sixteen

3K 547 20
                                    

-jangan lupa vote-


Kalau sudah jadi mantan memang tidak pernah bertemu lagi apalagi si mantan yang dimaksud telah menjadi istri dari laki-laki lain meski dibuat alasan sepenting apapun rasanya tidak punya muka jika ingin bertemu kecuali secara kebetulan berpapasan di mall atau acara resmi seperti beberapa malam yang lalu.

Dulu setiap kali diundang oleh orang tua Aisha ia akan bersemangat datang ke rumah itu, sekarang seperti uji nyali setiap kali bertandang apalagi ada Aisha dan Nolan. Serba salah ketika orang tua wanita itu mengajaknya makan malam bersama. Jika mau seperti berharap ingin bertemu si mantan, jika menolak seperti masih terkadang masa lalu dan Amran orang yang pertama kali akan mengejeknya.

"Mas Nolan akan pulang sebentar lagi, aku akan menunggunya." tolak Aisha ketika mama mengajaknya makan bersama sementara wanita itu ingin menunggu suaminya pulang dulu dan mempersilakan mereka makan.

Naka sepertinya harus sering-sering membersihkan telinganya, tiba-tiba saja berdengung tidak nyaman seperti sekarang atau dia harus mengunjungi spesialis THT?

"Ya sudah kami makan duluan."

Aisha mengangguk, ia meninggalkan ruang makan dan menunggu sang suami di ruang tengah. 

"Nggak usah bingung, setiap malam Jumat Mbak Aisha dan suaminya akan menginap di sini. Malam Minggu baru di rumah mertuanya."

Romantis sekali cara membagi waktu, tapi kenapa Amran membisikan informasi itu pada Naka, siapa juga yang bingung?

"Ayo Naka. Tambah lauknya." 

Naka mengangguk sopan. Selama berada di rumah ini dia tidak akan bisa menelan apapun terlebih dengan keberadaan dua sejoli, rasanya tidak nyaman tapi sebagai bentuk sopan santun Naka harus menghabiskan makan malamnya dan pamit pulang.

"Susah nelan ya Mas," goda Amran. "Dibikin nyaman aja."

"Kenapa?" tanya papa. "Sariawan?"

"Nggak Om."

Amran tersenyum puas melihat ekspresi Naka. Karena tahu pria itu baru move on makanya dia berani menggoda. 

Naka tidak punya masalah dengan Amran jadi ia tidak terlalu peduli dengan candaannya, asalkan tidak di depan Aisha, itu saja.

Karena berada di meja yang sama yang juga akan digunakan oleh Aisha dan Nolan, bayangan kebersamaan mereka menari bebas di benak Naka. Bahkan hal kecil seperti Aisha menuangkan minum ke gelas Nolan juga ada di bayangannya.

Sementara seseorang yang sampai detik ini masih dipikirkan oleh Naka sedang berbahagia menunggu kepulangan suaminya. Biasanya Aisha juga ikut ke kantor tapi hari ini dia ingin menghabiskan waktu dengan ibunya jadi sudah seharian tidak melihat Nolan.

"Mau langsung pulang?"

"Iya Tante, terimakasih makan malamnya." Naka juga mengatakan bahwa ia tidak perlu diantar.

Di ruang tengah ia melihat Aisha tapi tidak menegur wanita itu, Naka hanya perlu berjalan lurus hingga keluar dari kediaman orang tua mantan pacar.

Aisha memperhatikan laki-laki itu, menurutnya sedikit aneh karena mereka tidak saling sapa. Ah tidak, ia menyapa Naka seperti biasa contohnya ketika mereka bertemu beberapa waktu lalu di sebuah acara resmi.

"Kerjasama dengan Amran berjalan lancar?" Aisha memilih pertanyaan itu ketimbang menanya kabar pria tersebut.

Akhirnya Naka berhenti sejenak untuk memberikan jawaban. "Hampir selesai, setelah itu aku akan pergi." dijawab dengan raut datar lalu menatap wanita itu sesaat dan pergi dari hadapannya.

Benar, memang aneh. Atau dirinya yang aneh, dulu dia tidak ingin menyapa pria itu kenapa sekarang bersikap ramah? Aisha menggeleng, tidak salah menyapa orang yang berkunjung ke rumah orang tuanya apalagi saat berpapasan seperti tadi.

Aisha telah melupakan masa lalu ketika ia mulai melanjutkan hubungan serius dengan Nolan, jadi segala sesuatu tentang Naka sudah dilupakan. Sekarang ia menganggap laki-laki itu sebagai orang yang pernah dikenal juga partner kerja adiknya. Pertanda bahwa wanita itu sudah berdamai dengan masa lalu, salah satu hakikat hidup bukan mempertahankan masalah tapi mencari solusi dan memaafkan seseorang yang telah menyakiti kita.

Naka tidak menganggap sapa si mantan sebagai basa-basi, ia melihat kedewasaan Aisha dalam bersikap. Sayangnya ia kalah dewasa, padahal dia seorang laki-laki dan laki-laki itu dikenal paling sering menggunakan logika dalam semua masalah.

Jika benar orang-orang berhasil move on karena pasangan yang baru maka tidak dengan Naka, pria itu hanya bisa melupakan Aisha ketika dia menenggak minuman haram. Benar-benar sesaat, sekarang saat bangun pagi harinya dia akan menemukan dirinya yang lebih hancur dari kemarin.

Naka memilih cara menjauh untuk bisa melupakan Aisha. Kerjasamanya dengan perusahaan keluarga wanita itu telah selesai dan Naka akan pergi dan kembali ke kampung halaman. Di sana ada familinya, semoga saja ia bisa menghabiskan waktu hingga melupakan Aisha.

"Ceritanya nggak pamit nih?"

"Nanti juga ke sini lagi, cuma pulang sebentar." Naka terpaksa berbohong. Ia tidak ingin pamit pada keluarga mantan pacar, tapi entah alasan apa yang membawa langkah Amran ke apartemennya.

"Jadi nggak nunggu empat bulanan mba Aisha?"

Naka tersenyum menyembunyikan keterkejutannya atas kabar yang baru diketahui. Aisha hamil, ini berita bahagia. Tapi bukan untuknya dua keluarga yang tidak ada hubungan dengannya.

Bukan dia laki-laki yang memenangkan hati Aisha, tapi orang lain. Dia hanya memberikan kecewa yang berhasil membuat Aisha melupakannya.

"Sepertinya tidak, tapi sampaikan ucapan selamat dariku."

"Aku tahu Mas akan pergi dan tidak kembali lagi. Kalaupun kembali tidak dengan kewarasan yang sama." Amran masih ingat apa yang dikatakan laki-laki itu anda saja tidak bisa memiliki Aisha.

"Tempatku bukan di sini, urusanku di sini juga sudah selesai. Aku juga punya keluarga, di sana mereka pasti menungguku pulang."

Amran tidak akan menahan langkah mantan pacar kakaknya, baik Naka maupun Aisha telah memilih kehidupan yang masing-masing jadi sekarang tidak ada yang bisa disalahkan.

"Aku percaya temanmu bisa menjaganya dengan baik, aku juga yakin dia tidak akan menjadi pria gagal sepertiku."

"Amiin." lalu Amran mengajak laki-laki itu keluar. "Sebelum pergi bagaimana kalau kita minum?"

"Memangnya kamu pernah minum?"

"Hanya minum bukan main wanita."

Lalu keduanya tertawa. Oke, tidak masalah. Anggap saja mereka minum untuk yang terakhir kali sebelum perpisahan, selama ini Amran juga sudah baik terhadapnya jadi tidak masalah mentraktir laki-laki itu.

Sementara di sebuah rumah beberapa kerabat mulai berdatangan untuk mempersiapkan acara empat bulanan Aisha, ia dan suami menyambut dengan sukacita kehamilan pertama. 

Di club Naka hanya menelan satu tegukan, ia tidak ingin lagi melupakan sesaat seseorang yang masih bertahta di hatinya. Di sini Naka hanya menemani Amran, ia akan mengantar laki-laki itu saat pulang nanti.

Minum bersama Amran, bukan tidak mungkin dia akan mengungkapkan semua perasaannya terhadap kakak pria itu. Sudah cukup Naka mempermalukan dirinya sendiri, ia harus memantapkan langkah dan tidak boleh menoleh ke belakang lagi. 


Hasrat Yang TertundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang