Perasaan Yuuri sangat tidak enak walau setelah dia meninggalkan kedai ramen. Kecemasannya tidak tertuju pada semua orang yang ada di rumah, justru itu mengarah pada sang sahabat yang tengah membuat pesanan ramen sendirian. Dia tidak cemas karena takut Shinra kewalahan, tapi ada hal lain yang membuatnya sangat gelisah.
"Sepertinya aku harus kembali mengecek keadaannya dan memastikan semua baik-baik saja." Yuuri putar balik dan kembali ke kedai ramen, walaupun jaraknya dengan rumah tinggal sedikit lagi.
'Aku datang, Shinra!"
****
Dor! Dor!
"Aku tidak peduli tentang pria Denmark itu atau siapa pun. Kau sudah berani menantangku, Nishimoto Shinra. Sekarang hadapilah kematianmu!"
"Hah, suara siapa itu?" Yuuri menghentikan langkahnya di depan kedai ramen saat mendengar suara seseorang tengah berteriak. Suara itu terdengar familiar, tapi dia tidak tahu siapa orang itu.
Putra klan Amado memicingkan matanya, berusaha menajamkan penglihatan seraya menebak siapa pria yang bertengkar dengan Shinra. Yuuri terbelalak di detik selanjutnya saat dia berhasil melihat wajah pria itu dengan jelas. Dia bergegas pergi ke dalam sambil mengarahkan senjatanya.
Dor!
Prang!
Handa Aruto terkejut karena tiba-tiba senjata di tangannya terlempar akibat lesakan sebuah peluru yang mengarah ke sana. Geram memenuhi relung, membuat pemimpin Klan Handa itu berdecak lalu mendelik tajam sumber datangnya peluru. Seorang pria berlari ke dalam kedai dengan wajah panik dan langsung disadari oleh si pemilik kedai ramen.
"Yu-Yuuri! Kenapa kau kembali ke sini!? Cepat pergi, bukankah dia mengincarmu!?" Shinra berteriak saat melihat sosok sahabatnya datang ke sana.
Tanpa menghiraukan peringatan Shinra, Yuuri justru tetap melangkah dengan penuh keyakinan dan berusaha menghadang sang pemimpin Klan Handa untuk kembali menyerang Shinra dengan tangan kosong.
"Shinra!"
Walaupun Yuuri berusaha berdiri tegap untuk mencegah Aruto kembali melukai sahabatnya, namun tetap saja pada akhirnya dia rapuh. Air mata jatuh membasahi pipinya. Yuuri kacau saat melihat kondisi Shinra yang bersimbah darah, meringis menahan luka dan nyaris kehilangan kesadarannya perlahan-lahan.
"Shinra, bertahanlah! Aku akan panggil ambulans ke sini." Yuuri akhirnya bersimpuh dengan lututnya sembari menatap lirih sang sahabat.
Melihat pemandangan di depannya, sang pemimpin Klan Handa tetap bertahan dengan raut wajahnya yang dingin. Dia sama sekali tidak peduli walau sudah melukai seseorang yang secara langsung tidak ada hubungannya dengan Klan Handa. Nishimoto Shinra hanya kebetulan adalah sahabat dari Amado Yuuri, musuh bebuyutannya dari klan mafia yang mencuri harta berharga milik klan-nya. Aruto mengepal erat kedua tangan di sisi pinggang, alisnya menukik tajam melihat dua pria di depannya.
"Yuu-Yuuri, cepat pergi! Ce-cepat." Tangan Shinra berusaha menggapai udara kosong di depannya. Yuuri sigap menggenggam tangan sahabatnya yang mulai dingin. Isak tangisnya terdengar semakin jelas.
"Diam, jangan bicara dulu." Yuuri mengeluarkan ponsel dari sakunya dengan gemetar, berusaha menghubungi ambulans, tapi Shinra menghentikannya.
"Jangan Yuuri, tidak perlu. Aku rasa kali ini aku tidak akan bisa bertahan lagi. Maafkan aku karena belum sempat meluangkan banyak waktu untukmu setelah kau menikah. Aku harap kan dan Sakura-san akan selalu bahagia."
Senyum getir terlukis di wajahnya, membuat Yuuri terbelalak menyaksikan pemandangan itu. Tidak. Dia tidak boleh kehilangan Shinra. Tidak bisa. Tidak! Yuuri terus menangis, sementara tangan sang sahabat perlahan-lahan jatuh dari genggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Path Of Life
RomanceTakdir menarik keduanya bak kutub magnet, menciptakan benang merah yang sulit mengendur walau mereka ada di jalan yang berbeda. Mungkinkah dua insan yang berdiri di persimpangan akan bergandengan menempuh jalan yang sama. [Adult romance, crime, badm...