Chapter 29. Buat Anak

1.5K 91 0
                                    

"Kak Gavin!!! What are doing! Sure, I don't like this!!! My clothes get wet!!" Teriak Aza saat Gavin dengan sengaja mengibas air dengan kencang hingga terkena Aza yang baru saja datang mendekat.

"Ayo bergabunglah bersama kami!! Buat apa ke laut tapi tidak berenang?!" Ucap Gavin sambil berteriak karena suara ombak.

Gavin dan Vino berjalan setengah berlari mendekati Aza yang malah berjalan mundur ketakutan.

"Tidak!!! Ombaknya terlalu besar!! Aku tidak suka laut!" Ucap Aza lalu berbalik badan dan berusaha kabur, namun dicegah oleh Vino dan Gavin yang meraih ke dua tangan nya. Dengan enteng Vino menggotong tubuh Aza.

"Kak Vino!!! Come on? What do you want?!! Turun kan aku!!! Aku tidak bisa berenang!!" 

Vino dan Gavin hanya tertawa terbahak-bahak karena reaksi berlebihan Aza yang terkesan menggemaskan bagi mereka. Hal baru lagi, yang bisa mereka lihat dari Aza. Apalagi mereka hanya bermain di bibiran pantai saja, belum sampai snorkeling atau diving.

"Kamu tidak percaya kami!! Kami bisa menjaga mu, tenang saja adik ku sayang." Aza terus berteriak sampai Vino menurunkan nya di atas pasir yang terkena sapuan ombak kecil.

"How? Is it bad?" Tanya Gavin, menunggu reaksi Aza yang hanya terdiam sambil menatap kakinya yang sesekali terendam air ombak yang berbusa.

"It's a wonderful feeling that i haven't felt." Aza mengeratkan genggaman ke-dua tangannya pada Vino dan Gavin yang menuntun nya berjalan lebih jauh lagi.

"Ombaknya datang!!" Teriak Aza antusias, melepaskan tangannya dari genggaman Vino dan Gavin. Berlari mendekati garis putih yang semakin mendekati nya.

"Arghh!!!! Ha ha ha...." Tawa nya girang.

Vino dan Gavin pun mulai kelabakan mengawasi sang adik yang dengan lincah berlari kesana kemari. Sementara di kejauhan para orang dewasa mengamati dengan perasaan bahagia.

"Bagaimana keadaan cucu ku?" Tanya Hendri pada Lena.

"Dia cukup nakal dan membuat ibunya repot." Balas Lena. Usia kandungan nya sudah memasuki bulan ke lima. Anton yang mendengar itu pun mengecup pelipis istri nya lagi.

Dilain sisi Devi hanya bisa tersenyum simpul, ia harus bersabar. Semuanya akan segera berakhir.

Tanpa membuat yang lainnya sadar, Devi keluar dari kehangatan bercengkrama Kusuma. Berlari ke bibiran pantai yang cukup jauh dari penglihatan lain nya. Menangis sejadi-jadinya yang ia bisa.

"Kau... Kenapa lagi? Apa aku salah lagi?" Tanya Davin yang ternyata juga mengikuti nya.

"Iya... Hubungan kita yang sedari awal salah Dav!" Lirih Devi frustasi.

"Tiga bulan lagi hubungan kontrak kita selesai, finansial keluarga ku juga sudah membaik, dan kesalahpahaman orang-orang bahwa kamu itu Homo juga sudah lama hilang. Jadi..." Devi berhenti sebentar, menautkan tatapan nya pada kedua mata hitam Davin.

"Bisa kita selesai sampai disini saja?" Tanya Devi.

"Tidak." Balas Davin datar.

"Apa aku melakukan kesalahan? Aku selalu berusaha menjadi istri yang baik untukmu, semua kebutuhan kamu, juga selalu aku usahakan meski kita berdua sama-sama sibuk." Jelas Devi.

Tapi kesalahan memang bermulai dari awal hubungan mereka, meski mereka bersikap mesra dan mencintai, hubungan mereka ada untuk sementara saja. Semuanya berawal dari keterdesakan masing-masing pihak. Devi dengan kesulitan ekonomi keluarganya, dan Davin dengan citra baiknya.

Devi yang seorang perawat, dan Davin seorang pengusaha, memang pertemuan mereka patut dipertanyakan. Kapan mereka bisa saling mengenal dekat sampai ke jenjang pernikahan.

Warna ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang