Tujuh tahun telah berlalu semenjak kejadian itu. Kota, negara dan dunia tidak pernah kelihatan lagi. Semuanya hancur bagaikan debu, matahari tidak lagi bersinar. Hanya bulan yang bersinar sebagai pembantu cahaya. Manusia? Tidak ada lagi manusia yang hidup di zaman sekarang. Kekejamannya yang kejam dikarenakan sakit hati membuatnya seperti ini. Ia yang dikenal dengan dewa iblis tidak ada yang bisa mengalahkannya. Dialah sang MALAPETAKA.
"Dewa Iblis, semua manusia telah binasa begitu pula dengan dunia." Lapor salah satu prajurit sambil memberi hormat.
"Sudah saatnya untuk ke tempatnya," Carma menatap kearah jari-jarinya sambil tersenyum.
"Mereka pasti akan ketakutan melihatmu disana," Balas Zeref sambil tertawa nyaring.
Carma melangkahkan kakinya ke kerajaan langit. Ia masih melayang sambil menatap kearah kerajaan langit yang besar nan megah.
"Aku penasaran apa yang akan mereka lakukan jika kerajaan ini runtuh." Carma tersenyum jahat sambil menatap kearah jari jemarinya.
Jari telunjuknya menunjuk kearah langit dan pelan-pelan menunjuk kearah kerajaan langit.
"Bang,"
Sebuah meteor besar nan dasyat meledak ke arah aula kerajaan langit dan membuat kehancuran dimana-mana. Para dewa panik dan lansung keluar melihat siapa yang membuat semua ini.
Carma tersenyum bangga atas perbuatannya, "ini adalah seni dari kekuatanku." Ucap Carma yang melihat kearah kerajaan langit lalu kembali menatap kearah jari jemarinya.
"APAKAH KEHANCURAN ADALAH SENI DARI HIDUPMU?" Teriak seorang dewa dengan lantang dan penuh amarah.
"Aku menyukai keberanianmu, bagaimana jika kau menjadi salah satu pasukanku?" Tanya Carma yang berusaha melihat dengan jelas kearah dewa itu tapi percuma matanya tidak sebagus itu. Ia lansung terbang kearah dewa itu dan berdiri tepat di depannya.
"Wajahmu tidak buruk," Carma memegang wajah dewa itu sambil tersenyum.
Dewa itu lansung menghempas tangan Carma dan meludahi dewa iblis. "Cuih, aku tidak akan sudi di perintah san di sentuh olehmu. Kau bahkan membunuh hampir semua pasukanmu." Keberanian dewa itu patut diacungi jempol.
Kesabaran Carma yang tipis membuatnya tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang terlihat sangat marah, tangannya lansung menampar dewa yang ada di depannya dengan keras dan membuat dewa itu lansung terjatuh. "Dasar rendahan, kau bahkan tidak cocok untuk dimaafkan." Carma menarik lidah dewa itu dan lansung memotong lidahnya tanpa ampun.
"Aku membenci hal yang kotor," ucap Carma kepada Zeref.
Dengan sekali tebasan dewa itu lansung meninggal di tempat.
"Carma," panggil dewa lainnya.
"Jangan memanggil namaku dengan mulut kotormu." Carma menoleh kearah sumber suara dengan emosi.
"Maafkan aku, dewi karma. Aku Line, dewi penyembuh. Aku memohon padamu dengan sungguh-sungguh. Aku mohon jangan hancurkan kerajaan langit." Mohon Line sampai meletakan kepalanya ke tanah sambil menahan air matanya.
"Aku tidak akan membunuhmu, tapi aku tidak akan pernah memaafkan mereka yang telah menyakitiku. Bahkan jika aku mati, aku akan terus berusaha hidup dan hidup demi bisa menyiksa lalu membunuh mereka. Aku akan membuat mereka menyesali kejahatan mereka untuk selamanya. Itu adalah karma dari perbuatan mereka." Tegas Carma yang terlihat sangat serius.
"Aku mohon untuk kali ini saja, jangan hancurkan kerajaan langit. Sebagai gantinya aku akan memberikan mataku padamu." Mohon Line dengan sungguh-sungguh dan ingin menyerahkan matanya.
Carma lansung berjalan kearahnya, "Aku tidak menyembuhkan mataku bukan karena aku tidak bisa. Tapi, aku akan mengambil semua milikku dari kalian." Ucap Carma penuh penekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
C A R M A
FantasyMereka memanggilku Carma si dewi polos dan lemah yang mendatangkan malapetaka. Kenyataannya aku hanya seorang dewi yang ingin diperhatikan oleh semua orang, tapi itu terlalu sulit untukku yang tidak dicintai oleh siapapun ini. Karena itulah aku memu...