Tibalah dimana hari pernikahan Lorenzo dengan Selena. Semua dewa bersorak bahagia dan merasa dari awal seharusnya dewa laut menikahi dewi bulan bukan dewi karma.
Apakah kalian mencari Carma di hari pernikahan mereka? Bahkan tidak ada yang mengingat Carma dihari itu. Carma sedang sibuk menghitung langkah kakinya.
"423.... 424... 425.... 426.... 427...." Carma terus menghitung dan tinggal beberapa langkah lagi ia akan terbebas dari semua ikatan.
Wangi bunga yang bermekaran mungkin sangat harum. Tapi, apa artinya semua itu. Ia tidak bisa lagi melihat indahnya bunga yang bermekaran.
"435.... 436.... 437.... 438.... 439...."
Bukan rasa sedih yang Carma rasakan tapi bahagia. Yang awalnya ia takut dengan kematian, sekarang ia merasa bahagia dengan kematian. Tidak akan ada yang bisa membuatnya khawatir lagi. Ia telah menyerahkan segalanya pada orang yang ia cintai. Baik itu jiwa maupun raga, ia tidak memiliki semua itu lagi.
Hinggah langkah ke 441, ia berhenti sejenak. Menghirup udara segar terakhir kali.
"CARMAAAAA," Teriak pria yang sangat ia kenali.
Carma terlihat panik ketika mendengar suara pria yang memanggilnya, "apa yang kau lakukan disini?" Tanya Carma.
"Ternyata ini alasanmu menyuruhku menikah dengan Selena? Kau ingin meninggalkanku?" Tanya Lorenzo yang berjalan mendekat kearah Carma.
"Jangan mendekat," perintah Carma yang mendengar suara Lorenzo yang semakin mendekat kearahnya dan melangkah mundur satu langkah.
"Aku tidak mengizinkanmu untuk bunuh diri."
Carma berjalan mundur satu langkah lagi.
"CARMA, JIKA KAU MELANGKAH LAGI AKU AKAN MEMBUNUH SEMUA TEMAN DAN SAUDARAMU." Ancam Lorenzo yang berusaha menghentikan Carma.
Mengecewakan, suaminya bahkan tidak tau ia tidak memiliki keluarga maupun teman.
Carma hanya tersenyum tipis, ia tau Lorenzo tidak akan melakukan hal itu. Ia bahkan telah merelakan kedua matanya untuk menyelamatkan suaminya, tapi apa yang ia dapat? Kekecewaan dan rasa sakit yang tidak pernah berhenti.
"Aku serius, jika kau berani melangkah lagi. Aku akan menghancurkan dunia dengan tsunami." Rahang Lorenzo mengeras.
"Kau tidak akan pernah melakukan itu. Karena suamiku adalah orang yang baik. Ia merelakanku demi menyelamatkan dunia. Ia juga menyuruhku melindungi para manusia dengan kondisiku yang penuh luka. Ia juga yang telah mengkhianatiku. Aku juga telah mengorbankan semuanya demimu. Jika aku bisa memilih, aku akan memilih dicintai oleh orang yang jahat karena orang jahat akan melindungi orang yang ia cintai dengan cara apapun bahkan dengan cara menghancurkan dunia." Balas Carma sambil tersenyum tipis.
"Itu salahku, aku bersalah. Aku minta maaf, apakah kau puas?" Lorenzo memegang rambutnya dengan frustasi.
"Kau menyelamatkan dia dari kekuatan para iblis bukan aku, istrimu." Carma berusaha menahan air mata yang akan segera jatuh.
"Kau cemburu? Dia sedang terluka." Lorenzo tidak bisa berkata jujur pada dirinya sendiri dan ingin Carma menganggap ia tidak mencintainya.
Air mata Carma lansung menetes keluar, ia tidak menyangka akan mendengar ucapan Lorenzo disaat hatinya terasa terluka. "Dia terluka? Aku sekarat. Dengan keadaan sekarat aku yang menahan kekuatan iblis untuk melindungimu dan sekarang tubuhku semakin melemah. Aku harus merasakan siksaan yang selalu menyiksaku setiap malamnya dengan keadaan buta sambil menunggumu menepati janji yang tidak akan kau tepagi. Mati dengan cepat lebih baik daripada harus merasakan sakit yang lebih lama."
"Jika kau memilih bunuh diri, aku akan membuatmu mati dengan tidak tenang." Ancam Lorenzo yang mengepal tangannya dengan kuat.
"Aku tidak akan bunuh diri jika kau memakai gelang merah yang kuberikan padamu." Ucap Carma yang tau Lorenzo tidak akan pernah memakai gelang yang ia berikan padanya.
"A-a-aku..." Lorenzo tidak bisa menyambung kalimatnya.
"Kau tidak memakainya dan tidak akan pernah memakainya. Kau selalu meletakannya di meja. Apakah pemberianku terasa sangat menjijikan? Aku sedih, aku sangat sedih sekali ketika melihat gelang itu bagaikan sampah yang tidak berguna. Disaat tubuhku terluka, kau tidak pernah sekalipun bertanya tentang keadaanku. Kau lebih peduli dengannya daripadaku yang terus menahan semua rasa sakit yang bahkan aku sendiri tidak sanggup menahannya. Dan ketika aku buta, aku bahkan tidak memiliki teman untuk bicara yang kulakukan hanya menunggu, menunggu dan menunggu. Bahkan, aku sudah mengatakan padamu. Tidak apa-apa walaupun itu hanya kebohongan. Tapi, aku tetap tidak bisa mendengar kalimat yang ingin aku dengar keluar dari mulutmu sampai akhir." Carma berjalan mundur satu langkah lagi. Hanya tersisa satu langkah lagi dan semuanya akan berakhir.
"BERHENTI MELANGKAH CARMA." Perintah Lorenzo yang terlihat sangat marah.
"Kenapa aku harus mendengarkanmu? Seumur hidupku, aku selalu mendengarkanmu dan kau juga tidak pernah mendengarkanku. Hanya sekali ini saja, aku ingin memgikuti kata hatiku." Bantah Carma dengan berani dan tidak takut pada apapun lagi.
Carma dengan wajah tersenyum menarik paksa gelang merah polos yang terbuat dari seutas tali. "Selamat tinggal, suamiku. Di kehidupan selanjutnya, aku memilih untuk tidak ingin jatuh cinta denganmu lagi. Mari akhiri semua rasa sakit ini." Ucap Carma sambil meneteskan air matanya dan menjatuhkan dirinya dari jurang kematian bersamaan dengan putusnya gelang merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
C A R M A
FantasyMereka memanggilku Carma si dewi polos dan lemah yang mendatangkan malapetaka. Kenyataannya aku hanya seorang dewi yang ingin diperhatikan oleh semua orang, tapi itu terlalu sulit untukku yang tidak dicintai oleh siapapun ini. Karena itulah aku memu...