Bau-bau tamat
🙈Happy reading 😁
Usia Nolan dan Aisha memang tidak terpaut jauh dan pria itu membuktikan jika dia bisa menjadi sosok imam yang bertanggungjawab. Dia yang tidak pernah pacaran bukan berarti tidak bisa diragukan saat memiliki sebuah hubungan dan kecakapan Nolan terbukti.
Setelah menikahi kakak sahabatnya hubungan dengan Amran juga kian dekat. Nolan masih bergabung dengan teman-temannya ketika ada waktu luang tentunya tanpa menyia-nyiakan keberadaan sang istri. Kedewasaan Nolan diacungi jempol oleh rekannya, sekarang dia dijuluki pria paling bahagia di dunia.
"Terimakasih."
Duduk bersama Amran dan Uwais pria itu tampak bahagia.
"Begini kalau bahagianya tidak dibuat-buat." Uwais berceletuk. "Yang sebentar lagi akan jadi ayah, kita masih seperti ini," katanya sambil melihat Amran.
"Sebenarnya udah pengen bikin KK baru, tapi nggak tahu mau diisi nama siapa di bawah nama gue" Amran bicara sambil sesekali melihat wanita yang melintas di hadapan mereka.
Sabtu sore Cafe lumayan ramai, mereka janjian bertiga bertemu di tempat yang sering dijadikan tongkrongan. Jika Amran dan Uwais hampir setiap malam hangout maka tidak dengan Nolan, ia bukan perjaka seperti mereka.
"Buatin aja dulu nanti, nanti pas ketemu tinggal diisi."
Dan Nolan lah yang tertawanya paling keras mendengar lelucon kedua rekannya. "Terlalu banyak cita-cita nanti malah nggak kesampaian, adem ayem aja pas nikah kan geger."
"Itu Lo!" kompak Amran dan Uwais menyemprot Nolan.
Tiba-tiba tahunya ada hubungan dengan kakak si Amran, terus tanpa basa-basi udah ngelamar eh nggak lama udah nikah, alumni dibuat geger sama rekannya itu.
"Yang penting serius, nggak ada niatan mainin wanita."
"Itu karena pas aja ketemu mba Aisha, yakin gue Lo memang udah ada rasa dari dulu."
Nolan tidak menampik, tapi kalau tentang rasa dia yakin bukan di pertemuan pertama tapi ketika dia terus menghadirkan wanita itu dalam pikirannya.
"Pas apa? Itu namanya jodoh, makanya dari dulu gue nggak sreg sama wanita manapun. Masa bodoh dikatain Omo." lalu Nolan tertawa lagi mengingat sebutan rekan ceweknya untuk mereka bertiga.
"Ya pas cantiknya, pas baiknya, pas pula kakaknya si Amran!"
Amran dan Nolan tertawa. Ternyata berkumpul dengan orang yang sudah menikah bisa ikut merasakan kebahagiaannya juga, seperti mereka contohnya. Di saat temannya sebentar lagi menyandang status seorang ayah mereka masih menyendiri bukan tidak mau tapi tidak ada yang mau. Nasib badan, sih.
"Ran, coba deh Lo pikirin kenapa jodoh kita belum kelihatan hilal-nya?"
Amran setuju, ia ikut memikirkan ucapan Uwais.
"Apa nunggu Ramadan dulu ya biar hilalnya barengan?"
Nolan tertawa lagi, ada-ada aja temannya ini. "Kayanya nunggu dua rakaat Lo deh sepertiga malam, kan ada nih kata-kata kutikung kau sepertiga malam."
"Emang Lo pernah sholat?" Uwais bertanya dengan serius. "Dulu maksud gue, apalagi tengah malam, bukannya enakan tidur ya?"
"Gue mintanya diam-diam biar lo pada kaget."
"Serius, Lan. Emang lo minta apa, kakak gue?"
Nolan terkekeh. "Saat itu kan belum, gue minta yang terbaik nah pas ketemu baru gue mintanya Aisha. Kalau bisa segera gitu, takutnya malah pacaran tapi nggak akad."
Uwais terkesima dengan jawaban temannya. Baiklah, diam-diam dia akan melakukan usaha seperti yang dilakukan Nolan.
"Patut ditiru nih." Amran tampak bersemangat. "Semoga langsung dikabulkan, secepat doa Lo kalau bisa."
Lalu ketiganya mengaminkan harapan Amran.
******
"Dari mana, kok bareng Amran?" Aisha melihat suaminya diantar oleh adiknya.
Sebelum menjawab Nolan mengecup kening istrinya dulu karena dia baru saja pulang. "Ketemu calon jodohnya."
"Siapa?"
"Ada, tapi belum pasti jadi apa nggak. Karena baru usaha."
Setelah pertemuan seminggu lalu di cafe kedua temannya segera melakukan ikhtiar langit sepertinya akan segera menampakkan hasil, dari yang tidak pernah berurusan dengan wanita kini mereka mulai melirik. Beda dengan Amran yang berkeinginan melakukan pendekatan dengan salah satu wanita, Uwais dijodohin oleh pamannya dengan seorang gadis yang kebetulan teman masa SD.
"Kenalannya Mas?"
Nolan menggeleng. "Anak dosen pembimbingnya, dulu pernah ketemu tapi biasa saja. Sekarang ketemu lagi setelah ikhtiar langit."
"Ikhtiar langit?"
Nolan merangkul istrinya dan mengajak ke kamar.
"Dulu aku pernah melakukannya dan semakin yakin setelah bertemu dengan kamu, dua rakaat di sepertiga malam. Cukup menyebut namamu lalu aku akan menunggu ketentuan takdir."
Mendengar itu Aisha tersipu. Nolan memang bukan cinta pertamanya tapi pria itu yang pertama kali bisa membuat Aisha melupakan banyak hal termasuk masa lalu yang pernah mengecewakannya. Hidup bersama laki-laki itu memang belum lama, tapi Aisha merasa bahagia. Nolan yang dewasa bisa mengimbanginya, hampir tidak pernah terjadi salah paham mereka saling menerima dan memahami satu sama lain.
"Meminta hal-hal baik pada-Nya suatu bkewajiban dan memilikimu adalah sebuah kebanggaan dan kebahagiaan terbesar dalam hidupku."
Dimulai dengan pertemuan konyol berlanjut di sebuah Cafe, dengan keberaniannya Nolan berhasil menaklukkan kakak sahabatnya. Percayalah lagi-lagi itu memulainya dengan niat tulus, meminta pada Tuhan waktu itu jika bisa langsung menghalalkan dan sebuah keajaiban doa dengan penuh keyakinan diijabah.
"Semoga Amran dan Uwais juga meminta dengan penuh keyakinan, sepertinya mereka juga ingin menikah."
Aisha mengaminkan harapan baik suaminya.
"Bagaimana denganmu, pernahkah menyebut namaku?"
Aisha mengangguk. "Cuma sekali, ketika Mas keluar kota. Ingat?"
"Ldr-an pertama?"
Aisha mengangguk.
"Apa yang kamu minta?"
Mereka tidak pernah membahas hal ini sebelumnya, karena Nolan sudah memulai dan berkata jujur padanya tidak salah kalau Aisha juga memberitahunya.
"Karena aku kangen, doaku waktu itu Mas cepat pulang dan jika memang sudah yakin segera temui papa."
Nolan tertawa bahagia mendengarnya. "Pantas aku maunya cepat-cepat pulang, bicara sama kamu lalu datang bawa orang tua."
Aisha ikut tersenyum. "Langsung ngaruh ya?"
"Iya, karena sama-sama cinta, efeknya ke batin," sahut Nolan.
Kini Aisha tidak bisa menahan tawa. Kata-kata suaminya menggelitik.
"Kan kamu juga gitu, pas aku ngajak nikah langsung mau," kata Nolan lagi. "Kalau udah cinta nggak mau main-main lagi pas udah yakin maunya langsung halal."
Iya, itu yang dirasakan sulungnya Bhumi. Dengan berani mengatakan pada orang tua saat itu bahwa Nolan akan datang bersama orang tuanya.
"Eh lupa nyapa dedek." Nolan berlutut dan mencium perut istrinya. Tinggal menghitung hari, jika tidak ada halangan dia akan melihat anak pertamanya lahir.
"Saking asyik ngobrol sama mamanya sih." ciuman bertubi-tubi dengan penuh kasih sayang pada sang buah hati yang masih berada di kandungan istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasrat Yang Tertunda
Romance(cerita lengkap di PDF. Harga 70k) "Kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini." Empat tahun pacaran akhirnya mereka harus putus dengan alasan yang terpaksa diterima Aisha. Yang lebih sadis adalah pria itu memutuskannya tepat satu hari sebelum hari ul...