17

915 64 2
                                    

Author's POV

Keesokan harinya Sara terbangun dengan mata yang bengkak serta rambut yang sangat berantakan. Perempuan itu enggan membuang waktunya untuk berdiam diri di kasur, ia segera membersihkan tubuhnya dan berpakaian rapi.

Ia tahu hari ini ia harus pergi ke Australia bersama The Boys dan crew yang lain. Dan ia siap untuk bertemu dengan Harry.

Ia telah bernjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menangisinya lagi. Liam berkata bahwa air matanya terlalu mahal untuk seorang Harry Styles, ia tidak pantas menangisi lelaki brengsek sepertinya.

Sara pun tersenyum kecut mendengar kakaknya berkata seperti itu, hatinya penuh sesak ketika kembali mengingat kejadian kemarin dan kemarinnya lagi.

Ia merasa bahwa dirinya hanya dipergunakan oleh Harry. Setelah selesai make out, ia ditinggalkan begitu saja. Bukankan itu menyakitkan?

Seperti biasa Sara merapikan kasurnya lalu merapikan kopernya. Box make up miliknya telah dibawa oleh crew sehingga ia tidak perlu kerepotan membawa banyak barang.

Masih pukul tujuh pagi, ia yakin bahwa mereka semua belum bangun. Pesawat berangkat pukul sembilan, berarti dirinya dan yang lain harus sampai di airport pukul setengah sembilan.

Ia duduk di depan meja rias, melihat pantulan dirinya. Kantung mata hitam menghiasi matanya, bibirnya pun pucat, serta hidung yang memerah seperti tomat. Dengan segera ia mengambil pouch miliknya yang berisikan alat make up lalu memoleskan bedak agar semuanya tadi tidak kelihatan.

Sara tidak ingin terlihat buruk di depan Harry, walaupun ia tahu lelaki itu telah mengetaui kondisinya dari kakaknya sendiri. Mungkin setelah Liam kembali ke kamarnya, ia langsung menceritakan kondisinya.

Benar, Liam langsung memberi tahu The Boys yang lain bahwa Sara menangis.

Karna tidak ingin kedinginan di pesawat nanti dan tidak ingin merepotkan yang lainnya, Sara mengenakan tartan milik Liam serta kaus dan ripped jeans. Ia tidak ingin mengenakan pakaian yang terbuka karna ia bisa mati kedinginan di pesawat jika mengenakannya.

Rambutnya ia gerai seperti biasa. Sara cantik sekali, tetapi hal yang terjadi padanya selalu tidak masuk akal dan membuatnya menangis.

"Sara, boleh aku mengungsi?"

Sara yang mendengar panggilan itu langsung membuka pintu kamarnya. Ia berpikiran bahwa yang memanggilnya tadi adalah Niall, tetapi salah. Yang berdiri di hadapannya sekarang adalah Harry dengan wajah mengantuknya.

Sara pun tertegun. Dadanya kembali sesak jika melihat wajahnya.

"Sara please." Ucap Harry ketika Sara menutup pintunya.

Lelaki itu sengaja mengungsi ke kamar Sara, ia ingin meminta maaf pada gadisnya itu.

Di balik pintu, perempuan itu menarik nafasnya dalam-dalam. Ia tidak boleh seperti ini, ia juga harus bersikap sopan pada sahabat kakaknya.

Ya, ia hanya ingin bersikap sopan, tidak berharap lebih.

"Masuk saja, tidak apa-apa. Silahkan tidur."

Harry masuk kedalam kamar Sara dengan segenap rasa bersalah yang menghantui pikiran serta hatinya.

Saat ia merebahkan dirinya di kasur, ia bisa merasakan kasur yang sedikit basah. Karna apa lagi kalau bukan karna air mata Sara. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana terlukanya hati Sara setelah kejadian kemarin di balkon.

Ia begitu bodoh, menyakiti orang yang disayanginya serta menyayanginya.

Saat Harry menoleh, ia melihat Sara sedang duduk di kursi dan menyalakan Mac miliknya.

Simple | Harry Styles Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang