16

1K 68 3
                                    

Sara's POV

"Terakhir kau, Niall! Ayolah! The concert will start in 15 minutes!"

Aku kelelahan memanggil bocah itu, sudah dua puluh kali aku memanggilnya tetapi ia tetap sibuk dengan makanannya.

"Niall, ayolah." Aku menarik-narik tangannya.

"Sebentar, lima menit lagi. Aku belum selesai."

Aku mendengus lalu memutuskan untuk duduk di sofa.

The Boys yang lain kecuali Niall sudah berada di ruang lain untuk berganti pakaian, tentu saja mereka semua sudah siap sekarang.

"I'm done."

Aku segera menoleh ke arah Niall, ia tertawa kecil melihatku. Oh astaga, tidak lucu sama sekali.

"C'mon."

Lantas aku beranjak untuk melakukan pekerjaanmu. Niall selalu saja belepotan jika makan, membuatku kesal karna harus selalu mengelap bibirnya atau sekitaran wajahnya.

Ia memejamkan matanya sembari menyesap Starbucks.

"Kau ini selalu saja belepotan jika makan."

Ia hanya terkekeh.

Lalu aku mulai memoleskan bedak dan make up yang lainnya. Tentu saja khusus untuk lelaki, berbeda dengan make up perempuan.

"Sar, kau cantik sekali."

"Thank you."

Tiba-tiba Niall mencium pipiku, membuatku terkejut. Dengan waktu yang bersamaan, pintu terbuka menampakkan sosok Harry berdiri disana.

Pun Niall segera menjauhkan wajahnya dari pipiku.

"Oh, jadi ini yang kau lakukan jika tidak ada aku?"

Aku menggeleng. "Ini tidak seperti---"

"Shut your mouth up, bitch."

Great. He called me bitch.

"Haz, aku yang menciumnya bukan---"

"Dan kau benar-benar bukan temanku, Niall."

Niall segera memghampiri Harry dan berusaha untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.

Tetapi tetap saja Harry enggan mendengar penjelasan Harry.

Ia menyusul Harry keluar dan meninggalkanku sendirian di ruangan ini.

Astaga, aku yakin tadi Niall hanya bercanda dan itu hanya sebatas hubungan kakak dan adik.

Tidak mungkin lebih. Aku yakin.

Air mataku mengalir mengingat ucapan Harry barusan, dengan cepat kuusap kasar dan segera membereskan make up yang berserakan dimana-mana.

Aku tidak boleh menangis, hubunganku dengan Harry baru saja di mulai. Aku harus bisa menghadapi sikapnya yang seperti ini, aku harus kuat.

Harry hanya salah paham.

"Mengapa harus seperti ini?"

Bahuku berguncang menandakan aku terisak kembali. Aku tidak boleh seperti ini, aku harus bisa menghadapi Harry. Aku harus tegar.

Dengan cepat pun aku beranjak keluar untuk menemui Harry, konser masih akan dimulai lima menit lagi.

Aku menemukannya sedang berdiri di balkon dan menatap pemandangan kota Dubai saat malam hari seperti ini.

Memberanikan diri aku mendekat ke arahnya.

"Harry, kau hanya---"

"I don't want to hear your explaination."

Simple | Harry Styles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang