"Haaah ...."
Ayashi melirik Sakura yang baru kembali ke kantor. Mereka akan segera menjalankan misi yang Maito berikan tadi pagi, tapi wanita itu tampaknya tidak bersemangat.
"Hei, ada apa denganmu, Sakura-chan?" tanya Ayashi penasaran. Walau Maito sering menyebalkan, biasanya Sakura akan tetap bersikap profesional jika sudah menyangkut pekerjaan. Tapi hari ini kelihatannya dia sangat stres dan tidak nyaman.
"Apa Natsuki-kun ada di kantor?"
Bukannya menjawab pertanyaan Ayashi, Sakura justru malah balik bertanya padanya. Dia mencari Natsuki di semua ruangan sebelum akhirnya pergi ke ruang rapat, tapi dia tidak bisa menemukan pria itu di manapun.
"Natsuki-san pergi sejak pagi, tapi aku tidak tahu dia ke mana." Ayashi mengedikkan bahunya. "Biasanya dia akan meminta Yohei atau Ogami untuk menemaninya, tapi hari ini tidak."
Sakura tertegun, entah kenapa rasa cemas tiba-tiba memenuhi relungnya. Ini tidak bagus, firasatnya buruk. Jika dia memiliki firasat seperti ini terhadap Natsuki, biasanya pria itu tengah berada dalam bahaya.
Wanita itu kemudian mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menghubungi ponsel Natsuki. Sayang, panggilannya tidak dijawab. Dia mencoba untuk kedua kali, masih tidak ada jawaban.
"Sudahlah, nanti juga dia kembali. Mungkin Natsuki-san sedang mengurus sesuatu yang penting, atau sedang menyelesaikan urusan pribadinya," kata Ayashi.
Sakura mengangguk, mencoba untuk berpikir positif dan terus berdoa agar pria itu baik-baik saja.
"Ayo cepat kita temui yang lain. Ini saatnya menemui klien."
"Oke, ayo pergi!"
****
Misi yang diberikan oleh Maito berjalan dengan lancar. Ogami selaku ketua berhasil menjadi pemimpin yang baik hingga mereka berhasil menemukan pelaku dengan cepat. Chikara dan Ayashi melumpuhkan pergerakan pelaku pencurian itu dengan mudah, sementara Airi dan Sakura terus mengawasi sekitar, takut jika pelaku memiliki komplotan. Untung saja pelaku hanya satu orang, jadi tidak sulit untuk mereka segera menyeretnya ke kantor polisi.
"Aku dan yang lain akan ke kantor polisi. Kau tolong pergi ke rumah klien dan kembalikan cincinnya." Ogami menyerahkan sepasang cincin perkawinan milik klien mereka ke tangan Sakura.
Wanita itu mengangguk paham. Dia meminta Airi untuk menemaninya sebelum mereka berpisah dengan tiga rekannya yang lain.
"Kupikir ini cincin yang sangat mahal, ternyata cuma cincin emas biasa." Airi memperhatikan cincin itu dengan seksama. Ternyata bukan berlian dengan nilai fantasis, itu cuma emas yang mudah ditemukan.
"Kurasa mereka bukan peduli tentang berapa harganya, tetapi makna yang terkandung di dalamnya." Sakura ikut memperhatikan cincin di tangannya dengan seksama, tersenyum lembut dan memikirkan betapa berharganya sepasang cincin pernikahan bagi suami istri. Sepatu hak tinggi kedua perempuan itu mengetuk jalanan dengan pelan. Mereka mencari mobil yang terparkir tak jauh dari sana.
"Kau benar. Pasti cincin ini sangat berarti dan sakral bagi mereka."
"Ayo kita segera kembalikan pada mereka. Dengan begitu mereka akan bisa tersenyum lagi."
"Iya, kita harus segera kembalian segera."
Setelah sampai di depan mobil dan hendak meninggalkan tempat itu menuju rumah klien, Sakura melihat sebuah mobil familiar yang mengarah pada mereka. Wanita itu kemudian memicingkan matanya dengan tajam saat melihat kalau pelakunya adalah Handa Aruto.
"K-kau!"
"Sakura, siapa-"
"Tenang dulu."
Aruto langsung menghampiri mereka setelah dia turun dari mobil. Langkahnya tampak tenang, tidak terlihat seperti akan membawa keributan pada mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Path Of Life
RomanceTakdir menarik keduanya bak kutub magnet, menciptakan benang merah yang sulit mengendur walau mereka ada di jalan yang berbeda. Mungkinkah dua insan yang berdiri di persimpangan akan bergandengan menempuh jalan yang sama. [Adult romance, crime, badm...