12

1.3K 75 2
                                    

Contains 17+ scene.

Sara's POV

"Your turn, Niall!"

"Tunggu sebentar, makananku belum habis."

Aku mendengus mendengar ucapannya barusan, ia masih saja sibuk dengan makanan. Aku sudah selesai untuk Louis dan Zayn sekarang giliran Niall.

"Baiklah."

"Aku duluan saja, bagaimana?"

Mendapati Liam yang sedang tersenyum ke arahku, aku pun menganggukkan kepala.

Dengan cepat aku memoleskan bedak tipis ke wajahnya lalu make up yang lain. Uh, my brother is getting older.

"Your facial hair though."

Ia terkekeh. "I love you."

"Love you too." Lalu ia mengecup daguku.

"Kau selalu suka menciumku tiba-tiba seperti ini, Li." Memutar kedua bola mataku, ia kembali terkekeh.

"But you like it, right? Don't you?"

"I do."

"Nah." Ia melingkarkan tangannya di pinggangku membuatku kesusahan. "I love your smell."

"Liam, nanti dulu. Aku kesusahan jika kau terus memelukku seperti ini, aku jadi tidak bisa bergerak."

"Baik, baik."

Lalu aku melanjutkan pekerjaanku lagi.

"You should drink your medicine. Your skin look so pale. Aku tidak mau kau sakit lagi."

"I will."

"Good." Ia kembali mengecup daguku.

Aku pun berpura-pura mengunci bibirnya.

"Ssshh, nanti dulu. Aku tidak mau make up-mu berantakan."

Ia terkekeh kemudian mengangguk.

"Lukamu sudah sembuh?"

"Hm."

"Tata rambutku sekalian, okay?"

"Hm."

Aku malas menanggapi ucapannya karna tenggorokanku sakit, mungkin karna jarang berbicara. Lol.

Setelah selesai dengan make up, aku mengadah untuk menata rambut Liam. Ia memejamkan matanya dan wajahnya sungguh lucu.

Aku beruntung memiliki kakak seperti Liam.

Oh, sudah berapa kali aku mengatakan hal itu?

"Done."

Lalu ia membuka matanya, mengadah berdiri lalu mengaca.

"Pretty cool. I love you!"

Ia pun memelukku lalu mengecup keningku dengan hangat. Aku suka diperlakukan seperti ini.

"Love you too."

Setelah itu aku menunggu lagi untuk giliran yang lainnya. Sungguh lama. Mengapa? Karna Niall sedang makan dan Harry sedang mengganti pakaiannya di ruang lain.

Mengenai kejadian tadi, sungguh aku tidak menyangka bahwa ia akan menciumku lagi.

Kejadian yang kemarin pun masih terekam jelas di ingatanku. Dimana aku menciumnya dan ia menciumku, kami berciuman. Aku tidak pernah berpikir akan melakukan itu. Pikiranku sedang stres dan kupikir ia sedang membantuku untuk melupakan masa lalu yang buruk itu.

Harry orang yang sangat baik. Ia juga memperlakukanku dengan manis. Aku menyukai caranya memelukku. Pelukannya hangat seperti pelukan Liam.

Dan jika dipikir-pikir, perlakuan kami berdua seperti sudah berpacaran. Padahal nyatanya kami tidak ada hubungan apapun.

Simple | Harry Styles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang