4

1.2K 89 0
                                    

Harry's POV

"Li, bolehkah aku bertanya sesuatu?"

"Boleh, Haz. Tentang apa?"

"Tentang adikmu."

Begitu mendengar kata 'adikmu' dahi Liam langsung berkerut.

"Ada apa dengan adikku?"

Aku tidak menjawab pertanyaannya.

"Apa yang terjadi padanya dua atau tiga tahun yang lalu?"

"Apa maksutmu?" Liam menghentikan pekerjaannya dan fokus kepadaku. "Kau... kau tau sesuatu?"

"Ya, aku tau. Masa lalunya yang buruk. Bisa kau ceritakan padaku apa yang terjadi?"

"Tentang mantan pacarnya yang meninggal?"

"Ya, Liam." Aku tidak sabaran. "Bisa kau langsung bercerita tanpa harus bertele-tele?"

"Hei, aku bukan bertele-tele. Aku sedang mengingatnya."

"Baiklah."

Rasa penasaranku semakin memuncak ketika Liam tak kunjung membuka mulutnya. Sungguh, aku penasaran apa yang terjadi dulu pada Sara.

"But promise me, kau tidak akan memberi tahu Sara bahwa aku memceritakannya padamu. Okay?"

"I promise. I won't."

Kulihat Liam menarik nafasnya panjang dan menghembuskannya perlahan. Aku segara memilih posisi yang nyaman untuk mendengarkan cerita Liam.

"Ryan, teman kampus Sara yang berhasil merebut hatinya. Mereka berpacaran cukup lama, aku lupa. Mungkin bisa lebih dari lima bulan,"

"Lalu?"

"Pada suatu hari, Ryan menawarkan adikku apakah ia mau pergi ke festival musih di tengah kota atau tidak, Sara menerima tawarannya. Lalu berangkatlah mereka berdua kesana, tetapi..."

Liam menghentikan ucapannya. Matanya terpejam. Apa yang sebenarnya terjadi? Aku semakin penasaran dengan semuanya.

"Tetapi apa, Li?"

"Tetapi mereka berdua mengalami kecelakaan di tengah jalan. Sebuah bus besar menabrak mobil mereka menyebabkan mereka berdua terpental jauh di jalanan, hingga Ryan meninggal di tempat."

Oh my god. Sungguh mengenaskan. Langsung mati di tempat?

"Yang benar saja..."

Nafasku memburu tidak teratur. Mendengar penjelasan Liam membuatku yakin tekanan yang dialami Sara sangat berat sehingga ia trauma dan ketakutan seperti tadi.

"Aku tidak bercanda. Ryan meninggal di tempat seketika, sedangkan Sara... kakinya sempat patah dan koma selama beberapa bulan. Tetapi puji tuhan ia tidak lupa ingatan."

Astaga bagaimana bisa perempuan secantik dan seanggun Sara mengali kejadian seperti ini?

"Lalu apa reaksinya setelah sadar?"

Liam memijat keningnya. "Ia shock berat. Kau bisa bayangkan betapa sakitnya dia?"

Aku mengangguk.

"Nah." Ucap Liam singkat. "Hari-harinya diisi dengan tangisan dan teriakan, Harry. Ia enggan makan dan minum, badannya hingga kurus sekali, orang tuaku sudah berusaha membujuknya, tetapi ia tetap tidak ingin makan."

"Sara mogok makan?"

"Bisa dikatakan seperti itu. Ia mogok makan hampir satu minggu. Dan badannya sudah seperti lidi, kau tau? Kalau boleh jujur, ia sungguh menyeramkan."

Simple | Harry Styles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang