13

1.1K 68 0
                                    

Sara's POV

Terbangun dengan suasana kamar yang berbeda serta seseorang melingkarkan tangannya di perutku.

Aku cukup terkejut ketika menoleh dan mendapati Harry tidur di sampingku. Dan aku berada di kamarnya sekarang.

Semalam aku tidak ingat apa-apa setelah tidur.

Kemungkinan Harry lah yang membawaku ke kamarnya. Aku tidak akan marah padanya, melainkan berterimakasih karena sudah menampungku disini.

"Uhm." Gumam Harry kecil ketika aku menggerakkan badanku.

Pun aku melepaskan pelukannya pelan-pelan agar ia tidak terbangun. Sama saja seperti saat aku tidur bersama Liam, ia mencegahku dengan mengeratkan pelukannya.

Sepertinya memang masih pagi karna jendela pun masih gelap, belum ada sinar sama sekali.

Menengok ke arah jam dinding, ternyata benar ini masih sangat pagi. Jarum jam mengarah pada angka tiga berarti ini masih pukul tiga pagi.

Efek jika aku tidur terlalu cepat, pasti aku juga bangun terlalu cepat.

Aku pun mencoba untuk kembali tidur, tetapi tidak bisa.

Sial.

"Harry, aku harus ke kamar mandi."

Ia pun merenggangkan pelukannya sehingga aku bisa bernafas lega. Melangkah menuju kamar mandi, aku menatap pantulan diriku di cermin.

Membasuh wajahku dengan air dingin cukup membuatku sadar sepenuhnya.

Tetapi tiba-tiba...

"Jangan lupakan aku, Sara. Jangan lupakan aku. Jangan, jangan, jangan."

Suara itu...

Seseorang seperti meniup leherku dari belakang...

"Ah!" Aku berteriak ketakutan. Itu suara Ryan, aku masih sangat hafal. "Tolong! Tolong!"

Terduduk di lantai kamar mandi, air mataku kembali mengalir. Terisak untuk kesekian kalinya, bukan karena rindu Ryan, tetapi karna ketakutan.

"Tolong aku! Tolong!" Aku berteriak cukup keras.

"I'm afraid..." Liriku. "Tolong..."

Kemudian aku melihat sosok Harry berdiri di ambang pintu dengan nafasnya yang tersengal-sengal. Serta rambutnya pun berantakan.

He looks hot.

"Ada apa?!" Ucapnya. "Astaga, apa yang terjadi padamu sayang?!"

Aku menggeleng, terus terisak.

Sepertinya ia mengerti, lalu menggendongku seperti anak bayi. Aku melingkarkan kakiku di sekitar pinggangnya. Ia mengelus punggungku, menghantarkan rasa nyaman.

"Sssshh, jangan menangis sayang."

Harry duduk di kasur, sehingga aku berada di pangkuannya.

"I'm afraid."

"Don't be afraid."

Ia tersenyum lalu menyingkirkan rambut yang menutupi mataku.

Lampu kamar sudah dinyalakan olehnya sehingga kamar tidak gelap seperti tadi.

Aku tetap terisak, walaupun aku tahu ia pasti mengantuk dan kelelahan. Aku seharusnya tidak boleh seperti ini, ia tidak boleh kekurangan waktu istirahat.

Seharusnya aku tidak berada disini, aku harus kembali ke kamarku.

Aku pun bangkit dari pangkuannya dan menghapus air mataku dengan kasar.

Simple | Harry Styles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang