33

835 62 4
                                    

Sudah hampir memasuki pertengahan musim panas di London, semua orang mengenakan pakaian musim panasnya. Udara terkadang bisa panas maupun dingin, berubah-ubah hingga membuat beberapa orang kesal. Tidak sampai itu saja, udara malam pun terkadang bisa berubah seperti musim salju, begitu dingin dan menusuk kulit. Padahal, musim panas tahun lalu berjalan normal-normal saja.

Udara pagi kali ini terasa begitu menyejukkan dan dingin, hingga kelima lelaki serta perempuan berambut blonde itu mengenakan pakaian lengan panjang.

"Princess, mengapa kau tak menyantap sarapanmu?"

Perempuan itu tersadar dari lamunannya, ternyata seluruh pasang mata tengah menatap kearahnya dengan pandangan bingung serta cemas. Lebih lagi lelaki keriting yang duduk tetap di depan Sara, ia selalu memperhatikan gerak-gerik kekasihnya itu.

"I'm sorry."

Pun Sara beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan untuk menuju ke kamarnya yang berada di lantai dia. Tapi belum sampai menaiki tangga, suara Liam pun menggema.

"Princess, eat your breakfast first. You look so pale."

Sara menggeleng, ini sudah hari ke empat ia tak mengkonsumsi apa-apa kecuali obat penenang stres dan air putih. Wajahnya begitu pucat, matanya pun berkantung. Badannya yang sudah kurus pun tambah kurus. Sudah persis seperti mayat hidup.

Ia hanya menghirauhkan ucapan Liam dan langsung menuju kamarnya. Sara masih saja bergelut dengan pikirannya, ia tidak bisa melupakan itu semua secepat yang orang lain pikir, ia bingung dan stres. Memang, Kendall tak lagi mengirimnya pesan, tapi bukan namanya Sara jika tidak memikirkan pesan-pesan yang lalu. Sara mengaku jika ia tidak bisa berbuat apa-apa, tapi ia juga tidak mau pasrah begitu saja.

Sudah empat hari pula ia tidak mengizinkan siapapun masuk ke dalam kamarnya, terlebih lagi Liam dan Harry. Kedua lelaki itu begitu heran mengapa Sara tidak memperbolehkan untuk masuk ke dalam kamar, mereka berdua berpikir jika Sara menyembunyikan sesuatu. Tapi dengan segala cara Sara berusaha memcari alasan yang masuk akal. Pasalnya kamar Sara tidak lagi rapi, bungkus-bungkus pil berserakan dimana-mana.

Di lain tempat, Harry dan Liam masih kalut dengan pikiran masing-masing. The Boys pun ikut bingung mengapa Sara sekarang menjadi pendiam dan tertutup seperti ini. Ia tidak seceria dulu, melainkan sekarang jarang tersenyum dan berkumpul bersama.

"Haz, kupikir ia memiliki masalah pribadi."

"Masalah apa itu, Lou?"

"Aku tidak tahu. Tapi kalau dilihat-lihat, ia sangat tersiksa dengan masalah itu. Efeknya begitu terlihat jelas, kan?"

Harry mengangguk.

"Aku sekarang sudah jarang berbicara dengannya, aku tidak tahu apa salahku."

"Begitu juga denganku, Haz. Adikku menjadi begitu tertutup."

Menghembuskan nafas, Harry membawa tangannya pada rambut keritingnya, mengacak-acaknya frustasi.

"Sabar, Haz. Kita pasti bisa mencari tahu pelan-pelan."

"Zayn, aku sudah tidak tahu harus bagaimana lagi. Kami berdua tak pernah bertengkar, ataupun ada orang ketiga. Itu tidak ada sama sekali, aku masih menjaga hubungan kami."

Lelaki berdarah Pakistan itu pun ikut bingung dan frustasi. "Aku juga tidak bisa banyak membantumu, aku takut Sara terganggu jika aku mendekat. Kau paham maksutku?"

"Tentu, aku pun juga takut untuk menghampirinya di kamar."

"Haz, kau harus tenang." Ucap Niall. "Mungkin ia butuh waktu sendiri."

Simple | Harry Styles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang