Awal perkuliahan dimulai, hari ini adalah hari pertama Aza memasuki kuliah. Tadinya keluarga nya melarang Aza untuk mengikuti ospek, toh juga tidak penting dan bisa membahayakan kesehatan Aza. Namun Aza menolak, kali ini ia ingin lebih dekat dengan lingkungan. Tidak harus sampai sangat dekat, dianggap tidak aneh dan mengenal beberapa orang sudah sangat ia syukuri.
Dan tentu saja yang harus direpotkan untuk menyampaikan komunikasi antara Aza dan keluarga adalah Dikta. Duduk seperti biasa di bus Trans menuju kampusnya, yang berbeda adalah adanya Dikta yang duduk disampingnya. Karena diwajibkan memakai dress code bertema hitam putih, hari ini Aza malah masih terlihat seperti anak SMA.
Rambutnya yang hanya dijepit bagian poni memberikan kesan manis untuk wajah datarnya. Mereka asik dengan ponselnya masing-masing, hingga mereka sampai di kampus.
"Pulang nanti kabari aku ya." Pinta Dikta, Aza memicing kan matanya.
"Aku pulang sore," balas nya.
"Aku jemput, lihat nih!" Dikta menunjukkan kolom chat nya, ada Vino dan Gavin yang mewanti-wanti Dikta untuk mengantar jemput Aza.
"Baiklah." Aza kemudian berbalik, namun kerah bajunya Dikta tahan.
"Kau melupakan sesuatu," Dikta mengulurkan tangannya, agar Aza menyalaminya. Seperti biasa Aza hanya menjabat nya seperti seorang yang membuat kesepakatan. Gemas, Dikta menarik tangan Aza dan mengecupnya.
"Kau harus belajar untuk hal ini, hmm?" Kemudian Dikta menepuk pundak Aza, memberi semangat kepada gadis itu.
"Kalau ada masalah hubungi aku ya, kalau kau tidak bisa mendapatkan teman, istirahat shalat dan makan siang nanti temui aku di kantin. Kita bisa makan bersama." Aza mengangguk kemudian meninggalkan Dikta yang melambaikan tangan seraya tersenyum padanya.
"Istri gue cantik banget... Makasih ya Allah!!" Seru Dikta saat Aza sudah tidak terlihat.
***
Aza baris di bagian tengah, mendengar sambutan yang disampaikan rektor dan orasi-orasi yang disampaikan kan senior nya membuatnya pegal. Beruntung walaupun acara dilaksanakan outdoor, para panitia berbaik hati dengan mendirikan tenda tarub. Sudah seperti itupun masih banyak mahasiswa yang pingsan. Mungkin hal seperti itu tidak akan bisa dihindari oleh setiap penyelenggara acara.
Setelah acara resmi selesai, waktunya istirahat makan siang yang. Nanti setelah waktu shalat dzuhur dilanjutkan acara non resmi yang akan dipandu panitia acara atau seniornya. Sepertinya yang diucapkan Dikta benar terjadi, ia tidak mendapatkan teman. Ia mengirim pesan pada Dikta agar menjemput nya di lapangan, karena ia belum tahu lokasi kampus.
Walau begitu ia merasa beruntung sekarang ada Dikta, dulu hari pertama masuk SMA ia bahkan terlambat masuk kelas karena tidak tahu ruangan ada dimana. Ingin bertanya ia takut dan malu, saat itu hari pertamanya keluar ke lingkungan yang banyak manusia nya.
Biasanya Jacob dan Amanda mengajaknya mendaki atau berekreasi, namun karena kejadian ia masih sulit berkomunikasi dengan orang yang tidak dikenal, Jacob dan Amanda rutin mengajaknya mengikuti kegiatan bakti sosial. Dan karena hal itu ia bisa terbiasa bicara dengan orang lain, namun tetap saja berbeda saat ia berkomunikasi dengan orang seumuran dengannya. Sulit, ia tidak bisa masuk ke dunia mereka. Dunianya berbeda.
"Kau lelah?" Tanya Dikta penampilan pria itu masih terlihat segar, entahlah menurut Aza begitu.
"Lumayan." Balas Aza.
Mereka pun beriringan menuju kantin. Dikta yang memesankan makanan, sedangkan Aza mencari tempat duduk. Aza tidak pemilih soal makanan, ia memakan semua yang tersedia. Sebagai ungkapan syukur nya bisa makan dengan bebas, karena di masa lalu ia bahkan sangat jarang bertemu dengan makanan yang layak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Warna ✔️
RomanceAda banyak hal yang bisa menyebabkan berubahnya karakter seseorang, begitupun dengan seorang Khanza Alazne Mabella. Gadis individu tanpa ekspresi, menatap datar semua hal yang dilihat nya. Dulunya hatinya sangat mendambakan cinta dan kasih sayang, h...