Side Story 3

504 16 1
                                    

Lu'lu, tidak dapat menahan kegugupan nya saat pertama kali mereka hanya berdua di dalam kamar. Vino sendiri hanya bisa memasang seringai, pada bibir merah nya. Karena menangkap ketakutan di wajah istri nya itu. Yang aneh nya malah terkesan lucu di mata Vino.

"Emmm ... Abang dulu, atau aku dulu yang mandi?". Tanya nya, memecah keheningan.

"Bareng aja, gimana?". Balas nya dengan senyum menggoda.

Bugh ...

"Wah ... Belum ada sehari jadi istri, udah KDRT aja.". Rintih Vino sambil mengelus pundak nya, yang terkena pukulan Lu'lu, yang sial nya cukup terasa linu.

"Eh, bang! Maaf! Sengaja! Soalnya, abang ngeselin." Balas Lu'lu, lalu hendak beranjak dari duduknya.

Namun dengan sigap, Vino menariknya hingga ia terduduk di atas pangkuan pria itu. Dan memang karena suasana yang mendukung, tahu-tahu Lu'lu sudah terlentang dibawah kuasa Vino.

Bibir mereka pun bertaut, tangan Vino pun,  dengan lincah melepaskan satu persatu kain yang tadinya melekat pada tubuh Lu'lu. Berbeda dengan Lu'lu yang lebih terlena dengan sentuhan-sentuhan yang Vino berikan.

"Bentar dulu bang! Stop! Stop!" Titah gadis itu, Vino pun menghentikan aktivitas nya, menatap gadis nya yang sudah berantakan di buat nya itu, dengan tatapan berkabut.

"Abang, udah sunat kan?" Tanya Lu'lu yang sukses membuat mood Vino turun.

"Seriusan, kamu tanya itu?!!" Kesal Vino, Lu'lu mengerjap polos.

"Yaudah, ayo lihat, kalo kamu pengen tahu." Bisik Vino lembut.

"Yaudah aku mandi dulu, nanti kita sholat sunnah dulu." Ucap Gadis itu, yang dengan gesit melepaskan diri dari Vino.

***

Setelah membersihkan diri dari aktivitas intim mereka, mereka masih belum bisa tidur. Ada banyak pikiran yang berkelana di masing-masing kepala keduanya.

"Bang,"

"Hmm,'

"Apa yang ngebuat abang, tiba-tiba yakin pengen nikahin aku?" Tanya Lu'lu.

"Kemarin malam, Aza datang nemuin aku." Lu'lu menyimak.

"Dia bilang Minggu depan, kamu akan di khitan. Aku gak tahu istilah apa itu, yang pasti kamu bakal segera nikah setelah nya." Vino yang mendapati, wajah geli istri nya pun heran.

"Khitbah bang, bukan khitan. Khitbah itu, arti nya perempuan itu sudah di minta orang untuk jadi istrinya. Yang memang pernikahan akan segera terjadi. Atau orang-orang lebih familiar dengan istilah tunangan. Hanya saja, khitbah sendiri ada aturan yang lebih kompleks lagi, dibandingkan bertunangan." Jelas Lu'lu.

"Kalo Khitan?" Meski menahan tawa, Lu'lu mencoba menjelaskan jawaban dari pertanyaan Vino.

"Kalo Khitan itu, tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup penis. Yang artinya, sunat."

"Tinggal bilang sunat aja, ribet kamu." Kesal Vino dengan wajah memerah.

"Ya, kan, kapan lagi, bisa godain abang." Sorak Lu'lu gembira.

"Bang, mungkin, sampai beberapa waktu, hidup kita gak bisa ayem, seperti yang abang harepin." Ucap Lu'lu dengan nada serius. Vino mengernyit sejenak, dan segera paham apa yang Lu'lu maksud.

"Aku, bakal selalu ada disamping kamu, sebagai teman atau partner hidupmu. Dan akan berada di depan kamu, sebagai pelindung utama kamu. Kita lewatin bareng² ya? dan percaya, kamu aman bersama ku." Jelas Vino.

"Kita berkembang bersama ya, untuk menjadi lebih baik." Bisik nya, sambil mengecup pelipis sang istri.

"Jalan kita, masih panjang untuk sampai pada titik sakinah mawadah warohmah. Pelan-pelan ya, kita usahakan satu persatu. Makasih udah mau terima aku, jadi teman hidup kamu. My queen ..." Tambah nya, sambil merengkuh Lu'lu dalam pelukannya.

"Kamu mau terus-terusan panggil aku, abang?" Tanya Vino.

"Ummm, kenapa? Aneh ya?" Tanya Lu'lu.

"Soalnya, kaya gak nyambung aja. Kamu orang Sunda, aku Chindo jawa. Abang?" Tanya Vino lagi, dengan wajah heran tidak terima.

"Tapi Aza, panggil abang, abang. Gak masalah tuh?" Tanya Lu'lu. Vino menghela nafasnya berat, Lu'lu belum mengetahui hubungan emosional Aza dan keluarga nya seburuk apa.

"Ada cerita nya, sayang ... Bagi kami, Aza masih mau anggap kami keluarga, juga sudah syukur. Makanya, kami gak pernah mempermasalahkan panggilan dia ke kami seperti apa." Jelas Vino, Lu'lu mengangguk mencoba memahami.

"Panggil Kokoh gitu?" Tanya Lu'lu dengan nada polos.

"Gak salah sih, tapi gak bener juga." Balas Vino, sedikit gemas.

"Terus apa? Sayang? Bubi?" Tanya Lu'lu lagi.

"Bubi?" Tanya Vino, tidak paham.

"Pelesetan dari hubby." Jelas Lu'lu, dengan wajah tersipu.

"Alay, tapi aku suka." Lu'lu merengut mendengar pendapat suaminya itu.

"Gak papa, itu aja, kalo alay nya bareng kamu, aku suka." Tapi Lu'lu malah merengut sebal mendengar nya.

"Kan pas juga, biar aku bisa panggil kamu Bibi. Walaupun nama kamu emang Bibi, tapi buat aku itu pelesetan dari baby. Pokoknya gak ada yang boleh panggil kamu bibi, selain aku. Bila perlu kamu ganti nama, dan hapus nama Bibi kamu. Biar aku aja, yang bisa manggil." Lu'lu tersenyum canggung mendengar nya, suaminya ternyata cukup alay dan lebay juga. Lumayanlah.

Sepemahaman nya, Vino besar di lingkungan yang, high class. Seakan tidak mungkin, Vino akan memiliki sisi yang seperti ini.

"Makasih ya, mas, udah mau pilih aku." Ucap Lu'lu, lalu mengecup pipi Vino, pelan. Dan langsung bersembunyi dengan menutupi tubuhnya dengan selimut, sampai kepala.

"Mas? Itu juga gak papa, aku suka juga." Respon Vino, lalu memeluk Lu'lu dengan erat dibalik selimut.

"Kita buat temen, untuk Afi yuk. Biar Afi gak kesepian." Rayu, Vino.

"Tadi kan udah." Cicit Lu'lu.

"Biar langsung ada impact nya, Bi." Ucap Vino, pandai sekali.

"Impact ... Impact, alasan kamu. Aku capek, bangun jam 2 pagi, diajak nikah dadakan, langsung ke rumah sakit. Sampe rumah, juga masih harus ngeladenin kamu, nanti lagi ya? Istirahat dulu. Aku pengen tidur." Keluh Lu'lu. Vino pun tersadar, hari ini pasti sangat melelahkan bagi Lu'lu. Dan pastinya mengejutkan.

"Iya, sayang, yaudah, tidur yuk! Sini, jangan jauh-jauh!" Lu'lu menjerit, saat Vino menariknya ke dalam dekapan nya.

"Dah, bobok yang nyenyak, sampai ketemu besok. Assalamu'alaikum." Ucapnya setelah itu, mengecup pucuk kepala Lu'lu. Dan terpejam, setelah nya.

Warna ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang