30

1.1K 53 1
                                    

MATURE CONTENT. 17+.

•••

Mendapati ponselku yang berdering, aku segera meminta izin kepada yang lain untuk mengangkatnya di tempat yang lebih sepi. Aku tidak tahu siapa yang menelponku dalam keadaan sedang berlibur seperti ini, tidak ada nama penggunanya. Tatapan Harry pun tak hilang dari pandanganku, ia terus menatapku intens seperti penasaran.

Memilih untuk keluar villa, udara malam menusuk kulitku. Aku menyesal memilih tempat ini.

Aku mengernyit bingung saat telpon yang kuangkat mati begitu saja. Sedetik kemudian aku mendapat pesan dari orang tak dikenal dan itu membuatku cukup takut untuk membukanya.

From: Unknown

It's me Kendall. Bagaimana dengan Harry? Apa ia begitu menggairahkan saat bermain di ranjang? Apa kau sudah bisa memuaskannya sepertiku? Hei, aku hanya mengingatkanmu, ia paling tidak suka dengan perempuan lemah dan tak memiliki pesona, ia benci perempuan yang tak bisa memuaskannya. Kau tahu? Dulu aku pernah sekali tak bisa 'memuaskannya' dan kau tahu apa yang ia perbuat setelahnya? Ia menyewa pelacur dan itu cukup membuatku sakit hati. Hati-hati dengannya, Sara Payne.

Sialan. Sialan. Sialan.

Air mataku turun perlahan tanpa diperintah, kata-katanya semakin membuatku meragukan Harry, kuakui jika Kendall pintar dalam berkata. Bahuku merosot ke bawah, berguncang hebat, menangis tanpa suara. Aku memang lemah, dan aku semakin yakin jika sebenarnya Harry tidak menyukai sikapku yang satu ini dari dulu, seperti apa yang baru saja Kendall katakan jika lelaki keriting itu tak menyukai perempuan lemah.

"Brengsek." Umpatku pelan. "Mengapa hidupku begitu menyedihkan?" Lirihku.

Aku semakin takut untuk menyerahkan keperawananku pada Harry. Bagaimana ini?

Dan aku kebingungan, darimana Kendall mendapatkan nomor ponselku?

Tidak, aku tidak boleh terlihat lemah di depan The Girls yang lain ataupun The Boys termasuk Harry.

Lima menit menenangkan diri tidak buruk, aku harus segera kembali sebelum yang lainnya curiga.

"Hey." Sapa Perrie. "Darimana saja? Mengapa lama sekali?"

"Mengangkat telepon." Jawabku singat disertai senyuman kecil.

"Telepon dari siapa, Sar?" Liam menatapku.

"T-tidak, bukan siapa-siapa." Meraih roti panggang, aku melahapnya agar tidak terkesan canggung. Kulihat dia mengernyit. "Uhm, temanku."

"Teman yang mana?"

"T-teman lama?" Terkesan seperti sebuah pertanyaan. "Lupakan, Li."

"Kau tidak apa-apa?"

Aku sedikit terkejut mendengar pertanyaan dari Zayn. Mengapa lelaki satu ini seperti tahu apa yang baru saja terjadi padaku?

"Tentu."

"Mengapa matamu terlihat merah dan berair?"

"Mungkin aku kurang tidur, Zayn."

"Kau yakin? Guys, lihatlah mata Sara."

Sialan kau Zayn. Sekarang seluruh pasang mata mengarah pada mataku.

"Kau menangis?" Tanya Ele. "Hei, mengapa kau menangis? Apa ada sesuatu?"

"Tentu saja tidak, mengapa aku harus menangis?"

"Matamu berair, Sar."

"Niall, mungkin aku hanya kurang tidur."

Semua mengangguk. Syukurlah, mereka tidak banyak tanya.

Simple | Harry Styles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang