Prolog: Comeback Home

59 2 0
                                    

Ada yang bilang, bahwa iblis sesungguhnya bersembunyi di dalam hati terdalam manusia. Membangkitkannya bukan hal yang mudah, terutama bagi orang-orang yang jauh dari perbuatan sesat. Tapi, apakah seseorang pernah berpikir--atau kau sendiri; bahwa sesuatu yang sesat tidak selalu berhubungan dengan hal-hal kotor. Yang dianggap paling baik kadang punya maksud tersembunyi. Dan yang berlaku kotor dianggap benar karena membela sesuatu yang masuk akal. Sulit menemukannya? Semua 'terkubur' dalam-dalam di suatu tempat.

Tempat paling suci bernama STAIRWAY. Tempat berbahaya untuk menentukan yang terkuat untuk dijadikan 'Raja' yang memiliki sifat seperti iblis dan memimpin generasi berikutnya.

****

Atapnya tidak begitu kokoh. Rumah yang terbuat dari kayu itu bukanlah sebuah tempat nyaman, terutama saat letaknya terasingkan. Tempat itu sesak, terutama jika penghuninya lebih dari satu orang. Beruntung, rumah yang tidak luas ini bukan dibangun untuk dihuni oleh manusia. Besarnya hanya dua kali tiga meter persegi. Maklum, rumah ini hanya digunakan untuk tempat penyimpanan barang yang terletak di pinggir hutan.

Seorang pria yang terus datang ke sana setiap hari dengan mobil jeep merah punya suatu tujuan melakukan hal ini. Kalau dibangun di antara rumah-rumah besar yang berjajar di pemukiman, orang-orang akan merasa terganggu. Barang-barang yang dia simpan sebagian besar sudah tua, peninggalan milik mendiang kakeknya.

Sejak pukul enam pagi hingga tiga sore hari ini, dengan telaten pria itu terus membersihkan satu-persatu barangnya. Tidak ada yang mengunjungi rumah ini selain dia. Penduduk tak suka berada terlalu dekat dengan hutan. Konon katanya, hutan di pinggiran Distrik Kyoto dihuni hewan buas yang suka menampakkan diri terutama menjelang malam. Pemburu sangat waspada. Kecuali yang satu ini.

Dor!

Membidik sesuatu layaknya sniper profesional, dia menembak ke arah timur dengan senjata laras panjang di tangannya. Hanya butuh lima detik setelah suara lesakan peluru itu terdengar, sesuatu keluar dari semak-semak dan jatuh dengan cukup keras. Seekor rusa tumbang dengan luka tembak di sekitar perutnya. Tepat sasaran.

Manik sedingin es itu tak peduli. Rintih tertahan hewan itu tak digubris sama sekali. Kaki jenjangnya melangkah mendekati hewan yang berhasil ia tumbangkan. Tangannya menarik tanduk rusa itu dan menyeret tubuh berdarahnya ke pinggir gubuk kayu, dihempas keras sampai menimbulkan suara. Tidak berniat menolong hewan yang sekarat, matanya lekat menatapnya dengan sorot yang tajam.

"Aku tidak punya waktu lagi untuk bermain-main denganmu." Tangannya kembali membidik, pelatuk ditarik dalam hitungan detik. Peluru kembali tepat sasaran menembus kulit hewan buruan itu.

Di samping gubuk kayu yang sempit, seekor rusa tergeletak bersimbah darah. Hewan itu ditinggalkan oleh pemburu yang tak bertanggung jawab. Dia pergi menyeret senjata laras panjangnya meninggalkan tepi hutan dan gubuk kayu dengan mengendarai sebuah mobil jeep merah. Suara berisik dari mesin kendaraan menciptakan kebisingan di pinggir hutan yang sunyi.

Dari sudut lain, seekor hewan yang telah tumbang menatap lirih seperti meminta bantuan. Sang rusa kehabisan waktu, terkapar tak berdaya di samping gubuk kayu.

****

Distrik Kyoto tak kalah gemerlapnya dengan ibukota Tokyo. Pernak-pernik yang dijual di toko aksesoris yang berjajar di sepanjang jalanan pusat kotanya tak ayal selalu membuat para perempuan berteriak histeris. Manis katanya. Aksesoris-aksesoris itu amat cantik berwarna-warni dan menarik perhatian. Di samping pernak-perniknya yang bagus, Kyoto juga merupakan kota dengan pelestarian budayanya yang kuat. Selain itu, setiap makanan yang dijual di restoran mahal dan kedai-kedai yang ada di kota ini sangat enak.

Path Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang