Arena Stairway terasa sangat dingin malam ini. Yuuri merapatkan jaketnya, punya firasat buruk yang menghampiri tiba-tiba. Kehadiran pemuda bernama Matthew Arilson minggu lalu cukup membuatnya terguncang. Itu kali pertama dia dipermalukan habis-habisan di depan seluruh penonton Stairway. Junji memukulnya tanpa ampun dan bersikap seolah-olah Yuuri tidak berharga lagi. Padahal jelas-jelas, semua yang tim Athena dapatkan hingga saat ini, enam puluh persen adalah hasil kerja kerasnya.
"Yuuri-senpai, kau tidak apa-apa?" Haruya berbisik seraya menepuk pundaknya. Anak itu terlihat sama cemasnya dengan Yuuri. Salah sedikit, mungkin posisinya juga akan direbut oleh orang asing yang mungkin datang ke tengah-tengah tim mereka.
Yuuri bergeming, menghela nafas. "Tidak apa-apa. Hanya sedikit khawatir karena kejadian minggu lalu."
"Apa Senpai berpikir kalau Bos Besar akan melakukan sesuatu setelah kekalahan Senpai minggu lalu?" tanya Haruya penasaran.
Untuk urusan seperti ini, Haruya sama sekali tidak tahu-menahu. Dia hanya bertarung di garis depan dan meninggalkan segala hal yang berbau 'bisnis' di tim mereka. Menurutnya, itu urusan para petinggi Athena dan Bos besar.
Pertanyaan Haruya digubris pelan oleh Yuuri. Dia menggeleng lalu tersenyum tipis. "Tidak tahu. Aku malas memikirkannya."
"Yuuri-senpai," Haruya menatapnya dengan pandangan cemas. Yuuri menyadari itu. Dia segera menepuk pundak juniornya, menenangkan.
"Sudahlah. Tidak penting bagaimana nasibku di tim ini," Yuuri kembali tersenyum. "Yang perlu kau pikirkan adalah nasibmu sendiri, juga nasibnya Shieri," lanjutnya.
Haruya mengangguk mendengar ucapan seniornya. Yuuri benar. Yang harus dipikirkan adalah nasib Haruya dan anggota lain yang punya hidup pas-pasan. Yuuri tidak termasuk kedalamnya. Dia melakukan ini untuk bersenang-senang. Dan karena kemampuannya lebih dari cukup, Junji bersedia merekrutnya sebagai anggota, walaupun Yuuri tahu risiko apa yang menunggunya di depan.
"Shieri bilang, Aphrodite juga punya anggota baru." Haruya mengganti topik pembicaraan setelah merasa pembicaraan mereka menjadi cukup rumit. Yuuri mengernyit mendengar ucapan Haruya.
Aphrodite bukan tim yang ditakuti selama ini. Mereka berisi pebisnis dan beberapa politisi, tetapi anggotanya tidak terlalu berbahaya.
"Siapa anggota baru yang mereka rekrut?" tanya Yuuri penasaran.
Haruya merapatkan jaketnya dan mengerjap singkat. "Aku tidak tahu namanya, sih. Tapi orangnya sangat tinggi. Ah, tidak lebih tinggi daripada Matthew Arilson. Tapi, kelihatannya dia pemain yang bagus."
"Sial, jangan lagi!" Yuuri cukup terkejut dengan pernyataan Haruya. "Dia pasti akan membuatku repot juga seperti Matthew."
"Tapi yang perlu diwaspadai adalah dia, Senpai."
Yuuri mengikuti arah telunjuk Haruya saat pemuda itu menatap seorang gadis berkulit putih tak jauh dari mereka. Wajah gadis itu tampak asing, dingin dan misterius. Jersey merahnya tertiup angin sedikit. Yuuri selama ini tidak pernah mempermasalahkan anggota perempuan di tim judi manapun, karena Athena punya Shieri yang cukup handal. Namun saat melihat wajah gadis itu, dia langsung teringat pada kemampuan badminton Sakura yang di atas rata-rata. Bukan tidak mungkin gadis itu juga memiliki kemampuan serupa dengannya.
Yuuri mengernyit. "Siapa dia? Aku belum pernah melihatnya di sini."
"Dia adalah anggota baru tim kita. Bos besar yang membawanya kemari. Kurasa kemampuannya di atas rata-rata, sama seperti Shieri dan Senpai," jelas Haruya.
"Apa? Jadi sekarang aku juga punya saingan dari timku sendiri?" Yuuri tak percaya. "Kenapa Bos Junji merekrut anggota baru? Apa dia sudah tidak percaya padaku lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Path Of Life
RomanceTakdir menarik keduanya bak kutub magnet, menciptakan benang merah yang sulit mengendur walau mereka ada di jalan yang berbeda. Mungkinkah dua insan yang berdiri di persimpangan akan bergandengan menempuh jalan yang sama. [Adult romance, crime, badm...