Chapter 28. A-ayah...!

1.4K 96 0
                                    

Hampir sebulan lebih dari hari yang seharusnya Hendri datang menemuinya, hari ini adalah jadwal sesi ke-dua nya melakukan terapi. Mengenai hubungan nya dengan ke empat kakak nya, sudah ada kemajuan positif. Tapi tetap harus ke empat pria itu yang mengambil inisiatif duluan.

Seperti menghabiskan waktu berdua dengan salah satu kakaknya bergantian, agar Aza semakin mengenal sisi positif kakak-kakaknya.

Aza tidak setegang dulu lagi saat bersama mereka, hanya saja Aza seperti tak mungkin kembali ceria lagi. Karakter nya yang terluka sudah membuat nya seperti itu, dingin dan cuek atau malas peduli.

"Kali ini kakak tidak usah membelikan aku es krim, karena bukan usia ku lagi mengonsumsi makanan anak-anak." Pinta Aza pada Anton.

"Lalu kau ingin kemana?" Tanya Anton.

"Entahlah, semalam aku membaca cerita yang menggambarkan pantai. Aku sedikit tertarik." Balas Aza tsundere.

"Boleh juga, kita juga sudah lama tidak berlibur." Sambut Davin, begitupun si kembar.

"Baiklah kita akan mengatur jadwalnya nanti, tapi hari ini bagaimana kalau ke taman bermain?" Tanya Anton lagi.

"Ayolah, stop memperlakukan aku seperti anak-anak!" Kesal Aza, meski ia juga penasaran, tapi ia tidak suka. Dulu es krim, sekarang taman bermain. Memangnya dia anak-anak.

"Aku hanya ingin pulang dan istirahat!" Baru kali ini ke empat kakaknya melihat adiknya bersikap layaknya seorang adik yang banyak maunya. Bukan nya kesal, ke empatnya malah senang bukan kepalang.

"Oh, baiklah. Kita ke taman bermain saja kak!" Sambut Davin, sambil mengusap poni Aza yang mulai panjang menghalangi matanya.

"Terserah kalian." Balas Aza malas.

Suasana mobil selalu riuh berkat si kembar dan kakak ke dua. Ke tiga nya selalu ada bahan untuk di ributkan. Bahkan sesekali Anton juga ikut bergabung dalam pembicaraan. Tidak ada yang menyadari, Aza tersenyum tipi ditengah kehangatan mereka bercengkrama. Senyum yang sangat tipis hingga hanya Aza sendiri yang bisa merasakan nya, dan hanya terjadi sepersekian detik.

"Hati-hati!! Imbangi langkah adik kalian!" Teriak Davin saat Vino dan Gavin berlari sambil menuntun Aza di kedua sisi. Tentu saja, Aza sedikit kewalahan. Meski jarak tinggi mereka tidak terlalu jauh. Yah, tinggi si kembar bermain kisaran 170++, sedangkan Aza 165++.

Pertama-tama mereka bermain bom-bom car, meski tetap mengedepankan gengsi, disini Aza terlihat ambisius dan menikmati permainan. Kemudian mereka bermain panahan, disini Aza sukses membuat kakak-kakaknya terperangah dengan kemampuan memanahnya. Selanjutnya mereka bermain mesin capit, disini para kakak bertaruh, siapa yang bisa mendapatkan lebih banyak boneka, ia bisa bermain dengan Aza sampai waktu hari ini selesai.

"Ini terlalu mudah untuk ku." Pongah Gavin, saat ini poin nya memimpin.

"Tentu saja, kau selalu bermain ini untuk memenangkan hati gadis-gadis yang akan kau pacari." Sinis Vino, dia berada di urutan kedua dengan selisih satu poin.

"Jadi mesin... Jadi mesin..." Ucap Gavin, mengikuti suara kartun kesukaannya.

Ditengah persaingan sengit itu, Aza pelan-pelan memundurkan diri dan menghilang. Meninggalkan ke empat pria yang tengah bersaing sengit itu.

Tertarik dengan roda besar yang membawa sarang burung berputar diatas ketinggian itu, Aza masuk ke dalam salah satunya.

Tes...

Satu dua tiga, air mata mulai mengalir. Entah untuk apa ia menangis, Aza pun tidak tahu. Ia hanya bingung, bingung dengan keadaan yang berputar 360° ini. Perasaan nya sudah mulai terlena dengan kehangatan dan kasih sayang yang sangat ia dambakan semasa kecil.

Warna ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang