Chapter 29: Brother in-law

1 0 0
                                    

"Di sini, lokasi ini."

Sakura mengerjap ketika Ogami menunjuk sebuah wilayah yang ada di peta yang sedang mereka baca di atas meja ruang rapat. Peta itu menunjukkan wilayah Kyoto secara keseluruhan. Detektif perempuan itu kemudian menyipitkan matanya, mencoba memahami apa yang ingin Ogami katakan.

"Wilayah ini dekat dengan pantai Kotohiki. Yuuri-san memiliki sebuah rumah di sini. Apa yang coba kau perlihatkan?" tanya Sakura penasaran.

Sejak tadi mereka sedang membicarakan tentang Peter Arilson. Pria Denmark yang sudah lama menghilang itu benar-benar sulit dilacak. Entahlah dia pindah kota atau mungkin kembali ke Denmark. Yang jelas sebelum statusnya menjadi buronan, dia pasti masih bisa berkeliaran bebas tanpa merasa cemas. Dibanding Peter Arilson, polisi justru lebih menaruh atensinya pada kasus pencurian yang dilakukan Matthew Arilson, sebab itu sangat merugikan banyak orang.

"Menurut informasi yang aku dapatkan dari informanku, Peter Arilson memiliki tanah di wilayah ini. Luasnya sekitar 4 hektar. Mungkin dia berniat untuk membangun tanah ini dulu. Tapi setelah semua kejahatan yang terbongkar, aku rasa dia pasti tidak akan pernah menggarap tanah ini." Ogami menjelaskan.

"Jika kita datang ke wilayah ini, mungkin saja kita bisa mendapatkan informasi lain tentangnya. Mungkin saja tempat ini juga dijadikan persembunyian olehnya. Kita tidak pernah tahu di tempat seperti apa penjahat sepertinya bersembunyi. Kau pernah bilang, 'kan kalau kita mau menangkap penjahat, berpikirlah seperti penjahat, dengan begitu kita akan tahu tindakan apa dan lokasi mana yang akan dipilih untuk melakukan kejahatan."

Ogami berkata dengan penuh keyakinan. Dia memiliki koneksi yang luas, bukan dengan orang-orang penting seperti pejabat, tetapi dengan banyak anak-anak muda yang tinggal di setiap sudut kota. Hal itu justru memudahkannya untuk mendapat informasi mengenai orang-orang yang ingin dia selidiki.

Sepupu perempuannya itu terlihat tengah berpikir. Dia sering keluar masuk area di sekitar sana, namun tidak pernah tahu jika Peter Arilson memiliki tanah di sana.

"Jaraknya mungkin sekitar satu kilometer dari lokasi rumah Yuuri-san. Aku tidak pernah datang ke wilayah yang kau tandai ini sebelumnya." Telunjuk Sakura ikut menekan peta di bagian wilayah itu.

"Kalau begitu kita akan segera datangi daerah ini. Natsuki-san masih berkutat dengan klien yang sama. Mungkin hari ini atau besok dia sudah selesai, karena itu bukan kasus yang rumit," kata Ogami.

Sakura mengangguk. "Oke, aku akan atur semuanya. Kalau tidak ada yang ingin dibicarakan lagi tentang Peter Arilson, aku ingin melanjutkan pekerjaanku yang lain. Sudah, ya."

Sakura hendak meninggalkan ruang rapat dan kembali ke ruangannya. Hari ini memang hanya dia dan Ogami saja yang ada di sana. Chikara dan Ayashi ikut bersama Kiba ke suatu tempat. Sementara Airi sibuk membantu Keigo. Maito pergi mengurus sesuatu di luar kota. Ah, lagi-lagi kakak tertuanya itu tidak berada di kantor.

"Sakura, apa kau baik-baik?"

Ketika langkah Sakura hampir mencapai pintu, suara Ogami kembali terdengar. Perempuan itu akhirnya kembali menoleh ke arah sepupunya. Ogami bisa lihat dengan jelas sebuah raut murung di wajah Sakura.

Yang ditanya kemudian mengerjap dan balas menatap wajah pemuda itu. Walaupun Sakura memaksakan senyum di wajahnya, tapi Ogami tahu dia sedang tidak baik-baik saja.

"Aku cuma lelah," katanya. Ogami sudah bisa menyangka kalau itu hanya jawaban bohong.

"Jangan berpura-pura seperti itu di hadapanku. Aku tahu, kok ... kau sedang ada masalah, 'kan? Maaf jika aku ikut campur, tapi apa itu ada hubungannya dengan hal yang pernah kubicarakan denganmu tentang gadis itu beberapa hari yang lalu?" Mata Ogami menyipit tajam. Dia mungkin jarang membahas tentang kisah percintaannyq sendiri, tapi dia sangat peka dan tau apa yang sedang terjadi kepada orang-orang di sekitarnya.

Path Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang