Author's POV
"Maafkan aku, ya?"
Harry tersenyum memohon, ia berusaha menarik perhatian Sara setelah menjelaskan segalanya. Tak henti-hentinya ia menciumi tangan Sara yang digenggamnya.
"Lepaskan." Pinta Sara halus. "Lepaskan, Haz."
"Tidak, dengar dulu," Harry menangkup kedua buah pipi Sara. "kau harus percaya padaku."
"Untuk apa aku percaya padamu, hm?"
Harry mendesah kecil. "Kau tahu, kunci suatu hubungan adalah saling mempercayai satu sama lain, kan?"
"Memang kau bisa dipercaya?"
Sara menatap Harry sendu, perlahan ia menghindar dari Harry. Tatapan Harry yang tadinya lembut menjadi tajam, darahnya naik. Ia merasa diremehkan.
"Tentu. Dan kau harus percaya padaku, oke? Kau kekasihku dan aku memintamu untuk percaya padaku."
"Kau memaksaku?"
"Demi apapun, Sar, mengapa kau susah sekali diajak bekerja sama?"
"Kau yang membuatku seperti ini, Styles. Dan sekarang kau menyalahkanku? How funny."
"Look, memang aku yang memberi nomormu pada Kendall, tapi bukan aku yang merencankan ini semua."
"So the point is?"
"Jadi bukan salahku, tapi salah Kendall."
"Tapi kau seharusnya paham jika ia tak akan pernah menyukaiku, apa kau tak berpikir panjang saat memberi nomorku padanya?"
"Bisa kau tidak meninggikan suaramu? Itu cukup menganggu telingaku." Cibir Harry.
Sara memejamkan matanya, ia mati-matian berusaha untuk sabar dan tak meledak-ledak.
"Ya."
"Maafkan aku, oke?"
"Tidak semudah itu, Harry. Kau orang yang menyeretku masuk ke dalam masalah ini."
"Aku tahu." Ujar Harry frustasi. "Dengar, aku minta maaf padamu, Sar."
"Setelah apa yang kau perbuat?"
"For fuck sake," Umpat Harry pelan. "aku tidak akan berpaling darimu."
"Omong kosong, Haz." Sara mengibaskan tangannya di udara. "Aku sudah muak dengan bualan manismu itu."
"Kau---apa?!" Nada suara Harry meninggi.
Sara tersenyum kecut, menatap Harry dengan pandangan yang sulit dijelaskan. Hatinya serasa disayat mengingat Harry dan Kendall di ruang tamu kemarin. Bagaimana bisa dengan sekali sentuhan Harry terangsang?
"No, no, baby." Harry meraih tangan Sara tapi perempuan itu menepisnya. "Kau harus percaya padaku, kumohon."
"Tidak lagi, Harry. Aku---oh well, sepertinya semua sudah jelas."
"Apa maksutmu?"
"Kau masih mencintainya, don't you? Just admit it and I won't be mad, trust me."
"Sar, aku tidak mencintainya. Tidak pernah mencintainya."
Aku tertawa sinis. "Tapi kau mencintai tubuhnya, kan?"
Harry terdiam. Perempuan di masa lalunya itu memang sering memuaskan hasrat seksualnya dulu. Hanya dengan bualan kata manis, ia mau diperintah apapun.
"Aku memang brengsek, tapi percayalah perlahan sifat itu hilang semenjak aku memilikimu."
Sara hanya diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple | Harry Styles
FanfictionKisah cinta adik dari Liam Payne dengan Harry Styles. Apakah dengan menjadi adik Liam ia bisa memiliki kisah cinta yang mulus dengan teman kakaknya? Atau kisah cintanya berliku-liku seperti kisah cinta orang pada umumnya? Let's find out and don't fo...