Chapter 32. Investasi

1.2K 78 0
                                    

Aza kini sudah lebih rileks menempatkan dirinya di suasana apapun, dan ya... Tetap menjadi dirinya yang seperti itu. Tapi kini perasaan benci dan marah pada keluarga nya sudah memudar, meski mungkin masih ada, tapi tidak seperti dulu. Dan perasaan itu juga akan memudar dengan waktu yang disertai kenangan-kenangan indahnya bersama keluarga.

"Are you ok sweety?" Tanya Vino yang bertanya dari balik kemudi, karena melihat adiknya melamun dari kaca tengah mobil.

"Dek..?" Panggilnya lagi, atensi Gavin yang sedari tadi sibuk melihat ponsel nya pun beralih.

Aza tidak bergeming, kali ini ia masih terhanyut dalam pikirannya. Lu'lu yang duduk disebelah nya pun mengguncang tubuhnya pelan, hingga ia tersadar.

"Kak? Kakak mikirin apa sih? Asik bener?" Tanya nya, karena tak biasanya ia melihat Aza melamun seperti itu. Aza hanya menggeleng sambil tersenyum tipis.

"Tidak ada." Balasnya.

"Kita mau kemana dulu nih?" Tanya Lu'lu, mereka hari ini mengantar Aza konsultasi dengan psikolog nya. Hari ini hanya membutuhkan waktu sebentar, karena kondisi Aza yang semakin membaik. Mereka memutuskan untuk berkeliling menghabiskan waktu bersama.

Tentang Lu'lu yang tanpa sungkan bertanya kemana mereka akan pergi, karena Lu'lu memang gadis yang supel dan periang. Hingga mudah baginya untuk mendapatkan teman dan semua orang menyayangi nya.

Begitu juga dengan keluarga Aza, mereka menyukai Lu'lu. Karena sejauh ini hanya Lu'lu, teman yang pernah Aza kenalkan pada mereka. Dan mungkin juga karena faktor usia Lu'lu yang memang sedang pada masanya untuk bersinar sebagai gadis remaja.

"Emang kamu maunya kemana?" Tanya Gavin.

"Terserah sih, aku mah ikut aja." Balasnya santai.

"Yaudah ke mall?" Tanya nya lagi.

"Nggak ah, rame. Kak Aza pasti gak suka." Padahal dia juga kurang menyukai tempat ramai.

"Kafe?" Tanyanya lagi.

"Gak suka ngopi,... Eh kak Aza suka ngopi ya?" Tanya nya, Aza hanya mengangguk tak peduli karena sedang mengetik sesuatu di ponselnya.

"Di Kafe ada es krim gak bang?" Tanya nya.

"Ada kali." Balas Gavin.

"Ntar mampir indom*** aja bang, beli es krim disana. Makan nya nanti bareng di Kafe, kalian ngopi aku makan es krim, gimana?" Balas Lu'lu yang membuat Gavin tercengang, Vino pun terkekeh dibuatnya.

"Ada-ada aja anak satu ini." Ucap Vino sambil mengemudi.

"Dek kamu kok bisa sih punya temen kaya gini?" Tanya Gavin frustasi, Aza melirik sedíkit lalu mengendikkan bahunya.

"Tidak tahu, dia memang seperti lumba-lumba." Balasnya.

"Ah... Kakak..." Rengek nya.

"Aku ingin bertemu ayah saja. Aku ingin bersama ayah hari ini." Vino terperanjat, begitu pun Gavin. Mereka semua masih merahasiakan keadaan Hendri, Hendri sendiri masih melanjutkan pengobatannya. Meskipun operasi nya berjalan sukses, tentu saja masih membutuhkan waktu untuk pemulihan.

"Ha..ah, mau sampai kapan kalian akan merahasiakan nya dari ku?" Tanya Aza kecewa.

"Sampai ayah meninggal?" Lanjutnya.

"Aza!!" Beruntung mereka sedang berada di lampu merah, kalau tidak Vino mungkin akan menghentikan mobilnya secara mendadak karena terkejut.

"Kakak!!" Teriak semuanya, kemudian keheningan terjadi beberapa saat. Hingga klakson dari kendaraan lain bergema, karena lampu sudah hijau.

Warna ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang