Sara's POV
"Sweety, wake up. Kita sudah sampai di Jepang."
Aku merasakan seseorang menepuk-nepuk pipiku. Mataku benar-benar berat alias masih mengantuk. Aku butuh tidur lagi.
Sejurus kemudian aku makin mengeratkan pelukanku dengan seseorang di sampingku. Sungguh nyaman berada di sampingnya, tubuhku menjadi lebih hangat. Pasalnya selama di pesawat aku kedinginan, menyesal mengenakan shorts.
"Sssh." Gumamku.
Kepalaku benar-benar masih berat, terlebih lagi mata. Aku masih mengantuk dan tidak ingin di ganggu oleh siapapun.
"Look, they are cute!"
Pekik seseorang yang telah bisa kupastikan Louis, suaranya benar-benar cempreng sehingga telingaku kesakitan.
Aku mengerang. Menutup wajahku dengan rambut, well kebiasaan.
"Sssh. She's sleepy."
Melingkarkan tanganku di pinggang seseorang yang duduk di sebelahku, kemudian menaruh kepalaku di dadanya.
Sungguh aku tidak peduli siapa dia, jika aku sudah mengantuk aku tidak peduli siapapun. Mau dia stranger, jika aku sudah nyaman, aku tidak akan ketakutan.
Tapi tunggu, tubuhnya sangat hangat. Aku merasa nyaman berada di sebelahnya.
"Lovebirds!"
Pekik Louis sekali lagi.
Dia sungguh menganggu tidurku. Aku tidak ingin bangun sekarang. Lima menit lagi. Oh tidak, aku butuh satu jam lagi.
"Uh-hm." Gumamku.
Tunggu, tadi Louis bilang apa? Lovebirds?
Memang siapa orang yang sedang kupeluk?
Dia bukan Liam?
Astaga. Aku baru ingat bahwa aku tidur di samping Harry. Pikiranku kembali pada saat ia menyanyikan lagu mengiringi tidurku, juga menaruh kepalaku di bahunya.
Sungguh, aku langsung membuka mataku. Mengerjapkannya beberapa kali lalu benar-benar kembali sadar. Menoleh ke arahnya, aku mendapati Harry yang sedang menatapku dengan senyuman khas miliknya.
Berarti sedari tadi aku memeluknya? Oh tuhan, aku merutuki diriku sendiri sekarang.
Harum parfum mint di tubuh Harry benar-benar menyalurkan kehangatan, aku merasa hangat dan nyaman. No doubts.
"Sudah bangun, huh?"
Aku menatapnya malu-malu. "Ye-yeah."
"Your sister, mate!" Ucap Zayn seraya menyenggol Liam. Ia tersenyum lebar ke arahku.
"Did I miss something?"
"You guys are lovebirds!" Pekik Louis di sertai gelak tawanya.
"Yes! You two are the best!" Niall mengedipkan sebelah matanya ke arahku dan Harry secara bergantian.
Aku menunduk memyembunyikan wajahku yang pasti sudah merah seperti apel.
"Uh," Aku salah tingkah. "don't look at me that way, Lou."
"Kau blushing!" Lalu ia mencubit pipiku gemas membuatku meringis.
"Hei!" Liam memukul kepala Louis.
"Fuck mate!"
"Hei!" Pukul Liam lagi. "Language, Tommo. And, jangan mencubit pipi adikku. Lihat, pipinya sudah tirus seperti itu masih saja kau cubit, bisa-bisa dagingnya lenyap, tersisa kulit saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple | Harry Styles
FanfictionKisah cinta adik dari Liam Payne dengan Harry Styles. Apakah dengan menjadi adik Liam ia bisa memiliki kisah cinta yang mulus dengan teman kakaknya? Atau kisah cintanya berliku-liku seperti kisah cinta orang pada umumnya? Let's find out and don't fo...