Chapter 35. Owned

1.5K 72 0
                                    

Aza menatap wajah damai Dikta yang terlelap. Setelah shalat subuh, mereka memutuskan untuk kembali tidur. Cukup lelah dengan aksi perdamaian yang mereka lakukan semalam.

Aza bersemu merah, mengingat betapa lembut nya Dikta memperlakukan nya. Bahkan ia juga yang menyiapkan air mandi Aza, dan membantu membersihkan diri. Setelah mereka menyelesaikan pengalaman pertama mereka.

Saat ini pukul 8 pagi waktu setempat, Aza beranjak dari tidurnya. Setidaknya mereka harus bangun untuk sarapan kan? Berjalan ke dapur dan melihat isi kulkas, hanya ada makaroni dan makanan instan lainnya disana.

"Bukannya dia pintar masak?" Gumam Aza sambil meraih Makaroni beserta bumbu lain nya untuk membuat pasta. Merasa butuh pelengkap lain, Aza turun ke lantai bawah untuk ke minimarket. Membeli sebuah brokoli dan ikan fillet, ia hanya ingin membuat tumisan biasa. Sebagai pelengkap sarapan.

Sarapan yang membosankan baginya, karena lidahnya sangat Indonesia. Dia butuh nasi, tapi dilihat dari perlengkapan dapurnya, Dikta tidak menggunakan tanak nasi.

Sekitar 15 menit berkutat di dapur, menu sarapan nya sudah siap. Ia menggunakan cukup banyak keju, karena ia cukup minat dengan bahan makanan tersebut.

Menyantap makanan nya dengan tenang di meja makan, sebuah kecupan hinggap di pipi nya.

"Udah enakan?" Tanya Dikta, Aza hanya mengangguk sambil mengunyah makanan nya.

"Udah gak ngambek nih?" Tanya Dikta lagi, Aza hanya diam menatap nya malas.

"Salah lagi nih?" Tanya Dikta, karena melihat kerutan kesal di dahi istrinya itu.

"Nih sarapan." Ucap Aza seraya menggeser piring yang berisi makanan yang sudah ia siapkan tadi. Tahu Dikta akan menyusul nya, karena sebelum beranjak ke dapur Dikta sempat menanyainya dalam setengah sadar. Aza memilih menikmati sarapannya lebih dulu, toh ia bukan orang yang mendambakan moment romantis seperti pasangan lain nya. Yang kebanyakan pasti memilih sarapan bersama. Mesra tidak harus begitu kan?

"Ternyata istri aku bisa masak ya...!" Ucap nya senang dan menarik kursi makan di samping Aza.

"Kapan terakhir kali kamu belanja bulanan?" Tanya Aza lalu menyuapkan makanan ke mulutnya. Dikta yang mendapatkan pertanyaan pun bersegera menelan makanan yang ia kunyah.

"Belum lama kok, persediaan dikulkas sepertinya masih banyak ...." Teringat jika hanya mengkonsumsi makanan instan, tatapan menjadi gamang untuk menyambut tatapan menuntut Aza.

"Pantas saja sekarang roti sobek mu sekarang berubah jadi, roti gulung." Balasnya kesal. Dikta yang tadinya mengalihkan wajahnya karena malu dan wajah nya merah, kini berbalik menatap Aza kesal.

"Apa itu?!" Kesalnya sambil berkacak pinggang. Aza hanya diam, merasa tidak penting meladeni Dikta yang merajuk seperti itu.

"Aku kira kalau pintar masak, kau bisa mengurus dirimu sendiri. Apa ini, bahkan satu potong sayuran pun tidak ada di kulkas mu. Benar-benar." Geram Aza, membuat Dikta yang merajuk kembali ketar-ketir lagi.

"Baiklah... Aku salah, nanti kita belanja ya...?" Putus Dikta, ingin menyudahi masalah yang Aza permasalahkan.

"Seminggu habis wisuda, kita pulang ke Indo ya?" Aza diam saja, biasanya kalau diam berarti Aza setuju berdasarkan pengalaman Dikta.

Menghabiskan sarapannya, Aza membawa piringnya ke wastafel dan mencuci nya. Kemudian Dikta menaruh jugs piring nya ke dalam wastafel saat Aza sedang mencuci. Setelah meletakkan piringnya, Dikta melingkar kan tangannya pada perut Aza. Menikmati aroma sabun yang biasa ia pakai menguar dari tubuh Aza.

"Mau nonton?" Tanya Dikta, Aza hanya mengangguk menyetujui.

"Anak SMA kalo pacaran emang kaya gitu ya?" Tanya Aza, Dikta terperangah mendengar pertanyaan Aza.

Warna ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang