6 - Dewi Polos

3K 290 7
                                    

"Kau terlihat kesakitan," ejeknya sambil membungkuk kearah Carma.

"T-tidak," bohong Carma dan tidak berani menatap kearah Luthien.

"Lihat aku, ketika aku berbicara denganmu. Harus berapa kali kukatakan hal seperti ini." Ucap Luthien sambil tersenyum jahat.

"Maaf," kata Carma lagi. Ini salah satu alasan ia dijuluki dewi lemah karena ia bisa mengatakan kata maaf tanpa berbuat kesalahan sekalipun.

Luthien dengan senyuman jahatnya lansung menekan bahu Carma dengan erat ketika melihat dewi karma yang terus memegang bahunya.

Carma sangat ingin berteriak kesakitan, tapi ia berusaha menutup mulutnya dengan rapat agar tidak ada yang dapat mendengar suara ringisannya. Ringisan dan tangisan muncul saking sakitnya. Sakit yang tidak dapat ia tahan dan sekarang sedang di tekan dengan kuat oleh Luthien.

"Sssssaaaakittttt." Ringis Carma yang menatap kearah Luthien dan berusaha meminta untuk dilepaskan. Seluruh tangannya seakan mati rasa.

"Rasakan itu," ucapnya sambil tertawa jahat.

Darah segar keluar dari mulut Carma. "Jangannn,"

"Jika aku membunuhmu sekarang, tidak akan ada yang mengetahuinya." Ucap Luthien yang semakin menekan luka Carma.

"K-kenapa? Kenapa kau sangat membenciku?"  Tanya Carma memasang wajah polosnya.

Luthien menatap Carma dan memegang wajah karma mengunakan tangannya, "karena kau hanya perlu menggunakan wajah polosmu untuk memikat banyak orang."

"LUTHIEN! LEPASKAN DIA!" Amarah dewa api sangat terasa saat melihat Carma diperlakukan dengan sangat kasar.

"Adeus?" Luthien menoleh ke sumber suara.

"Dewa pembuat onar dan dewi sok polos sangatlah cocok jika digabungkan." Lanjut Luthien sambil tersenyum dan meninggalkan mereka begitu saja.

"Dewa api?" Panggil Carma.

"Apa kau bodoh? Atau pura-pura polos? Bagaimana bisa setiap saat aku bertemu denganmu kau selalu terluka?" Tanya Adeus yang tidak bisa berkata lembut dan lansung mengendong Carma.

"Terima kasih, dewa api. Kau selalu menyelamatkanku, aku sungguh-sungguh berterima kasih atas kebaikanmu." Ucap Carma dengan sungguh-sungguh sambil menatap kearah Adeus.

Adeus membawa Carma ke kamarnya, "apa kau baik-baik saja?"

Carma lansung menggangguk, "iya, aku hanya perlu istirahat. Aku akan baik-baik saja dalam beberapa minggu. Aku mohon jangan katakan hal ini pada siapapun." Ucap Carma dengan wajah memohon.

"Beberapa minggu? Apa kau gila?" Adeus tidak habis pikir dengan Carma.

"Maafkan aku dewa api, tapi aku ingin istirahat dan berhenti menanyakan apa aku gila di setiap kali pertemuan kita. Anda terlihat lebih gila dengan topeng yang selalu menutupi wajah anda." Balas Carma dengan suara yang lemas.

Adeus lansung menatap sinis kearah Carma, "aku memungut topeng ini setelah kau membuangnya. Apa kau tidak mengingatnya?"

"Tidak," balas Carma dengan singkat dan tidak ingin melanjutkan pembicaraan.

"Tentu saja kau tidak akan mengingatnya, yang ada di pikaranmu hanya pria itu. Pria yang selalu memberimu rasa sakit." Balas Adeus dengan kejam dan jujur.

"Dewa api, aku ingin istirahat mohon keluar dari kamarku. Sebelum dewa lain berpikir kita memiliki hubungan." Usir Carma dengan wajah datar.

"Aku adalah dewa api. Tidak ada yang berani menyinggungku." Ucap Adeus dengan percaya diri.

Carma menghela nafas panjang, "tentu saja mereka tidak berani menyinggung dewa api. Tapi, mereka pasti akan mengejek dan merudungku lagi. Jadi, ku mohon keluarlah dari kamarku."

"Aku akan membunuh mereka yang berani menyentuhmu." Mata Adeus berubah menjadi merah.

Ia termasuk dewa yang sangat gampang emosi. Amarahnya seakan akan segera meledak.

C A R M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang