"Halo? Apakah sudah tersambung? Halo Yukiko-san, apa kau bisa mendengarku?"
Yuuri menatap cemas ke arah Sakura yang berusaha menghubungi Hanaya Yukiko lewat telepon umum. Mereka meninggalkan ponsel di hotel dan tidak bisa kembali ke sana sekarang karena wanita itu pasti masih ada di sana.
"Sakura, ada apa? Kenapa kau meneleponku bukan dari nomormu?" Suara Yukiko menjawab teleponnya dengan tenang.
Sakura tidak tahu apakah niat gadis itu untuk bergabung menjadi bagian detektif Komatsu sungguh-sungguh atau tidak. Yang jelas, Yukiko mungkin hanya akan menjalankan restoran dimsumnya jika saja dia tidak jadi bergabung. Mungkin jika ini masalah lain, dia akan memilih untuk menghubungi Kiba daripada Yukiko. Tapi karena ini ada hubungannya dengan Gun Thanawat, Sakura memutuskan untuk menelepon gadis itu.
"Apa kau sedang sibuk? Aku ingin minta tolong padamu," ujarnya. Nafasnya masih tak beraturan akibat berlari cukup jauh dari restoran.
"Kenapa kau terengah-engah? Kau baik-baik saja, Sakura?" tanya Yukiko dengan suara yang cemas.
"Jangan khawatir, aku tidak apa-apa. Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang. Kau ada di mana?"
"Aku di Kantor Detektif Komatsu."
"Bagus. Tunggu di sana, aku akan pulang ke Kyoto."
"Sekarang? Bukankah kau sedang bulan madu? H-hei, Sakura-"
Sakura menutup telepon itu dengan cepat. Pandangannya beralih ke arah Yuuri yang masih ternegah-engah sama seperti dirinya. Pria itu memegangi lututnya yang masih pegal. Telepon umum ini berjarak cukup jauh dengan restoran tempat mereka makan.
"Maaf, aku membuat kekacauan dan tidak bisa melanjutkan acara kita," kata Sakura sambil memasang raut wajah bersalah. Seharusnya acara bulan madu mereka tidak berantakan seperti ini.
Yuuri menggeleng sembari mematri senyum di wajahnya. "Tidak apa-apa. Kita bisa pergi lain kali. Sekarang lebih baik bereskan dulu wanita itu, kurasa dia akan sangat berbahaya jika dibiarkan."
"Apa menurutmu dia sudah memata-matai kita sejak di Tokyo dan mengikuti kita sampai ke Okinawa?" Sakura mengernyitkan dahinya. Belum pernah dia diintai sampai sedekat dan senekat itu oleh seorang penjahat.
"Menurutku ada dua kemungkinan." Yuuri berjalan mendekati Sakura dan melipat tangannya di depan dada. "Kemungkinan pertama, dia memang mengintai kita sejak di Tokyo, dan kemungkinan kedua ... dia tidak memata-matai kita, tapi hanya mengetahui soal kita dari seseorang yang memberinya perintah untuk mengikuti kita ke Okinawa."
Wanita dari klan Komatsu itu mulai berpikir keras. Jika memang wanita itu ada hubungannya dengan Gun, artinya kemungkinan dia juga berasal dari panti asuhan di Amphawa, Thailand. Semua hal tentang Gun Thanawat pernah dijelaskan oleh Matthew Arilson dalam rekaman yang ingin dia sampaikan pada Yukiko, namun tidak disebutkan apakah dia memiliki saudara.
"Berapa persen kemiripan wajahnya dengan bocah itu?" Yuuri kembali bertanya. Kali ini dia sedikit menoleh ke belakang, takut jika wanita itu mengikuti mereka.
"Sekitar delapan puluh delapan persen, atau mungkin sembilan puluh persen. Entahlah, aku tidak bisa memastikannya dengan jelas karena Gun sudah tiada. Jika dia masih hidup, kita bisa melihat mereka secara bersamaan." Sakura menjawab sambil melipat tangan di depan dada.
"Jika seseorang terlahir sebagai anak kembar tidak identik, akan berapa persen kemiripannya?"
"Itu tergantung--tunggu!"
Ucapan Yuuri membuat Sakura menyadari sesuatu. Benar juga. Apakah mungkin jika dia adalah saudara kembar Gun yang pergi ke Jepang untuk melakukan sesuatu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Path Of Life
RomanceTakdir menarik keduanya bak kutub magnet, menciptakan benang merah yang sulit mengendur walau mereka ada di jalan yang berbeda. Mungkinkah dua insan yang berdiri di persimpangan akan bergandengan menempuh jalan yang sama. [Adult romance, crime, badm...