik yang nolongin kamu sampai dia sendiri luka-luka. Besok-besok kalau terjadi lagi gimana?" Tanya Jacob.
"Kejadian seperti ini baru pertamakali om, selama 5 tahun saya tinggal sendiri tidak terjadi apapun. Kemarin hanya sedang sial saja. Om dan kak Amanda bisa pergi ke Jepang dengan tenang." Jacob terdiam, Aza sangat keras kepala.
"Tante Amanda," koreksi Jacob. Oh tentu saja, Amanda berakhir dengan menikahi Jacob yang umurnya terpaut 12 tahun.
"Hmm." Balas Aza, kemudian memakai Hoodie nya.
"Sudah boleh pulang kan?" Aza hanya bertanya tidak menunggu jawaban. Karena langsung keluar ruangan untuk pulang.
***
Langkah Aza terhenti saat berhadapan dengan Kirana, saudara tirinya. Jujur saja dulu ia sangat iri sampai sakit hati pada gadis dihadapan ini. Kirana hanya anak tiri, tapi diperlakukan bak putri kerajaan oleh keluarga Kusuma.
"Kamu sudah mau pulang?" Tanya Kirana lembut, Aza menatap nya datar. Berpikir apa yang sedang direncanakan ratu drama didepannya itu. Aza memilih mengabaikan nya dan melalui Kirana begitu saja. Namun....
Bruk...
"Uhh... Shh..." Tidak ada angin dan hujan tiba-tiba gadis itu jatuh.
"Kirana!!!" Suara melengking khas perempuan menggema di koridor klinik itu. Oh ya, klinik ini milik Amanda dan Jacob.
"Bangun nak, bagaimana bisa kamu terjatuh?" Tanya Vennie setelah membantu Kirana berdiri, entah karena bodoh atau apa anehnya Aza masih terdiam disana dan memperhatikan.
"...." Kirana diam, tapi matanya menatap Aza takut-takut.
"Kenapa kamu melakukan ini?" Tanya Vennie sarkastik, Aza bersedekap dada. Jengah dengan drama yang masih saja mereka perankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna ✔️
RomanceAda banyak hal yang bisa menyebabkan berubahnya karakter seseorang, begitupun dengan seorang Khanza Alazne Mabella. Gadis individu tanpa ekspresi, menatap datar semua hal yang dilihat nya. Dulunya hatinya sangat mendambakan cinta dan kasih sayang, h...