Carma tidak mengindahkan ucapan Lorenzo dan membersihkan mejanya. Ia tidak sengaja menyenggol sebuah buku hingga terjatuh. Ketika ia mengambil buku itu terlihat sebuah kertas yang keluar dari selipan buku itu.
"Apa ini?" Carma mengambil kertas yang tercecer.
Mata indahnya bagaikan
bintang di malam hari.
Indah tetapi sulit untuk diraih.
Sifatnya yang lucu dan mengemaskan selalu terngiang-ngiang di benakku.
Aku ingin lebih dekat dengannya,
tapi aku terlalu takut.
Aku takut akan menyakitinya.
Aku hanya bisa mendekatinya ketika akan melaksanakan tugas.Carma yang membaca isi kertas itu sambil tersenyum dan membayangkan itu adalah dirinya. Tapi ketika ia membaca kalimat terakhir ia tau bahwa yang dimaksud Dewa laut bukanlah dirinya melainkan dewi bulan.
"Tidak apa-apa Carma, ini hanya sebuah surat. Lagipula dewa laut telah mengingatkanku untuk tidak menyentuh barangnya. Mungkin ia tidak ingin aku sakit hati. Ia telah peduli padaku," Carma berusaha menyemangati dirinya dengan berpikiran positif. Tapi, surat ini terus menganggunya.
Ia meletakan kembali buku itu dan menyelipkan asal. Tapi, tidak sengaja ia melihat gelang merah yang ia berikan ke dewa matahari yang terletak di mejanya begitu saja.
"Sebenci itukah dewa laut padaku hingga ia tidak mau mengenakan gelang pemberianku padanya? Tidak, aku harus berpikir positif. Mungkin karena gelang ini terlalu polos dan jelek. Ia takut reputasinya akan hancur." Carma terus berusaha berpikiran positif namun ia sadar pikirannya hanya menipu dirinya sendiri.
Carma meneteskan air matanya dan dengan cepat mengusap air matanya, "apa yang mau aku tangiskan? Lagi pula dari awal pernikahan kita hanya karena perjodohan."
"Apa yang kau lakukan disana Carma?" Tanya seorang dewi yang paling Carma takutkan.
Carma membeku sangat lama ketika mendengar suara yang paling ia kenal dan takuti, Dewi bunga.
"Aku masih belum puas." Empat kata yang diucapkannya tapi bisa membuat Carma gemetar ketakutan. Tapi tidak ada yang membela dan melindunginya. Para dewa dewi lebih memilih untuk tidak mencampuri urusan pribadi.
Carma lansung menatap kearah Luthien dan lansung bersujud didepannya, ia menundukan kepalanya ketakutan.
"Ikut aku," perintahnya dan berjalan didepan Carma.
Sebenarnya Carma sangat ingin menolak tapi semuanya hanya akan sia-sia. Ia akan dilakukan lebih kejam lagi.
Luthien membawanya ke tepi kolam dan memegang rambut Carma dengan kasar lalu mencelupkan wajahnya kedalam air itu dan membiarkan Carma kesulitan bernafas. "Kenapa harus kau? Kenapa bukan aku yang menikah dengannya? Kenapa orang itu harus kau? Kau tidak pantas menjadi istrinya melainkan aku," ucap Luthien tapi tidak terdengar oleh Carma.
Ia melepaskan dewi karma ketika merasa puas dan meninggalkannya begitu saja. Carma kesulitan bernafas dan memukul jantungnya beberapa kali agar dapat bernafas kembali dengan normal, ia masih berusaha berpikir postif bahwa dewi bunga bukanlah orang yang jahat. Ia pasti melakukan hal itu karena memiliki alasan tertentu. Setiap orang memiliki alasannya masing-masing. Ia tidak ingin berpikiran buruk kepada siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
C A R M A
FantasyMereka memanggilku Carma si dewi polos dan lemah yang mendatangkan malapetaka. Kenyataannya aku hanya seorang dewi yang ingin diperhatikan oleh semua orang, tapi itu terlalu sulit untukku yang tidak dicintai oleh siapapun ini. Karena itulah aku memu...