Chapter 36: Personality

0 0 0
                                    

Setelah diberitahu Jiyuu tentang kedatangan Matsuyu yang menolong dia dan Masaki dari Peter Arilson, Sakura langsung mendatangi daerah itu bersama Yuuri dan Ryouga yang masih tertidur di sebelah kursi kemudi. Saat mereka sampai, rupanya Peter Arilson sudah tidak ada di tempat. Hanya ada Jiyuu dan Masaki yang bersembunyi di dalam mobilnya. Sakura sengaja tidak mendekat ke mobil putih itu karena dia takut Yuuri akan curiga.

'Gila. Dia menabrak mobilmu cukup parah." Yuuri melihat mobil Jiyuu di bagian kiri yang bengkok beberapa bagian.

"Apa yang dipikirkan oleh pria-pria Denmark itu? Paman dan keponakannya sama-sama menyusahkan! Biaya perbaikannya pasti cukup mahal. Sabar ya, Urahara. Aku akan membayar biaya setengahnya," kata Yuuri. Dia merasa tidak enak hati menyaksikan itu di depan matanya. Bukan dia yang menabrak mobil Jiyuu, namun dia terlihat sangat bersalah.

"Hei, tidak apa-apa, Senpai. Tenang saja, sepupuku seorang montir, aku akan meminta bantuan padanya untuk memperbaiki mobil ini nanti.  Yang penting, pria di jeep merah itu sudah pergi. Dia sangat mengerikan!" Jiyuu mengedarkan pandangannya pada pada Sakura dan Yuuri.

"Hei, Jiyuu ... apa kau mendengar apa yang Matsuyu dibicarakan dengan Peter Arilson tadi?" Sakura langsung mengganti pertanyaannya. Dia lebih penasaran tentang hal ini daripada tentang pelarian Jiyuu bersama Masaki. Melihat tingkah Jiyuu yang seperti itu, sudah bisa dipastikan kalau keadaan Masaki baik-baik saja dan musuh belum mengetahui keberadaannya.

Jiyuu berusaha mengingat, hanya sedikit yang dia dengar karena mereka bicara sangat cepat sementara Jiyuu tak memahami konteksnya.

"Mereka bicara tentang ... ah, aku tidak tahu apa yang mereka maksud karena tidak mendengarkan dengan jelas, Sakura. Tapi yang jelas, itu terdengar seperti "kita harus segera melupakan masa lalu" atau "kita harus memulai yang baru karena hidup terus berjalan. Mereka juga bicara tentang kehilangan seorang teman, mengorbankan cinta dan lain-lain!" Jiyuu ssama sekali tidak mengerti dengan apa yang sedang mereka bicarakan, terutama saat dia tidak tahu apa konteksnya. Kalau saja yang datang menolongnya bukan Matsuyu, dia pasti sudah pergi meninggalkannya.

Sakura masih ingin bertanya satu hal lagi, tentang kenapa Matsuyu pergi begitu saja tanpa menunggu kedatangan dia dan Yuuri. Tapi beberapa saat kemudian, dia langsung teringat tentang peristiwa di kantor beberapa waktu yang lalu saat ban taksi yang dia tumpangi kempes dan ternyata pelaku penembakkan itu adalah Matsuyu.

"Kenapa dia bisa datang ke sini?" tanya Yuuri. Dia tidak yakin itu adalah sebuah kebetulan.

Jiyuu mengedikkan bahunya. "Aku tidak tahu. Saat aku bertanya padanya kenapa dia bisa ada di sini, dia tidak menjawab," katanya.

"Matsuyu adalah mantan anak buah kita Peter Arilson, tidak heran kalau dia bisa menghadapi mantan bos-nya itu dengan baik. Ah, sudahlah! Aku tidak ingin membahas soal anak itu sekarang." Sakura cemberut dan terlihat murung. Menyaksikan hal itu, Jiyuu dan Yuuri saling berpandangan.  Mereka mengerti bahwa trauma masa lalu Sakura kembali lagi setelah dia mengingat tentang Matsuyu.

"Kau jangan memikirkan tentang hal itu, Sakura. Lebih baik sekarang kita semua pulang. Aku akan segera membawa mobilku ke bengkel sepupuku."

Setelah mengatakan hal tersebut, Jiyuu langsung berbisik pada Sakura agar Yuuri tidak bisa mendengarnya. "Hiroyuki Masaki aman di dalam mobilku. Kuroi atau pria di jeep merah itu tidak melihatnya. Sekarang aku akan membawanya ke rumahku dulu. Setelah keadaannya lumayan tenang, aku akan menghubungimu. Kau jangan khawatir, sekarang aku tinggal di kondominium, tidak tinggal bersama kedua orang tuaku lagi, jadi tidak akan ada orang yang mengetahuinya."

Melihat Jiyuu mengerling padanya, Sakura jadi lega. Dia membalas kerlingan matanya dengana anggukan pelan dan senyum tipis. Detektif itu terlihat sangat kelelahan karena peristiwa hari ini.

Path Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang