21 - Menangislah

2.8K 245 6
                                    

Carma menatap ke seorang dewi bunga sambil tersenyum miring. "Aku seolah pernah melihatmu." Ucap Carma sambil tersenyum.

Luthien yang menatap kearah Carma lansung jatuh ketakutan. "K-kau-- bagaimana bisa?"

Carma mempertajam pelihatannya, "Apakah kita saling kenal?" Tanya Carma yang berpura-pura.

Senyumam menghiasi wajah Luthien, "tidak, kita tidak saling kenal. Tapi,  satu hal yang harus kau tau. Kau hanya penggantinya." Ucap Luthien dengan penuh penekanan di akhir kalimat.

"Penggantinya?" Ulang Carma sambil tersenyum sinis.

"Dewa laut membunuh orang yang mencintainya dan kau hanya pelampiasan dari rasa bersalahnya." Luthien tersenyum merasa dirinya telah menang.

Carma tersenyum sambil berjalan kearah dewi bunga, matanya mendadak menjadi hitam pekat sekilas. "Luthien, apakah kau ingin mengetahui sesuatu? Aku hidup kembali bukan tanpa tujuan. Sekarang hidupku berbeda, aku tidak bisa merasakan cinta, kasihan dan memberi pengorbanan yang cuma-cuma. Jika kau ingin menguji kesabaranku sebaiknya kau menyerah karena aku bukan Carma yang dulu." Bisik Carma yang menakut-nakuti Luthien hingga membuat wajah dewi bunga memucat.

"Kauuu---" ucap Luthien yang mengeluarkan kekuatannya.

"Carma? Kau dimana?" Cari seorang pria diujung sana.

Carma memegang tangan Luthien yang sedang mengeluarkan kekuatan dan lansung melukai dirinya sendiri, ia berpura-pura terjatuh dan terlihat lemah. "Maafkan aku dewi bunga. Aku tidak akan melakukan kesalahan apapun lagi." Melas Carma yang sedang berpura-pura sambil memegang perutnya yang penuh dengan darah.

"APA YANG KAU LAKUKAN?!" Tanya Lorenzo yang melihat kearah Carma dengan bagian perut yang mengeluarkan darah tanpa henti.

"T-tidak, bukan aku--" Luthien berusaha menjelaskan permasalahannya.

Tapi, dengan cepat Carma memotong ucapan Luthien. "Maafkan aku, dewi bunga. Aku tidak akan mengulanginya. Aku bersalah." Mohonnya dengan wajah sekasihan mungkin.

"Aku akan menemuimu setelah mengobati Carma." Peringat Lorenzo yang menatap sinis kearah Luthien dan mengendong Carma ke kamarnya.

Ia mendudukan Carma di ranjang miliknya dan mengobati perut Carma. Kekuatan Luthien yang dikeluarkan mengandung racun di dalamnya. Rasa sakit terus menusuk tubuh Carma.

"Kau boleh menangis jika ini terasa sangat sakit." Ucap Lorenzo yang melihat wajah Carma yang pucat dan mengeluarkan keringat terlihat sangat menyakitkan.

Carma lansung menghempaskan tangan Lorenzo, "keluarlah. Aku akan mengobati lukaku sendiri seperti biasa yang aku lakukan. Aku tidak akan meneteskan air mataku lagi." Amarah Carma lansung tersulut begitu mendengar Lorenzo yang menyuruhnya untuk menangis.

Ia tidak mengerti, seberapa lama Lorenzo akan puas melihatnya terus merasakan kesakitan. "Apakah kau sangat suka liat orang menangis?" Tanya Carma yang mengepal tangannya dengan erat.

"Tidak, bukan begitu maksud--"

"Keluarlah, aku tidak ingin melihatmu." Potong Carma secara lansung.

*****

Disisi lain, para dewa telah berkumpul untuk mendiskusikan cara membunuh Carma agar kehancuran dunia tidak terjadi.

"Ia sedang lemah karena terkena racun dewi bunga." Ucap Selena yang selama ini mengawasi gerak-gerik Carma.

"Ia harus dilenyapkan secepat mungkin sebelum terjadinya malapetaka." Balas dewa lain setuju.

Mereka merencanakan semuanya secara tertutup dan ingin membunuh Carma disaat paling lemah.

"Sudah waktunya untuk membunuh Carma." Perintah dewa yang memimpin semua rencana ini.

****

Hallo gaes, apa kabar ni? Cepat kan updatenya.. hehehe.... Sekian dulu jangan lupa vote n komen.... Luv u gaes 💕

C A R M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang