14 - Egois

2.6K 251 13
                                    

Awan berubah menjadi gelap, "pasukan iblis berada di kerajaan langit." Ucap Line yang merasakan hawa para iblis.

"Kali ini berbeda dengan 3 bulan lalu." Lanjut Line yang merasa getaran dari tanah.

"Bawa aku kesana, Lorenzo sedang tidak ada aku harus mengantikannya melindungi para dewa." ucap Carma dengan serius.

Wajah seriusnya membuat Line tidak dapat menolaknya.

Serangan demi serangan mengarah pada para dewa. Kerajaan langit berada di posisi kekalahan. Dengan indra pendengaran dan perasa, Carma berusaha melindungi para dewa dengan tubuh yang mulai tidak bisa menahan serangan.

"Menyerahlah," kata salah satu jenderal iblis.

Lorenzo dan Selena lansung datang ketika mendengar kerajaan iblis menyerang dan berusaha melindungi para dewa.

"Aku telah menunggumu," ucap Zeref sambil tersenyum jahat.

Mereka saling beradu dan melawan tanpa ada yang ingin mengalah. Hingga rencana jahat terpikirkan oleh Zeref. Ia mengarahkan kekuatannya kepada Selena dan Carma secara bersamaan.

Lorenzo lansung terbang kearah wanita yang berada didekatnya dan melindunginya.

BLAMMM

Kekuatan Zeref dan tubuh Carma saling beradu membuatnya terpelanting jauh dan mengeluarkan darah hitam pekat.

Sebelum tidak sadarkan diri ia mendengar suara Lorenzo yang bertanya, "apa kau baik---" setelah itu ia tidak dapat mendengar apapun lagi. Ia tidak tahan dengan serangan raja iblis yang begitu kuat.

"Apa kau baik-baik saja, Car-Selena?" Tanya Lorenzo yang sebenarnya ingin menyelamatkan Carma.

Lorenzo lansung mencari keberadaan Carma dan melihat kearah wanita dengan darah yang terus mengalir tanpa henti. Ia lansung berlari kearah Carma dengan kekuatannya.

"CARMA! SADARLAH, CARMA!" Lorenzo memanggil Carma beberapa kali dan lansung mengendongnya. Ia tidak peduli dengan perang yang sedang berlansung. Fokusnya hanya menyelamatkan Carma.

"Line, selamatkan dia." Mohon Lorenzo.

"Selamatkan dia? Aku bisa menyelamatkan dia. Tapi, ia akan kehilangan kekuatannya untuk selamanya. Ia akan sama seperti manusia biasa yang sama sekali tidak memiliki kekuatan. Ia juga akan merasa rasa sakit seumur hidupnya."

"Aku tidak peduli, aku hanya ingin kau menyelamatkannya." Tegas Lorenzo.

"Kau sama sekali tidak berubah. Kau tetap egois." Ucap Line dengan berani.

"Apa maksudmu?" Tanya Lorenzo dengan frustasi dan mengacak-acak rambutnya.

"Apa kau lupa dengan janjimu? Dia telah menunggumu selama tiga bulan. Apa kau tau bagaimana keadaannya selama tiga bulan ini? Ia sangat hancur."

Lorenzo mencekik Line dengan erat. "Berhenti mengatakan yang tidak mungkin, ia selalu tersenyum seakan tidak ada masalah."

Line tersenyum mengejek, "keluarlah, aku akan menyelamatkannya."

****

Setelah beberapa hari, Carma akhirnya tersadar. Carma berusaha meraba-raba mencari air disekitarnya. Ia bahkan tidak bisa merasakan ada seorang pria yang sedang menatapnya. Indranya sangat melemah, bahkan seperti tidak ada.

Tidak sengaja ia menyentuh teko panas yang berisi air panas. Ia sama sekali tidak berteriak ataupun meringis seolah-olah itu adalah hal biasa. Ia masih berusaha mencari gelas dan menuangkan air yang ada di teko itu. Air panas yang terkena tangannya membuat kulitnya melepuh.

Lorenzo masih terdiam menatap Carma sampai langit berubah menjadi gelap. Ia melihat Carma hanya duduk dan bersandar di kasurnya. Pikirannya kosong ia hanya begerak ketika merasa haus.

"Carma," panggil Lorenzo dengan lembut.

Carma lansung terlihat panik dan berusaha menyembunyikan wajahnya. Ia tidak ingin Lorenzo tau tentang matanya.

"Kenapa kau menyembunyikan wajahmu?" Tanya Lorenzo yang sudah tau keadaan Carma.

"Aku sedang tidak berdandan, aku malu." Jawab Carma yang berusaha tersenyum.

C A R M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang