Twelve

3.9K 639 60
                                    

 Tidak ada niat Amran berpihak pada Nolan ataupun Naka, ia mempertimbangkan kedua laki-laki itu sebagai kandidat calon suami untuk sang kakak. Sulit memang mengingat teman dan mantan pacar sang kakak memiliki kesiriusan yang sama. 

"Pusing aku."

"Makanya kalau dibilangin dengar. Sok-sokan ikut campur, kayak sudah pengalaman saja." Uwais berkomentar setelah mendengar cerita Amran. "Biarin aja kenapa sih, toh mereka yang suka mba Aisha, ya usaha sendiri."

"Bukan ikut campur, tapi nggak enak aja secara aku mengenal mereka."

"Nolan nggak minta bantu, nah tinggal tolak aja Naka itu. Bilang sama tuh laki, kalau memang suka ya berjuang sendiri. Kaya Nolan baru hebat."

"Aku bantunya diam-diam nggak sampai ketahuan mba Aisha."

"Sama aja, kaya ngasih kesempatan gitu. Biar mereka bertarung sendiri-sendiri, kalau hasilnya adil kan enak."

Amran mengangguk.

"Lihat saja Nolan, saking seriusnya dia sudah jarang gabung. Terakhir gue dengar lagi di luar kota ngurus proyek baru."

"Bisa-bisa pulang nanti langsung bawa mahar dia." lalu Amran tertawa geli sendiri membayangkan nasib Naka. "Nggak pernah suka drama tapi sekarang terlibat dalam skenario."

"Santai aja, kita lihat progressnya. Jujur gue juga penasaran endingnya mba Aisha sama siapa."

Karena Uwais bukan bagian keluarga jadi dia tidak tahu bagaimana perasaan Amran sekarang. "Karena kamu tidak ada di posisiku."

Uwais tertawa.

Seseorang sedang menunggu Aisha selesai meeting di ruangan wanita itu, ia datang karena ingin berbicara serius terkait lamarannya yang sudah diutarakan pada ayah. Jika Nolan mengajak Aisha berkenalan lebih dulu sebelum melanjutkan ke jenjang yang lebih serius maka Naka akan mengajak wanita itu bertunangan, sebelum akad akan diselesaikan masalah yang pernah timbul di masa lalu.

"Aku tidak menyuruh Mas datang." Aisha sudah mendengar dari orang tuanya lamaran laki-laki itu, jadi sekarang dia aku tahu alasan Naka datang menemuinya.

"Ada yang ingin kukatakan."

Aisha tidak ingin duduk di sofa yang sama walaupun berjarak dengan Naka, ia memilih berdiri sampai laki-laki itu mau pergi dari harapannya. 

"Kita sudah menyelesaikan semuanya tujuh tahun yang lalu, jadi apa lagi yang ingin Mas katakan?"

"Mungkin maafku terdengar basi, tapi aku tidak akan berhenti begitu saja."

Naka pernah menyesal dengan keputusannya dulu, tapi ia tidak pernah menganggap Aisha dermaganya. Ia kembali bukan untuk singgah, tapi mengajak wanita itu berlayar bersamanya mengarungi bahtera yang bernama rumah tangga.

"Bagaimana bisa Mas melamarku sementara tahu aku berhubungan dengan pria lain?"

"Hubungan kalian belum masuk ke tahap serius."

"Ouh, kalau begitu akan segera kuseriuskan jadi tunggu saja undangannya."

Naka menyanggah. "Kamu menuduhku menjadikanmu sebagai pelampiasan, bagaimana denganmu sendiri? Tujuh tahun memang sudah lama tapi bagi seorang Aisha apakah mudah jatuh cinta pada orang lain?"

Aisha punya jawaban yang bagus untuk pertanyaan mantan pacarnya. "Aku lupa rasa seperti apa yang pernah kumiliki terhadapmu tapi aku yakin perasaanku pada Nolan sekarang berbeda dari dulu."

Mendengar jawaban tersebut Naka tertegun, kecewa yang ditorehkan begitu dalam sampai wanita itu lupa seperti apa perasaannya.

"Aku." Aisha menepuk dadanya pelan. "Wanita yang setia pada perasaan, aku bisa menghargai orang lain terlebih pada dia yang tulus."

Wajah Naka memerah.

"Mas melepaskanku dan memilihnya tujuh tahun yang lalu, sekarang Mas kembali dan harus menerima kenyataan bahwa aku telah memilih orang lain untuk menjadi pendamping hidupku."

Jelas sekali kata-kata Aisha hanya orang bodoh yang tidak memahaminya.

"Aku tidak akan plinplan seperti Mas, saat sudah memilih aku tidak akan meninggalkannya."

Kalimat terakhir pernah dikatakan Aisha dulu, Naka masih mengingat dengan baik. Kala itu Aisha berjanji akan setia dan tidak akan berpaling pada hati yang lain tapi Naka menyia-nyiakan kesetiaan wanita itu dan memilih kembali pada hati yang memiliki rasa sesaat.

"Aku tidak harus bertanggung jawab pada penyesalanmu, itu maumu kendati saat itu sedikitpun tidak ada rasa ikhlas di hatiku."

Naka bangun dan mensejajarkan langkahnya dengan wanita itu, menatap dalam manik yang begitu indah.

"Bagaimana kalau aku tidak bisa berhenti?" tanya Naka dengan suara serak. "Biarkan saja egois, karena aku yakin bisa membuatmu kembali jatuh cinta padaku."

Berbeda dengan Naka gadis itu tidak ingin menatapnya. "Silahkan." itu bukan urusan Aisha, ia tidak bertanggung jawab lagi pada perasaan yang dimiliki oleh Naka.

"Kalau sudah selesai silakan keluar."

Naka mungkin sedih tapi saat ini pria itu tidak menghiraukan harga diri, sudah diperjelas pada Amran jika kali ini dia pergi lagi maka belum tentu bisa kembali dengan pikiran yang waras.

"Pikirkan sekali lagi, hidup dalam penyesalan itu tidak enak."

Adalah rasa bersalah karena meninggalkan seseorang yang pernah mencintai dan dicintai demi wanita lain yang masih samar perasaannya, itu yang dikatakan Naka pada Aisha.

"Aku pernah menyesal bertemu dengan Mas, karena pertemuan itu menyebabkan perpisahan. Tapi aku sudah move on, buktinya aku bisa tersenyum pada laki-laki lain dan hatiku pun ikut bergetar."

Dua kata yang sama dalam masalah yang sama pula namun dengan cara pandang yang berbeda, hal ini memperlihatkan bahwa Aisha berhasil menjadi orang nomor satu lagi di hati Naka.

Naka tidak sanggup lagi mendengar untaian cinta gadis itu untuk laki-laki lain, ia memang tidak berhak melarang Aisha berhubungan dengan pria lain tapi ia berhak untuk masa depannya sendiri.

******

"Mas Naka tidak pernah datang lagi, kalian bertengkar?"

"Kenapa aku harus bertengkar dengannya?" Aisha balik bertanya pada Amran.

"Aneh saja, sudah satu minggu nggak ke sini. Dia juga enggak ke kantor Mba?"

"Stop bahas dia! Kalau kamu tidak punya kerjaan, sana mandiin Tuti."

Enggak masalah kalau yang disuruh mandiin gadis cantik nan bahenol tapi ini kucing yang baru saja beranak.

"Coba aku cek ke apartemennya, Mba nggak mau nitip apa gitu?"

Aisha sedang membalas pesan Nolan jadi tidak fokus lagi pada adiknya.

"Kira-kira di dapur ada makanan apa ya." meninggalkan kakaknya Amran menuju ke belakang, ia akan meminta bibi menyiapkan beberapa makanan untuk di bawa ke apartemen Naka.

Aneh, biasanya setiap hari Naka datang ke rumah mereka tapi sudah satu minggu pria itu tidak pernah kelihatan, padahal ini akhir pekan.

Kenapa Naka tidak pernah datang lagi? Salah kalau kalian jawab untuk membuat seseorang rindu.

Terimakasih yang sudah mampir jangan lupa tinggalkan komen y dear...

 

Hasrat Yang TertundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang