19

999 66 1
                                    

Sara's POV

Selesai melakukan tugasku, aku memilih untuk menyendiri. Kudengar mereka semua sudah berada di stage, konser akan segera dimulai.

Lukaku sudah kembali diperban, tetapi kata Liam lebih baik dijahit. Aku menolak, aku tidak mau karna takut. Pasti lebih perih dari ini.

Keseharianku diisi untuk hang out bersama The Boys ataupun istirahat di kamar. Jika bosan aku bisa streaming film ataupun skyping, karna aku membawa Mac jadi tidak bosan. Kalau di hitung-hitung mungkin lima puluh persen aku telah melupakan Harry, tetapi tetap saja perasaan itu tak kunjung hilang. Hatiku berkata bahwa aku harus kembali padanya, tetapi otakku berkata bahwa aku harus melupakannya. Pening dengan semua ini, aku memilih untuk tidak mengingat peristiwa itu.

Mengecek twitter, followersku berkembang pesat, berubah menjadi puluhan ribu. Aku sempat berpikir, ini aneh. Tetapi ketika mengingat bahwa dunia sudah mengenalku sebagai adik Liam, aku mengerti. Sepertinya sebagian besar followersku dihuni oleh fans kakakku dan teman-temannya itu. Banyak sekali yang mengirimkan mention, mulai dari meminta followback ataupun menjudge-ku.

@saragabrielle: relaxxx :)

1450 retweets. 340 favorited.

Bosan kembali melanda, aku tidak tahu harus melakukan apa lagi. Tentu saja semua pasti melarangku untuk keluar dari stadium, aku yakin Liam sudah memerintah bodyguard untuk menjagaku.

"Sara!"

Mengedarkan pandanganku ke arah pintu, aku menemukan Sophia berdiri disana dengan blazer panjangnya.

"Hei, Sophia!"

Kami berpelukan lalu tertawa bersama. Aku sangat menyukai wanita ini, sungguh penyayang dan mencintai kakakku apa adanya. Ia tidak pernah ingin menjadi sorotan publik sehingga ia jarang menampakkan dirinya bersama Liam di dunia luar. Mereka berdua lebih suka menghabiskan waktu untuk berlibur di pulau pribadi milik Mom dan Dad.

Beberapa kali mereka mengajakku untuk ikut, tetapi aku menolaknya. Pada saat itu aku sedang fokus untuk ujian kelulusan, padahal ingin berlibur bersama mereka. Tapi aku yakin, mereka pasti ingin menghabiskan waktu berdua.

"How are you? It's been so long, finally I meet you!"

Tertawa kecil, aku menganggukkan kepala.

"I'm fine, and yes I finally meet you too! How are you, Soph?"

"I'm fine. Dan kau tambah cantik sekarang." Ia tersenyum penuh arti ke arahku.

"Ah, biasa saja. Kau yang lebih cantik. Jadi, kapan kalian berdua akan menikah? Aku tidak sabar menjadi aunty."

Bisa kulihat bahwa pipinya memanas.

"Soon, okay? Kami berdua masih memikirkan waktu yang tepat, karna Liam sendiri masih sibuk, kan?"

"Yeah, he is. Tapi kau harus menunggunya, okay?"

"Sudah pasti, Sar. Aku sangat mencintainya."

Aku terkekeh. Hubungan mereka awet sekali, aku salut pada kakakku yang tidak suka mempermainkan wanita. Ia selalu menyayangi wanita dan tidak pernah bersikap keras, termasuk pada diriku sendiri.

Omong-omong soal mempermainkan wanita, aku jadi ingat dia. Sebenarnya ia benar mencitaiku atau tidak? Mengapa ia memutuskan hubungan kami hanya karna hal sepele seperti itu? Aku masih tidak habis pikir dengan Harry.

"Kau sendiri bagaimana? Sudah ada lelaki yang berhasil merebut hatimu?" Goda Sophia.

Ada.

Simple | Harry Styles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang