Bermain-main di pantai dengan The Boys tidak buruk. Cuaca di Dubai tidak panas juga tidak dingin. Jadi aku memutuskan untuk mengenakan pakaian yang sedikit terbuka. The Boys pun juga mengenakan pakaian yang casual.
Hari ini aku belum berbicara sedikitpun dengan Harry dan aku merasa sedikit kehilangan. Dan ia juga tidak berusaha untuk berbicara denganku.
Karna lelah aku memilih untuk beristritahat di pinggir pantai, sedangkan yang lain masih bermain-main pasir maupun air.
Semenjak kemarin sampai tadi pagi Harry belum juga menghampiriku ataupun berusaha untuk berbicara denganku.
Atau dia masih beranggapan aku moody? Oh bisa jadi.
Entahlah.
"Sara!"
Aku menoleh. "Ya?"
"Kemarilah, kami ingin makan siang. Kau mau ikut?"
"Aku akan menyusul, Ni!"
Pantai yang kukunjungi ini berada dekat sekali dengan hotel, yaitu berada di belakang hotel jadi aku tidak perlu takut.
Menyendiri seperti ini membuatku rindu pada masa-masa dimana masih berhubungan dengan Ryan.
He gave me so much memories to remember.
Aku tahu aku memang harus melupakannya, apalagi mengenai mimpi itu. Aku harus berani melupakan dirinya. Life goes on, right?
Aku hanya ingin bernostalgia tentang hubungan kami berdua. Ia sungguh lelaki tampan, baik, dan pintar. Bermain basket merupakan hobinya serta ia jago dalam surfing. Tubuh atletisnya membuat para wanita di kampusku dulu jatuh hati pada Ryan.
Dan tak jarang aku mendapat banyak hate dari fansnya. Tetapi Ryan tidak jual mahal pada mereka, ia tetap ramah dan sering menyapa mereka semua. Jujur aku sedikit cemburu, tetapi aku bahagia jika Ryan bahagia.
Ia selalu mengunjungi rumahku dan bersikap sopan, maid-maid di rumah serta penjaga rumah pun suka dengannya. Selain sopan, ia tidak pernah berlaku macam-macam.
Ryan menyukai pesta, tetapi tidak over. Ia juga suka mabuk, tetapi tidak over. Ia tahu kapan waktu yang pas untuk itu semua.
Air mataku mengalir kembali. Air mata bahagia karna aku merindukannya. Semoga ia tenang di sana dan selalu menjagaku.
Pun aku segera kembali ke hotel karna pasti mereka semua sudah menunggu. Kuyakin hidung dan mataku masih memerah, tetapi semoga mereka tidak memperhatikanku.
"Hi."
"Princess, kau lama sekali."
"I'm sorry."
Liam mengangguk kemudian mengecup keningku dalam.
"Kau menangis?"
"Nope." Aku terkekeh. "Kelilipan."
"Baiklah, aku percaya." Ucap Niall.
Syukurlah.
Saat aku melihat ke arah Harry, ia menatapku dengan tatapan biasanya. Ada apa dengan dirinya? Apakah aku salah kemarin mengabaikannya? Tetapi memang moodku sedang tidak baik. Jadi jangan salahkan diriku sepenuhnya.
Tidak ingin ambil pusing, aku memilih untuk melupakannya sejenak. Hubunganku dan Harry masih tidak jelas, jadi aku memilih untuk tidak berharap banyak padanya.
Aku segera mengalihkan tatapanku pada yang lainnya.
"Ayo, mobil sudah siap." Ajak Liam.
Di mobil aku duduk di antara Harry dan Niall, dan aku merasa canggung. Perjalanan masih lama, baru saja Liam memberi tahuku bahwa masih sisa dua jam lagi. Lama bukan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Simple | Harry Styles
FanfictionKisah cinta adik dari Liam Payne dengan Harry Styles. Apakah dengan menjadi adik Liam ia bisa memiliki kisah cinta yang mulus dengan teman kakaknya? Atau kisah cintanya berliku-liku seperti kisah cinta orang pada umumnya? Let's find out and don't fo...