Pagi-pagi aku terbangun karna sinar matahari yang berhasil masuk dari celah tirai kamarku. Aku merasakan dua tangan kekar memelukku daru belakang, siapalagi kalau bukan Liam? Ia benar-benar menyusulku tadi malam, aku kira ia akan tidur bersama teman-temannya itu.
Kakakku ini sangat penyayang, bagaimana aku tidak mencitainya? Astaga, bahkan aku berharap jodohku ke kelak akan seperti dirinya. Penyayang, baik, lembut, penyabar, berwibawa, dan masih banyak sifat baik didalam dirinya. Terkadang aku berpikir, bagaimana jika aku tidak memiliki kakak sepertinya?
Aku melepaskan tangannya secara perlahan, membuatnya mengerang dan menggeliat persis seperti bayi. Menggemaskan.
"Arghhh, stay here. Aku masih mengantuk, princess. Aku masih ingin memelukmu. Please?" Ia berbicara tanpa membuka matanya.
"Baiklah, lima menit saja ya?"
"Tidak mau, satu jam. Tidurlah lagi bersamaku, ini masih pukul enam pagi. Kau harus mau, tidak ada penolakan. Kau sayang padaku kan?"
Aku mendengus. "Tapi kalau satu jam terlalu lama." Lantas aku menenggelamkan wajahku di dada bidangnya.
Ia merengkuhku, mengecup puncak kepalaku dengan manis. "Baiklah, sepuluh menit saja."
"Deal."
Selama sepuluh menit Liam tidur memelukku, hembusan nafasnya yang teratur dan hangat terasa di kulitku. Mungkin kalau di pikir-pikir kami berdua memang bertingkah seperti orang pacaran. Bagaimana tidak? Tidur bersamanya, biasanya kakak aduk seumuranku dan Liam enggan tidur bersama. Tetapi berbeda denganku dan Liam, kami berdua sama sekali tidak keberatan untuk satu kasur.
Kissed each other, kami bisa melakukannya secara terang-terangan tanpa ada rasa malu sedikitpun. I mean, dia kakakku, so what? Aku berhak melakukan apapun pada Liam, begitu juga sebaliknya. Masalah Sophia, ia sudah biasa melihatku dengan Liam. Ia tidak cemburu ataupun marah, melainkan tertawa.
"Princess, jangan coba-coba melepaskan pelukanku." Gumamnya.
Ia perasa sekali, padahal aku sudah melakukannya dengan pelan-pelan. Typical Liam.
"Ssshhh, sudah tidur lagi saja." Aku mengecup hidungnya kecil.
Setelah sepuluh menit, ia bangun dan langsung keluar dari kamarku. Katanya ia ingin ke kamar mandi, tetapi saat aku menawarinya untuk menggunakan kamar mandiku, ia menolak. Oh sudahlah, mungkin ia ingin kembali tidur bersama teman-temannya.
Waktu yang masih pagi ini kugunakan untuk berendam di dalam bath up. Memakai bathbom berwarna biru, hmmm harum bubblegum langsung memenuhi indra penciumanku. Air hangat membuat tubuh rileks.
Lekas aku mengenakan pakaianku. Hanya dengan kaos dan legging serta rambut yang kubuat messy bun.
Ponselku berbunyi menandakan ada pesan masuk.
From: Victor Jusshiane
Hey! Long time no see, how are you? Anyway I'm visiting London right now, well all alone. Do you want to meet up with me?Victor! Temanku semasa SHS dulu, ia sangat baik dan banyak membantuku. Bisa dibilang bahwa ia motivator dalam hidupku, sehingga aku bisa meraih cita-citaku.
To: Victor Jusshiane
Kau serius? Pasti mau! Di pub tengah kota? Sounds good?Sent!
Menuju kebawah, aku membuat sarapanku sendiri. Sudah biasa. Biasanya aku hanya sarapan oatmeal, tetap kali ini aku ingin membuat egg&bacon.
"Bi, yang lainnya masih tidur ya?"
"Iya, mereka semua baru tidur jam tiga pagi tadi. Saat ingin ke kamar mandi, bibi melihat mereka masih bermain ps. Setau bibi mereka tidur di kamar Liam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Simple | Harry Styles
FanfictionKisah cinta adik dari Liam Payne dengan Harry Styles. Apakah dengan menjadi adik Liam ia bisa memiliki kisah cinta yang mulus dengan teman kakaknya? Atau kisah cintanya berliku-liku seperti kisah cinta orang pada umumnya? Let's find out and don't fo...